Second Prince

735 72 0
                                    

Semua mata yang ada disana tertuju pada seorang pria yang barusan membuka paksa pintu kamar raja. Regina menyunggingkan senyumnya dalam diam, dan kembali memasang wajah sedih seraya berdiri dan berjalan ke arah pria itu.

"Oh putraku Adrian, kau sudah pulang nak?" ucap Regina memeluk pemuda yang ia sebut sebagai putranya.

Ariel menatap pria itu, iris hijau dan surai putih yang mirip seperti Adionel. 'Jadi dia pangeran kedua?' batin Ariel.

"Hiks ayahmu, yang mulia sudah tiada" Regina kembali terisak di rangkulan Adrian, sang putra pun menenangkan ibunya.

"Tenanglah ibu, aku yakin yang mulia kini sudah berada di tempat yang terbaik" ucap Adrian mengelus punggung ibunya. Tatapannya menajam seraya ia melirik ke arah Adionel.

Adrian melepas pelan pelukannya dengan sang ibu, kemudian berjalan pelan mendekati Adionel. "Wah wah" ucapnya seraya berjalan, "Sepertinya saya ketinggalan banyak sekali hal penting" tukasnya melirik Ariel.

"Adrian" ucap Adionel menatap adik tirinya dengan senyum penuh wibawa dengan kedua tangan di belakang punggungnya, "Kau benar, aku telah melewati banyak hal" ucap Adionel memindahkan kedua tangannya ke depan, membuat Adrian mau tidak mau melirik cincin raja yang Adionel kenakan.

Adrian menaikkan sebelah alisnya, 'Sial' batinnya.

"Begitukah caramu menyapa sang raja, Adrian?"

Suara Adionel memecah sumpah serapah Adrian di dalam hati, wajahnya yang barusan menunduk pun mendongak menatap Adionel dengan senyum miringnya.

Adrian berbalik, menatap para petinggi kerajaan, "Tuan-tuan, mohon maaf atas keterlambatan saya untuk kembali pulang dari tugas yang ayah saya berikan" ucap Adrian. "Selama bertugas di perbatasan, saya mendapat banyak pelajaran, dan sebuah hal tidak terduga dari sana" ucapnya.

Adrian berjalan menuju pintu kamar, dan saat ia kembali semua orang terkejut dengan mata kepala mereka sendiri.

Adrian membawa seorang wanita yang tengah menggendong bayi kecil, tentu hal ini langsung menjadi topik perdebatan para petinggi kerajaan.

Para bangsawan yang memang sudah sedari dulu terbagi menjadi dua faksi, yaitu faksi putra mahkota dan pangeran kedua, pun kembali memanas.

"Ini tidak bisa didiamkan begitu saja, kita harus mengubah takhta raja sekarang juga"

"Jaga mulut licikmu itu! Yang mulia bahkan belum dimakamkan dan kau sudah berani ingin mengubah wasiatnya. Yang mulia sendiri yang memberikan cincin raja itu kepada putra mahkota, dengan begitu dialah yang berhak atas takhta raja!"

"Tapi pernikahannya belum sah! Meski nona Aquillio tengah mengandung sekalipun, pangeran Adrian telah memiliki penerus! Maka pangeran Adrian lah yang berhak atas takhta itu!"

"Lantas kenapa jika pangeran Adrian sudah memiliki anak? Kita bahkan tidak tau latar belakang wanita itu! Bisa saja dia hanya gadis yang pangeran pungut di jalan dan menghamilinya"

"Hah! Pandai juga kau bicara, jangan lupa bahwa lady Aquillio sendiri bukanlah anak kandung dari gran duke Aquillio, dia hanya gelandangan yang dipungut oleh ayah angkatnya!"

"CUKUP!"

Kesabaran Adionel seketika putus saat mereka mulai mencerca Ariel. Namun belum sempat Adionel melanjutkan ucapan amarahnya, ia rasakan tangan lentik menyentuh jemarinya. Ariel dalam diam menahan Adionel untuk tidak melibatkan emosi dalam hal ini.

Adionel pun mengatur nafasnya kembali, tidak biasanya dia merasa semarah ini. Ia selalu berhasil mempertahankan wibawanya entah semarah apapun dirinya, tapi kali ini 'sesuatu' seolah mendorongnya untuk mengeluarkan amarahnya.

I Wrote This StoryWhere stories live. Discover now