10. Bertengkar

1.6K 291 14
                                    

Saya menyadari bahwa saya tidak kreatif membuat nama:v
Jangankan nama, judul cerita ini udah beberapa kali ganti(di draft) dan ini judul yg paling terakhir aku tulis wkwkwk.

Mohon maaf kalo nama para karakternya bikin puyeng, harap teliti ya guys.

###

Vote dulu sebelum baca

###

"Ayah, jangan bunuh dia! Healer itu... Dia akan mati dibunuh bandit nanti malam." Callian terpaksa mengatakan apa yang ia lihat saat tangannya disentuh oleh healer itu.

Callan mengerutkan keningnya.

"Callian, ulangi perkataan mu."

"Healer itu akan mati nanti—" Callian tidak meneruskan perkataannya. Ia menatap keluarganya yang terlihat kebingungan.

"Callian, kau pasti terlalu lelah. Beristirahatlah." Camelia mengusap rambut putih keperakan milik Callian. Ibu dari si kembar itu berpikir bahwa Callian mungkin membuat ulah karena ia tidak ingin menjadi seorang bangsawan. Camelia hanya bisa memakluminya.

"Tapi—" Callian menoleh kearah healer yang masih bersujud itu. "Paman, jangan seperti itu. A-aku menyarankan agar kau tidak pergi sore ini paman. Kumohon."

Healer itu menatap Callian dengan ekspresi yang campur aduk antara terkejut dan tidak mengerti.

'Terserahlah, lagipula aku sudah dibayar diawal. Aku hanya perlu menuruti keinginan anak ini daripada kepalaku melayang.'

"Baiklah, tuan muda." Healer yang kini duduk di lantai itu mengangguk perlahan membuat Callian merasa lega. Healer itu kemudian pergi meninggalkan ruangan dengan tergesa-gesa.

Kemudian, Callian menggumam pelan pada dirinya sendiri, "Apa yang baru saja aku lihat?"

"Callian," panggil Callias. Ia menatap kembarannya dengan khawatir. "Apa kau baik-baik saja? Apa yang membuatmu ketakutan setelah disentuh healer itu?"

"Callias, biarkan saudaramu beristirahat. Kita bisa bertanya nanti. Selain itu, sebentar lagi kita akan pergi ke ibu Duchy." Camelia menghentikan Callias agar pembahasan tidak berlanjut.

"Duchy? Ayah, kemana kita akan pergi?" Callian melupakan apa yang sebelumnya terjadi. Jika itu ibu kota, apa mungkin mereka akan menemui Duke Sinclair alias kakeknya? Bukankah itu berarti bahwa ia akan tinggal sebagai bangsawan?

Callan menatap Callian dengan lembut, "Callian, ayahku sakit. Tidak lama setelah kepergianku ke desa Uriga, kakakku juga meninggalkan Duchy dan membuat ayah kembali bekerja sebagai Duke Sinclair."

'Ah... Begitu rupanya. Sama sepertiku yang menyayangi ayahku di dunia ini. Ayah juga menyayangi kakek.'

Callian dapat melihat tatapan kerinduan di mata ayahnya yang berusaha ia sembunyikan.

"Dengar, kau akan hidup nyaman jika kita pergi ke Duchy. Kau bisa makan makanan kesukaanmu sepuasnya. Bukankah itu menyenangkan?" Callan memegang kedua bahu putranya.

"Apa kita akan pergi dengan i-ibu dan Callias?" Callian memanggil Camelia dengan canggung, itu karena Callian sudah hidup selama sembilan tahun tanpa mengetahui sosok ibunya.

Camelia tersenyum senang mendengar panggilan ibu dari putra keduanya, namun ekspresi itu tidak bertahan lama. "Maaf Callian, aku dan Callias akan berpisah dengan di portal teleportasi nanti karena aku harus kembali ke County. Jangan khawatir, kita bisa berkomunikasi dengan batu sihir."

"Itu benar Callian! Aku juga akan mengunjungimu sesekali jika jadwalku senggang. Kita akan bermain saat bertemu nanti!" Callias berseru senang.

"Nah, Callian. Jika kau tidak ingin beristirahat, sebaiknya kau bersiap lalu isi perutmu. Setelah itu kita akan bersiap untuk kembali ke Duchy." Callan mengusap rambut Callian dan Callias lalu pergi meninggalkan ruangan.

"Nikmati waktu kalian." Camelia tersenyum sebelum ia berbalik mengikuti Callan.

***

Kurleb, kaya gini penampakan mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kurleb, kaya gini penampakan mereka.
(Anggap aja matanya biru.)

Callian sudah mengganti pakaiannya, saat ini, ia duduk di kursi yang berhadapan dengan Callias. Tidak lupa, teh dan beberapa cemilan yang dibawakan oleh pelayan penginapan kini tersaji rapih di atas meja.

"Ini enak, Callian apa kau sering makan dan minum semua yang ada disini?" Callias meletakkan cangkir berisi coklat panas yang sudah ia minum.

Callian memandang malas sosok yang menjadi kembarannya itu. Apa-apaan itu? Callias menanyakan hal seperti itu dengan wajah polosnya? Tentu saja Callian sering memakan makanan atau meminum minuman yang ada dihadapannya. Tapi itu di kehidupannya yang sebelumnya.

Callian baru merasakannya beberapa kali, di dunia ini.

Callian meraih cangkir coklat panas dengan uap yang mengepul perlahan menguar di atasnya. Ia mengarahkan cangkir ke bibirnya dan meniup perlahan, lalu menyesap dengan hati-hati. Mata Callian berbinar saat ia merasakan rasa coklat panas yang lembut dan manis menyentuh lidahnya.

'Sialan! Aku merindukan rasa ini!'

Callian bahkan hampir menitikkan air matanya.

Di antara tegukan coklat panas dan gigitan pada kue kering, mulut salah satu dari keduanya, Callian, terlipat dalam ekspresi cemberut yang menggemaskan.

"Callias, bukankah kau begitu menikmati kehidupan bangsawan? Bagaimana jika kita bertukar? Aku tinggal bersama ibu, dan kau tinggal bersama ayah? Bangsawan Duke memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada Count." Callian sambil menaruh cangkirnya dan meraih sepotong kue kering.

Callias langsung menggeleng cepat, memakai senyum polos di wajahnya. Dia membayangkan jadwal yang semakin padat jika dia harus tinggal di Duchy. "Tidak, Callian! Aku merasa cukup dengan keadaanku sekarang."

Callian menjaga ekspresinya, sambil memandang Callias tajam. Pipinya mengembang dengan kesal. "Bukankah kau bilang, kau itu kakakku? Seharusnya kau mengalah padaku."

Callias akhirnya mengangguk, tersenyum lebar. "Kau benar! Aku adalah kakakmu. Jadi, kau harus menuruti perkataanku."

Tapi Callian tetap memelototi Callias. "Kau seharusnya yang mengalah! Kau tinggal di Duchy sementara aku tinggal di County."

"Tidak bisa, Callian! Kau saja yang tinggal di sana. Aku sudah nyaman tinggal di County," tegas Callias, mencoba meyakinkan adiknya sambil memasukkan lagi kue ke dalam mulutnya.

"Callias, kau sudah berpengalaman menjadi bangsawan. Kau tidak akan kesulitan jika tinggal di Duchy." Callian berusaha meyakinkan kakak kembarnya itu.

Callias merasa agak tertekan oleh keinginan keras adiknya. Dia pun menjawab dengan tegas, "Callian, aku tidak mau. Aku sudah memutuskan, dan aku akan tetap di County."

Pertengkaran antara dua kembar ini semakin memanas, mereka saling berdebat dengan keras, tanpa satu pun yang ingin mengalah. Suara mereka memecah ketenangan ruangan itu, menciptakan ketegangan yang terasa di udara.

Saat itulah, pintu ruangan terbuka, dan ayah mereka, Callan, masuk dengan langkah mantap. "Apa yang terjadi di sini?" tanyanya dengan nada yang tenang namun tegas.

Camelia mengikutinya dengan tatapan khawatir. "Anak-anak, apa yang sedang kalian lakukan?"

Callian dan Callias saling menatap, terdiam sejenak oleh kehadiran orang tua mereka.

###

Am I a Noble?Where stories live. Discover now