14

55 4 0
                                    

Entah apa yang akan ku katakan pada mereka nanti, tapi aku tetap tidak ingin mengatakan segalanya pada mereka. Semoga saja mereka percaya dengan apa yang akan ku katakan. -batin Seokjin

Suasana hening menyelimuti ruangan, ruangan restoran sederhana di sekitar Soul. Meskipun Seokjin berusaha untuk menghindari adik-adiknya itu pada akhirnya tidak bisa menghindari semuanya terlalu lama. Kerusakan yang terjadi akibat penyerangan Nanyak secara tiba-tiba itu benar-benar terekam jelas di CCTV perusahaan.

"Ada yang ingin kau katakan hyeong?... " Ucap NamJoon, mencoba membuka percakapan.

Seokjin masih memalingkan pandangannya, tak berani menatap para member. Selain dirinya hampir lupa untuk kembali menemui para member, Seokjin juga lupa untuk menghubungi mereka.

"Hyeong..., tak bisakah kau menatap kami?" sambung JiMin.

Mencoba menjadi keras adalah hal yang biasa Seokjin lakukan ketika di depan para member. Tatapan tajam di layangkan para member guna menelisik jauh kebenaran di dalam mata dan Seokjin tak bisa lagi berkutik, Seokjin meneguk saliva nya perlahan dan menghela nafas. Dirinya terpaksa harus menjelaskan segalanya pada ke 6 mata yang saat ini melihat ke arah dirinya. Mungkinkah kali ini kebenaran itu akan terungkap atau justru ego dengan dalih melindungi akan menjadi alasan lagi. Tak peduli seberapa keras Seokjin mencoba, saat di hadapan adik-adik nya dirinya begitu lemah tak berdaya. Seokjin akan rela melakukan apapun demi membuat mereka tetap bahagia meskipun itu membuat dirinya tenggelam ke dasar lautan. Karena jatuh pun akan terasa indah saat seseorang berhasil membuat orang yang di sayangi tersenyum bahagia karena dirinya. Meskipun terkadang banyak sekali orang yang pasti akan menertawakan kebodohan Seokjin, yang pasti sebesar itulah rasa sayang nya terhadap adik-adik nya.

Tertawa keras seperti orang gila, karena sekarang air mata sudah tidak bisa lagi mengalir. Hati yang sudah menjadi batu tidak akan pernah bisa melunak. Kini saatnya mengucapkan selamat tinggal pada masalalu, termasuk para member yang sudah dia anggap sebagai adik kandung nya sendiri. Karena kini dirinya bukan lagi Seokjin, tetapi Duke of North Arthur Von Agnus Fredrick.

"Huffth..., memangnya kalian siapa sehingga aku harus menceritakan segalanya pada kalian, huh?" Sarkas Seokjin, meskipun jauh di dalam lubuk hatinya menjerit keras.

"hyeong....."Hoseok menatap hyeong nya itu dengan sendu. Tidak ada perasaan marah dalam hati Hoseok, hanya ada manik mata yang penuh dengan rasa ingin tahu dan khawatir yang bercampur menjadi satu.

"Tolong berhentilah berpura-pura menjadi villain hyeong, ini bukanlah novel ataupun drama." Ucap Jungkook menimpali. Seokjin memalingkan wajahnya.

"Apa hyeong segitunya tak mempercayai kami, sehingga tidak bisa membicarakan masalah hyeong pada kami." Itu Jimin yang berbicara.

Timbul rasa cemas di hati Seokjin jikalau dirinya memberitahu rahasia besar dalam hidupnya pada adik-adiknya yang selama ini dia lindungi dengan susah payah. Percakapan yang penuh kebohongan dan keingintahuan itu jelas tak akan berjalan dengan baik. Sekuat apapun Seokjin mengenyahkan fikirannya untuk tidak lagi berbohong, ego sudah menguasai hati nuraninya.

"Berhentilah untuk ikut campur hal yang bukan menjadi urusan kalian!" Tegas Seokjin. "Pertama, biar ku perjelas sesuatu. Aku setuju untuk melakukan permintaan Hosek karena murni rasa bersalah membuat Jimin menunda operasinya. Tidak kurang tidak lebih dari itu. Mengerti!" Lanjutnya. "Bukan berarti aku kembali menjadi Seokjin yang kalian inginkan." Tegasnya kembali.

Member terkejut dengan perkataan hyeongnya yang menyakitkan, runtuh sudah pertahanan mereka yang selama ini selalu mencoba tetap kukuh. Satu persatu air mata berjatuhan. Yoongi yang sedari tadi hanya terdiam, sudah berada di puncak kemarahannya.

𝑨𝒍𝒇𝒂𝒓𝒊𝒛𝒆𝒍 Where stories live. Discover now