2. Pasar

2.1K 351 3
                                    

Vote dulu sebelum baca

###

Tiga hari kemudian.

Callian memeriksa kembali barang bawaannya, setelah selesai, ia keluar dari kamarnya lalu menemui Arion.

"Ayah! Aku sudah selesai. Ayo kita pergi!" Callian berlari menuruni tangga lalu melompat ke pelukan Arion. Sebelumnya, saat Callian berada di bumi, ia tidak pernah melakukan hal seperti ini. Ayahnya di bumi amat kaku dan menjunjung tinggi martabat keluarga. Callian tidak diperbolehkan untuk bermanja pada ayah maupun ibunya.

Arion memperhatikan penampilan Callian yang memakai kemeja putih juga celana hitam yang pendek. Di pinggangnya, ada pedang kayu yang pernah ia berikan pada Callian sebagai oleh-oleh dari kota.

Arion terkekeh geli melihat tingkah laku putranya yang tidak seperti biasanya. Walaupun ia bersikeras untuk memeriksa Callian pada healer terbaik, ia menyukai perubahan ini. Arion mengacak rambut putih keperakan milik putranya . Ia menyelipkan kedua tangannya di ketiak Callian lalu menggendong putranya.

"Kita akan menaiki kereta barang milik Simon hingga ke pasar, setelah itu kita bisa menyewa kereta kuda untuk pergi kota. Kau siap?" Arion memakaikan jubah yang ukurannya cocok untuk Callian, tidak lupa, ia menutup rambut putih keperakannya dengan tudung jubah tersebut.

'Woah! Biasanya orang-orang di isekai memakai jubah untuk menyamar, sekarang aku mengalaminya.'

Terlalu kagum dengan hal-hal yang menurutnya menarik, Callian tidak menyadari bahwa ia dan Arion sudah tiba di tempat Simon menginap.

"Hei Arion, apa kau akan pergi ke kota? Siapa anak ini? Kau tidak menculiknya di suatu tempat?" Simon, pedagang keliling yang mengunjungi desa tempat tinggal Arion setiap seminggu sekali menyapa Arion lalu mengalihkan tatapannya pada Callian yang kini turun dari gendongan ayahnya.

Arion memutar malas kedua bola matanya. Semua orang di desa tahu bahwa ia sudah memiliki anak, tapi pedagang ini terlalu berani untuk bercanda dengannya.

"Apa dia paman Simon?" Callian menatap Arion meminta jawaban. Melihat Arion yang mengangguk, Callian menoleh pada Simon lalu bertanya.

"Paman, paman! Ayah bilang kita akan menaiki keretamu hingga pasar."

Simon tersenyum lebar saat Callian memanggilnya paman. Ia menjawab dengan nada lembut, "Tentu saja, Callian. Ayo, kita naik ke keretaku, kita akan segera pergi ke pasar."

Mereka berdua berjalan menuju kereta barang Simon. Callian memandangi kereta tersebut dengan penuh rasa ingin tahu.

'Kereta kuda itu seperti delman? Yah, apapun itu aku hanya perlu menaiknya.'

Ini adalah pengalaman pertamanya naik kereta barang seperti ini, dan segala sesuatu yang baru dan berbeda di dunia baru ini begitu menarik baginya.

Arion membantu Callian naik ke kereta, lalu mereka duduk di samping Simon. Kereta itu mulai bergerak perlahan menuju pasar yang tidak terlalu jauh dari desa mereka.

'Benar-benar menyenangkan. Dibandingkan dengan menaiki mobil yang kecil dan sempit, naik kereta kuda merupakan pengalaman terbaikku.'

Callian menghirup udara segar dalam perjalanan mereka ke pasar. Matahari bersinar terang di langit biru, dan kereta barang itu melaju dengan tenang di atas jalan berdebu. Sementara mereka berada di dalam kereta, Simon mulai menceritakan berbagai cerita menarik tentang petualangan-petualangannya sebagai pedagang keliling.

