Bliss

836 61 4
                                    

Dari ratusan resep racikan obat yang pernah ia pelajari, Jane menggolongkan obat-obatan itu ke dalam tiga level. Mudah, sulit, dan sangat sulit.

Kenapa ia menggolongkannya? Karena semakin manjur dan kuat khasiat dari obat tersebut, maka semakin sulit untuk meraciknya.

Entah dari bahan-bahannya yang jarang, cara pembuatannya yang memerlukan teknik khusus dan takaran yang sangat spesifik, dan masih banyak faktor lainnya.

Dan saat ini, yang Jane lihat di atas kasur ratunya adalah botol kecil, berisi cairan kuning buram. Ia tahu betul apa yang ia lihat, "Ini kan-!" dengan segera Jane meraih botol kecil itu dan membukanya.

Ia menghirup obat itu, "Tidak salah lagi, ini Air Kehidupan" ucap Jane tersenyum lebar. Jangan salahkan Jane jika namanya aneh, karena di dunia paramedis, ramuan ini terkenal dengan julukan 'Air Kehidupan'.

Ia berkhasiat untuk mempercepat pemulihan tubuh yang lemah, menguatkan imun, memperbaiki sel yang rusak, dan meminumnya secara rutin bisa berkhasiat untuk kesehatan kulit.

Namun di Hasgan cukup sulit membuatnya, karena bahan yang digunakan untuk membuat ramuan ini tidak tumbuh di iklim Hasgan. Jadi orang-orang tidak membuat ramuan ini untuk konsumsi setiap hari, melainkan hanya untuk kondisi darurat.

Dan tentu kalaupun ada yang menjualnya, harganya tidak akan murah. Maka dari itu tidak semua kalangan mampu memilikinya.

Tapi bagaimana ramuan ini bisa berada disini? "Apa yang mulia raja yang membawanya?" gumam Jane. Tapi tidak, Dion tentu akan memberitahunya jika ia menyiapkan obat terlebih dahulu.

Dan sebuah nama pun muncul di benak Jane, "Ivana..." gumamnya. "Apa dia berencana memberikan ramuan ini pada yang mulia ratu?" lanjutnya bertanya-tanya.

"Jane?"

Jane terperanjat saat sebuah suara tiba-tiba memanggil namanya. Ia lekas berbalik, mendapati Ariel yang saat ini setengah bangun. "Y-yang mulia? B-bagaimana perasaan anda? Yang mulia raja mengutus saya kemari untuk merawat anda" ucap Jane.

Ia menyembunyikan botol kecil berisi ramuan itu di kantung gaunnya, untuk sekarang ia harus menyelidiki terlebih dahulu apa yang sebenarnya terjadi. Karena tidak mungkin Ivana bisa mendapat obat ini begitu saja, bahkan Duke Vorxon pun akan kesulitan untuk mencari obat ini (meski beliau tidak memerlukannya).

"Aku sudah merasa enakan, Jane bisa bantu carikan sesuatu yang hangat? Aku ingin makan siang" ucap Ariel bangkit hendak duduk di kasurnya.

Jane pun membantu Ariel untuk duduk terlebih dahulu, dan meletakkan bantal di belakang punggung Ariel. "Baik yang mulia, saya akan segera kembali" ucapnya.

Namun saat Jane membuka pintu kamar itu, langkahnya terhenti. Ariel melirik, mendapati Jane memberi hormat entah pada siapa. Namun sesaat kemudian, ia pun mengerti.

"Hai Alea" sapa Ariel tersenyum lembut pada adik tirinya itu.

"Aku dengar kalian tidak menahan diri dan melakukannya selama seminggu, hebat juga Adionel mampu menanganimu" ucap Azalea dengan santainya masuk ke kamar itu dan duduk di kursi yang berada di sebelah kasur.

Ariel tertawa kecil, "Sesekali" guraunya.

Azalea menghela nafasnya, ia menatap Ariel sedikit khawatir. "Bagaimana perasaanmu? Adionel sialan itu malah langsung bekerja setelah membuatmu seperti ini" gerutunya dengan perempatan siku di kening.

"Tidak apa-apa, aku mengerti kesibukannya. Aku juga harus segera pulih dan kembali ke tugasku" ucap Ariel.

Azalea mendengus menatap kakak tirinya itu semakin khawatir, "Jaga kesehatanmu" ucapnya. "Ah iya aku lupa, ayah menitipkan ini untuk diberikan kepadamu" ucap Azalea memberikan sebuah bungkusan kepada Ariel. Ia sendiri tidak tahu apa isinya karena berangkat buru-buru dan tidak sempat berdandan, jadi ia berdandan di dalam kereta dan lupa untuk memeriksa bungkusan itu.

I Wrote This StoryWhere stories live. Discover now