Trauma

1.9K 188 7
                                    

[TW! THIS CHAPTER CONTENTS ABUSE AND TRAUMA]

Aku mendongak, menatap seorang pria yang usianya mungkin sudah menginjak 60an. Keriput di sudut mata dan kumis tipisnya tidak menghapuskan jejak ketampanan di wajahnya. Tubuh tinggi dan berisi itu, membuat tubuh kecilku seolah bisa diinjak olehnya kapan saja.

"Ayah?" ucap Althea berjalan ke arah pria itu.

Ya, pria yang aku ceritakan itu adalah ayah dari Althea, Percival Adolfo Aldrich de Aquillio, yang juga berarti kakek angkatku.

"Kenapa ayah tidak memberitahu jika akan datang? Kami belum menyiapkan apapun" ucap Althea memeluk rindu sang ayah. Sedang aku masih berdiri terdiam di sebelah Heinry.

"Ah maaf, aku hanya mampir sebentar karena ada urusan mendadak. Aku sudah bertemu dengan suamimu dan Leon tadi, bagaimana kabarmu?" tanya Percy mengusap kepala putrinya. Ah lihat itu, tidakkah aku menulis Percy dengan sempurna? Ia benar-benar sosok ayah yang mungkin sebagian besar orang tidak bisa miliki.

"Baik ayah, aku harap ayah juga baik" ucap Althea tersenyum manis. "Ah benar juga, Ariel kemarilah" ucap Althea berbalik memanggilku.

Aku yang sedari tadi terdiam mengagumi mereka berdua, pun terkesiap saat Althea tiba-tiba memanggil. "B-baik" ucapku berjalan ke arah mereka dengan rasa gugup bercampur malu. Apakah Percy akan menyukaiku?

"Ayah perkenalkan, ini Ariel. Aku sudah bercerita dengan ayah bukan?" ucap Althea.

Jadi Althea sudah menceritakan tentangku pada Percy? Baiklah, seharusnya tidak akan ada masalah.

Aku pun memperkenalkan diriku secara formal, "S-salam yang mulai grand duke terdahulu, perkenalkan saya Arielle de Aquillio. Sebuah kehormatan bisa bertemu dengan anda".

Hening, aku tidak berani mendongakkan wajahku untuk menatap mereka. Ekspresi macam apa yang saat ini mereka miliki? Apa aku melakukan ini dengan benar? Oh astaga ayo katakan sesuatu.

"Hah!" aku mendengar gelak dari Percy, aku pun memberanikan diri untuk mendongak dan melihatnya.

Hap

"Kya!" aku terkejut bukan main saat Percy tiba-tiba menggendongku dan mengangkatku tinggi-tinggi.

"Althea kecil, sungguh sangat mirip dengan Althea saat masih kecil dulu" ucap Percy bahagia. Tapi tolong turunkan aku dulu! Rasanya aku mau muntah.

Hoeeeekkkk

Ah sial, ini akan menjadi aib seumur hidupku.

~~//~~

Mansion Aquillio sempat geger karena aku tidak sengaja 'mengotori' baju Percy dengan 'makan siangku'. Dan entah karena apa, siang itu aku langsung menangis terisak. Entah karena aku merasa malu atau karena insting anak kecilku yang merasa tidak nyaman. 

Dan sekarang, aku malah mendekam di dalam kamar dan belum keluar sejak sore tadi. Ayolah Ariel, jangan seperti ini. Kau hanya memperumit keadaan, cepat keluar dan minta maaf.

Tok tok tok

"Ariel? Ini ibu, apa kau sudah merasa mendingan?" tanya Althea dari luar kamarku. Ini saatnya, aku tidak boleh merajuk seperti ini. Aku tidak boleh membuat mereka kesal dan mengusirku.

Ceklek

Aku berjinjit membuka pintu kamar itu, yang pertama masuk ke penglihatanku adalah Althea dengan senyum leganya. Ia pun berjongkok untuk menyamakan tinggi kami, "Putriku, apa sudah merasa lebih baik?" tanya Althea mengelus rambut hitamku yang tergerai.

Aku pun mengangguk kecil menjawab pertanyaan Althea, "Maaf" cicitku menunduk. 

Tangan putih Althea terulur mengusap wajahku lembut, "Oh putriku..."

I Wrote This StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang