Boutique

788 92 3
                                    

Para bangsawan yang hadir disana seketika ribut saat Adionel menyebutkan salah satu tujuannya, yaitu mencari istri. Tentu mereka tergiur dengan kesempatan ini.

Bagaimana tidak? Hasgan terkenal dengan produk pertambangan berlian dan berbagai batu permata. Jadi sudah bisa dipastikan bahwa negeri tersebut kaya raya. Dan bayangkan jika putrimu menikah dengan putra mahkotanya, tidakkah kau juga akan terciprat keuntungan?

Ya, di pikiran para bangsawan yang gila harta ini tentu mereka tergiur. Kecuali Leon, 'Aku harus menyembunyikan Ariel' batinnya takut jika sang adik harus 'diambil' oleh pria yang tidak ia kenal.

"Ah, kalau begitu bagaimana jika gran duke memperkenalkan anda dengan adiknya? Lady Arielle de Aquillio terkenal dengan kecantikan dan kepribadiannya yang supel"

Leon membelalak menatap Caesar yang malah membawa-bawa nama adiknya tanpa ragu, sedang yang ditatap hanya membalas menatap Leon penuh tanya.

"Oh ya? Kalau begitu bisakah saya mengatur pertemuan dengan lady Aquillio untuk minggu depan, gran duke?" ucap Adionel langsung tertarik.

"Tidak"

Seisi ruangan langsung menatap Leon rumit saat pria tampan yang sudah menginjak usia kepala tiga itu dengan tegas berkata 'tidak'.

Menyadari situasi yang langsung berubah, Leon pun berdehem, "Ekhem, maksud saya, adik saya sedang tidak terlalu sehat saat ini, jadi mungkin minggu depan akan agak sulit yang mulia" ucapnya.

Adionel mengangguk paham, "Kalau begitu, tolong sampaikan saja salam saya kepada lady Aquillio, dan juga niat saya untuk menemui beliau" ucap Adionel sopan.

Percy menunduk, "Saya mengerti yang mulia".

Begitulah, perjamuan hari itu berjalan lancar tanpa kendala. Kecuali Leon yang harus pulang dalam keadaan kesal karena sang kaisar yang mengajukan nama adiknya pertama kali.

"APA?! Caesar kaisar sialan itu! Awas saja, akan kuruntuhkan istanamu!"

Ariel langsung mengamuk saat mendengar cerita dari kakaknya bahwa Caesar menyarankan kepada Adionel untuk mendekati Ariel. Bukannya apa, Ariel tidak berminat untuk hal-hal seperti ini. Baginya urusan jodoh itu lebih baik diurus oleh pribadi masing-masing.

Namun apalah daya Ariel yang tidak memiliki kuasa sebesar kaisar apalagi putra mahkota Hasgan, beruntung ada Leon yang bisa memberi sedikit waktu dan kesempatan bagi Ariel untuk berpikir.

Dengan menghela nafasnya Ariel menjawab, "Sudah, minggu depan aku akan menemuinya. Lebih cepat selesai maka lebih baik" ucapnya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Leon.

Ariel tersenyum kecil, "Aku baik-baik saja kak, lagipula bertemu dengan orang itu tidak akan menyakiti kita bukan?" ucapnya.

Leon mengangguk, "Kalau begitu aku akan ke kamarku, sampai jumpa saat makan malam" tukas Leon berbalik keluar dari kamar Ariel.

"Sampai jumpa" balas Ariel. Ia kembali fokus ke meja kerjanya dimana disana terdapat beberapa dokumen dan tumpukan buku yang belum ia pelajari hingga selesai.

Beberapa menit, Ariel pun menghela nafas panjang dan menyandarkan punggungnya di sofa mewah itu.

"Sudah lima tahun ya?" gumam Ariel, "Biasanya kau akan menyelinap ke kamarku setiap malam, dan selama lima tahun aku menantimu namun kau tak kunjung datang" lanjutnya.

Jemari lentik itu terulur meraih laci yang ada di sebelahnya, menarik laci itu dan mengambil sesuatu di dalamnya. Sebuah kotak kecil, yang ketika dibuka nampak sebuah anting yang begitu berharga bagi Ariel. Anting yang dulu diberikan oleh Dion.

I Wrote This StoryМесто, где живут истории. Откройте их для себя