Callian duduk dengan antusias, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Paman Simon sementara Arion mendengarkan sambil tersenyum melihat bagaimana putranya begitu antusias mendengarkan cerita-cerita Simon.

"Ayah, ayah! Apa itu pasar?"

Arion tersenyum dan menganggukkan kepala. "Iya, Callian, itu pasar. Di sana, kita akan menemukan banyak orang dan barang-barang dari berbagai tempat. Ayo kita lihat apa yang bisa kita temukan." Arion menjelaskan sementara Callian mengangguk mengerti.

Kereta barang itu terus bergerak mendekati pasar yang semakin ramai. Callian memandangi pasar yang semakin mendekati mereka dengan mata berbinar. Ia merasa sangat bersemangat untuk menjelajahi dunia baru ini.

Tiba di pasar, Simon turun lebih dulu. "Aku akan pergi menyelesaikan urusanku, kalian bisa pergi ke tempat ini untuk menginap."

"Paman akan belanja?"

Simon menggelengkan kepalanya. "Aku harus memindahkan barang bawaanku lalu menyelesaikan beberapa urusan. Nikmatilah hari-hari mu selama kau disini. Sampai jumpa nak!" Simon menyempatkan diri untuk mengelus kepala Callian yang tertutup tudung jubah berwarna hitam.

"Callian, ada yang harus kau lakukan sebelum kita keluar dari kereta kuda." Arion merogoh saku celananya.

"Apa itu?"

Callian memiringkan kepalanya.

"Kita akan menyamar dan kau harus meminum ramuan penyamaran ini saat kita akan turun dari kereta kuda."

Arion memperlihatkan botol kecil berisi cairan yang berwarna merah kecoklatan.

Callian mengambil ramuan itu kemudian meminumnya hingga habis tanpa pikir panjang. Jika ayahnya mengatakan bahwa ramuan itu bisa digunakan untuk menyamar, bukankah itu berarti ramuan tersebut mengandung sihir? Ini pertama kalinya ia meminum sesuatu yang mengandung sihir, jadi Callian begitu antusias.

"Apa yang berubah?" Callian menatap Arion dengan mata bulatnya.

"Tidak banyak, hanya mata dan rambutmu." Arion membantu putranya turun dari kereta kuda sementara Callian menoleh kesana kemari mencari sesuatu yang bisa memantulkan bayangan dirinya. Tidak jauh dari tempatnya berada, sebuah toko pakaian dengan beberapa kaca besar terlihat dimata Callian.

Callian membuka tudung jubah yang menutupi rambutnya.

"Ini aku? Wah! Aku terlihat sangat mirip dengan ayah!"
Arion mematung mendengar perkataan putranya namun Callian tidak menyadarinya.

Callian memainkan rambutnya sambil melihat cermin tanpa melepaskan senyumnya. Warna rambut Callian yang sebelumnya berwarna putih keperakan, kini berubah menjadi hitam, begitu juga dengan mata birunya yang ikut berubah menjadi coklat.

'Saat di bumi, aku harus pergi ke salon untuk mengubah gaya rambut. Aku juga perlu memakai softlens untuk mengubah warna mata. Disini, aku hanya harus meminum ramuan? Sihir ternyata begitu menyenangkan!'

Seolah melupakan tujuannya, Callian menatap para pedagang di pasar dengan semangat. Jika sebelumnya ia bisa menggunakan apapun yang sudah disediakan pelayannya, kali ini, Callian akan melakukannya secara langsung bersama Arion.

"Ayah, bisakah kita menjelajahi pasar ini?" Callian bertanya dengan nada memohon. Tentu saja, hal itu membuat Arion tidak bisa menolak keinginannya.

"Tentu, kau juga bisa membeli apapun yang kau inginkan." Arion mengambil tangan Callian lalu membawanya memasuki pasar.

###

Am I a Noble?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora