1

778 55 0
                                    

Langkah kaki Jaemin dan Jeno yang baru saja tiba disekolah terhenti ketika berpapasan dengan salah satu teman kelas sekaligus ketua kelas mereka yang nampaknya ingin pergi ke Minimart sebelah sekolah. Ya, biasa. Mereka tahu itu. Jadi mereka sedikit memalingkan pandangannya lalu memberi jalan untuk si ketua kelas lewat.

Namun pandangan mereka kembali pada si ketua kelas saat langkahnya terhenti di dekat mereka.

"Jeno?"

"Iya?"

Salah satu pemuda itu kaget namanya disebut oleh si ketu kelas. Ya bagaimana tak kaget. Kim Julia, atau yang biasa dipanggil Lia itu tak pernah berbicara padanya meskipun sudah hampir 2 tahun mereka sekelas. Ditambah lagi Jeno termasuk anak pendiam diantara perkumpulan temannya. Dan dia yakin, Lia tak akan mungkin mengenalnya barang sedikitpun mengingat gadis itu meliriknya saja tak pernah.

Lia nampak tersenyum menahan tawa lalu mengangguk pelan.

"Temenku Yeji suka sama kamu..." Ucap Lia lalu berjalan pergi begitu saja meninggalkan dua orang yang masih kaget dan bingung dengan apa yang dia katakan. Tentu mereka tau siapa itu Yeji,teman sebangku si ketua kelas yang duduk di pojok depan meja guru. Tapi...

"Yeji?"

Jaemin tertawa sambil menepuk dan merangkul Jeno seperti meledek sahabatnya itu.

"Sabar..."


















































Jaemin, Haechan dan Renjun langsung menertawai Jeno yang terlihat kesal tapi malu sendiri juga. Kesal karena temannya meledeknya, sedangkan malu mengingat kejadian tadi pagi itu. Fyi, hari ini mereka mendapatkan tugas kimia tapi Fyi ke 2, mereka tak sepintar yang kalian bayangkan. 4 sekawan ini bahkan tak pernah masuk 10 besar di kelas. Masuk 20 besar diantara 35 murid saja mimpi bagi mereka.

Jeno yang masih tertawa pelan malu itu iseng menoleh ke arah bangku di ujung depan dan menatap dua punggung gadis yang tengah berbincang disana. Beberapa detik kemudian, salah satu gadis nampak bergerak, duduk menyender sambil tertawa lalu seperdetik kemudian gadis itu menoleh hingga pandangan mereka berdua bertemu.

Mata Jeno terkunci, tubuhnya seakan menolak untuk mengalihkan diri hingga gadis itu berbalik lagi lalu menyenggol teman disebelahnya hingga salah satu gadis lain menoleh ke arahnya. Gadis itu nampak tersenyum malu lalu berbalik lagi memukul bahu temannya yang nampak tertawa puas.

"Ckkk... Karena ini jadi salah paham semuanya..." Ucap Haechan yang tanpa di duga memperhatikan semuanya dan diangguki oleh Jaemin dan Renjun.

Jeno yang mendengar itu hanya menghela nafas panjang, tertunduk dan memainkan pulpen di tangannya. Ya, selama ini dia selalu seperti itu. Memperhatikan dari jauh berharap gadis yang tengah mengisi salah satu ruang di hatinya sadar akan perasaannya. Tapi malah di salah fahami oleh yang lainnya.

"Coba ajak ngomong, Jen..." Usul Renjun yang dibalas gelengan pelan oleh Jeno. Ya mana berani dia mengajak si ketua kelas bicara. Meskipun Lia terlihat baik dan tak pernah pilih teman mengingat semua anak pun direspon baik olehnya. Tapi, dia masih ada rasa malu. Istilahnya, Lia itu bintang, sedangkan dia hanya abu di kelas. Lia yang populer disekolah, sedangkan dia anak yang bahkan namanya saja tak semua anak tau.

Meskipun Lia bukan menjadi primadona atau gadis tercantik di kelas ataupun diangkatan ya, tapi baginya Lia itu punya kecantikannya sendiri. Ya, Lia lah yang dia sukai. Bukan sahabat Lia,Yeji, yang duduk disebelah gadis itu. Harapannya ter-notice oleh Lia malah dinotice dan disalah artikan oleh Yeji.

"Tapi,gimana sama Winter, Jen?"

"Kata Jeno, kalau dia dapet Lia, dia lepasin Winter..."

"Gak jahat itu namanya?"

"Cckk...Winter aja jarang ada kabarnya. Iya kan Jen?" Ucap Jaemin sambil merangkul temannya itu yang diangguki oleh Jeno. Memang Jeno sudah punya pacar, terpaut 3 tahun alias pacarnya masih kelas 2 SMP. Tapi mereka sudah pacaran selama 3 tahun yang saling kenal karena mereka satu SD dulunya.

"Winter udah susah dikasi tau. Ngelawan terus. Males jadinya gak ada chemistry lagi..." Ucap Jeno mengingat hubungannya dengan Winter.

"Lah...kalau Lo sama Lia apa bedanya. Lia itu tegas dan berwibawa banget. Kalah paling Lo sama dia..." Ucap Haechan yang diangguki oleh Renjun.

"Yee...gak juga sih. Kan Hyunjin pernah bilang,Lia kalau pacaran bakal jadi bucin dan penurut banget..."

"Iya juga sih. Tapi kalau Hyunjin bohong? Emang dia tau dari mana juga?"

"Mereka satu SMP dulu. Katanya Lia punya mantan waktu itu tapi pisah karena yang cowok pindah sekolah tiba-tiba tanpa kabar. Beuh... Kata Hyunjin si Lia sampe sekarang gak punya pacar karena masih gamon..." ucap Jaemin panjang lebar.

"Kalau gamon mah, rugi dikodein. Gak bakal peka. Hatinya masih isi orang lain..."

"Kalau Jeno aja bisa suka sama Lia pas udah punya Winter, mungkin aja Lia bisa kan? Sekalian lah jalan tipis-tipis gantiin posisi mantannya Lia. Jangan putus asa dulu. Iya gak Jen?" Ucap Jaemin memberi semangat pada Jeno melawan Haechan dan Renjun yang nampak pesimis, memberi aura negatif saja.

"Ntar deh gue bantu..."

"Hah?"

Ketiga anak yang lain menoleh pada Renjun yang nampak mulai mengerjakan soalnya meskipun dia saja tak yakin rumus yang mana harus digunakan dalam soal itu.

"Caranya?"

"Lia itu ramah, diajak ngobrol itu nyaut kok,gak jutek. Lagi, dua hari lalu gue juga sempet ngomong sama Lia..."

"Ngomong apa?!"

"Gak ada. Cuma dia nitip pesen ke gue suruh gue ngasi tau Jeno kalau Yeji suka sama Jeno. Tapi ya gak gue sampein. Orang gue tau Jeno sukanya bukan sama Yeji. Jadi gak guna..." Ucap Renjun santai yang membuat Jeno sedikit mendapat harapan.

Renjun itu diantara mereka ber 4 adalah yang paling berani. Ya, setidaknya untuk berbicara lah. Apalagi Renjun sering diterima Lia setiap ada games pelajaran yang yang mewajibkan mereka menunjuk satu rekan secara dadakan untuk mencari nilai. Istilahnya, Renjun cukup sering berinteraksi dengan Lia meskipun tak bisa dibilang akrab.

"Bantuin ya, Jun?"

"Pelicinnya berapa?" Tanya Renjun dengan watadosnya yang mendapat geplakkan dari Haechan. Sama saja Renjun ternyata ada maunya. Sama dengannya jika dimintai tolong maksudnya.

"Kamera yang Lo bilang bagus kemarin..." Ucap Jeno yakin yang membuat mata Haechan melotot kaget sedangkan Jaemin tertawa sambil bertepuk tangan pelan. Sepadan lah kan bantuannya kalau berhasil.

"Gila Lo Jen! Itu kan maha—"

"Call...!!"

Renjun mengulurkan tangan dan dibalas oleh Jeno hingga mereka tersenyum lebar berjabat tangan.

"Call....!!!"








.
.
.













story' of us (✓)Where stories live. Discover now