✿¤-CHAPTER 15-¤✿

1K 112 17
                                    

Ruangan itu begitu gelap, kotor dan lembab, pun beraroma tidak sedap seakan penuh dengan bangkai tikus. Di beberapa bagian terdapat lumut karena kondisi yang tak mendapatkan sinar matahari, pula genangan air hasil atap yang bocor di beberapa titik.

Di tengah ruangan itu ada dua tiang besi, yang jika di perkirakan masing-masing tiang memiliki berat seratus kilogram, bersama rantai besi berukuran besar nan berat, yang tengah mengikat sesosok tubuh pria berjubah hitam. Kepalanya melayu dengan kesadaran yang belum datang. Jika di lirik akan menemukan luka lebam, yang nyaris memenuhi seluruh wajahnya.

Yang tak lama setelahnya, kening lelaki itu berkerut dengan ringisan yang keluar, pertanda bahwa dia mulai tersadar. Merasa terganggu dengan tajamnya rambut, inginnya menata untuk menghalau, namun kedua tangannya tak bisa di gunakan karena terantai. Kesadaran yang sepenuhnya belum di dapatkan, langsung ia dapatkan sesaat sadar bahwa dirinya terikat pada ruangan gelap nan lembab. Rantai besi dan tiang yang terlalu berat membuat tenaga nya tak mampu melepaskan diri.

Berdesis, tak ingin menyerah menyelamatkan diri seraya manik memperhatikan sekeliling. Berharap menemukan seseorang yang bisa membantu dirinya atau menemukan pelaku yang membuatnya terikat di sini.

“Bangsat!” Umpatnya. Kala sadar bahwa seluruh usaha berbuah sia. Terlebih tangannya terasa begitu sakit, ada luka yang belum terobati. Ingin berteriak namun tak bisa. Tenggorokan nya terasa begitu sakit, rasa sakit yang seakan pita suaranya tertarik paksa. Begitu menyakitkan.

Menggali ingatan yang mana membawa dirinya berada di tempat seperti ini. Berusaha keras hingga ia mendapatkan jawabannya. Pada saat dirinya masih tersadar, ia bertemu dengan sosok yang hatinya cintai, dari dahulu hingga kini. Bersama sosok yang serupa namun beda raga, beda kehidupan dan di pertemukan karena menyelesaikan apa yang harusnya telah selesai sejak dahulu.

Euforia datang bersama kenangan, menghantarkan jiwa pada jejak kenangan yang sempat terjadi pada kala itu. Bertemu dengan Hwang Injun, Seorang pemuda sederhana namun begitu mengagumkan, kecantikan yang tak patut di dapatkan oleh seorang lelaki, kebaikan hati yang selalu taat pada sang pencipta. Semenjak mengenal pemuda sederhana itu, harinya di jalani dengan begitu indah dan penuh bahagia, kegiatan kecil yang menjadi kenangan kecil setelah kehilangan sang terkasih.

Hanya karena penolakan, berakhir mengenaskan.

Kebodohan nya masuk ke dunia gelap jauh dari arahan tuhan, melakukan perjanjian dengan iblis hingga dengan keji menjadikan sang kekasih tumbal bersama sang kakak yang sekaligus pria yang di cintai oleh sang kekasih hati.

Lee Jeno dan Hwang Injun.

Kakak dan pemuda yang Lee Donghyuck cintai, memiliki peran penting bagi nya. Namun hanya untuk bisa mendapatkan Injun, ia bersama keempat saudara yang lain dengan kompak menjadikan Injun sebagai tumbal, bersama dengan Jeno, yang menjadi tumbal tambahan karena berkhianat membawa pergi Injun malam itu.

Sesungguhnya, Donghyuck dan saudaranya yang lain bukanlah saudara kandung, meskipun salah satu di antara keenamnya merupakan anak yang asli dan tidak ada satupun dari mereka yang mendapatkan perlakuan berbeda karena semua kasih sayang yang di berikan setara. Hanya saja, sang putera kandung di haruskan meminum darah dari manusia yang masih suci, dalam kata lain; beragama.

Karena dengan cara itu, putera kandung akan terus hidup. Ini pula yang menjadi langkah awal dirinya masuk ke kesesatan bersama saudara yang lain. Meskipun pada kehidupan yang sekarang, mereka sempat berpisah dan bertemu kembali sebagai sosok asing, tetapi bagi Donghyuck, mereka tetaplah saudara yang ia rindukan, pula Hwang Injun.

Disaat dirinya kembali ke masa lalu untuk mengenang semua kisah itu, suara derap langkah kaki yang mendekat padanya membuat Donghyuck mendongak, sedikit memicingkan manik karena penglihatan yang memburam akibat bulir air mata.

THE IMPOSTOR || RENJUN HAREMWhere stories live. Discover now