17

280 28 0
                                    

Jeno mendorong kursi roda Haruka, alias Lia ke sebuah taman yang paling indah di sana dengan Lia yang nampak antusias menatap sekeliling. Sungguh, dia itu jarang sekali keluar jika bukan ada acara keluarga di restoran. Dia malu pada kondisinya itu sebabnya dia seperti mengurung diri di rumah. Lebih memilih sibuk membantu bundanya mendesign baju dan menemani Haruto belajar. Lucunya, dia sangat mengerti semua materi anak tingkat SMA seperti Haruto padahal dia dalam keadaan amnesia dan kata Jeno mungkin itu karena dirinya merupakan murid terpintar di sekolahnya dulu.

Jeno pun menghentikan dorongannya pada sebuah tempat dimana terdapat pohon besar berbunga indah yang mulai berguguran lalu berjalan memutar hingga bersimpuh dengan satu lutut di depan Lia tersenyum. Meraih tangan Lia untuk dia usap lembut hingga Lia malu sendiri diperlakukan seperti itu.

"Mau duduk disana?" Tanya Jeno menunjuk pada sebuah pohon yang diangguki oleh Lia.

Dengan mudah, pria itu mengangkat Lia ala brydal menuju tempat yang ia maksud lalu duduk beralaskan rumput dan meletakkan Lia di pangkuannya membuat Lia makin malu saja.

"Aku bisa duduk di bawah..." Cicitnya membuat Jeno menoleh dan menyisipkan rambut yang menganggu wajah Lia kebelakang telinganya.

"Aku lebih suka memangku mu. Jadi, kau mau aku cerita dari mana?" Tanya Jeno yang membuat Lia berpikir sejenak.

"Siapa aku?"

"Kim Julia. Putri tunggal dari Kim Jisoo dan Kim Suho..."

"Mereka tiada..." Lirih Lia mengingat bahwasannya ayahnya Yuta sempat mencari identitasnya dan mengetahui fakta kedua orang tuanya telah meninggal. Bahkan mamanya meninggal di hari yang sama saat kecelakaannya.

Melihat wajah sedih Lia, Jeno menariknya dalam dekapan hingga Lia menyender pada dada bidangnya. Terasa hangat bagi Lia, begitu juga untuknya. Aroma Lia sama sekali tak berubah. Dia masih ingat betul itu.

"Masih ada aku. Kau tahu? Aku menunggumu dan mencarimu selama ini. Aku pikir kau masih ada di Korea hingga aku meminta banyak orang mencarimu..."

"Ke Korea Utara?"

"Tidak sejauh itu..." Jawab Jeno yang membuat Lia terkekeh pelan dan Jeno tersenyum lebar.

"Papamu seorang anggota militer yang gugur di perbatasan. Aku belum bertemu dengannya, karena aku baru mengenalmu sejak kita SMA sedangkan papamu tiada saat kau di sekolah dasar..."

"Lalu, mama?"

"Mamamu, dia wanita yang hebat, baik dan pintar memasak. Masakan mamamu adalah salah satu yang paling favorit bagiku..."

"Nomor berapa?"

"Nomor 3..."

"Nomor 2?"

"Masakan mamaku..."

"Nomor satu?"

"Masakanmu..." Jawab Jeno menoleh tersenyum pada Lia begitupun sebaliknya.

"Aku memasak untukmu?"

"Hhmmm... Aku sering menghabiskan waktu denganmu sambil menunggu jam kerja mamamu pulang. Jadi aku sering makan masakanmu..."

"Aku anak yang seperti apa dulu?"

"Aku rasa, tak beda jauh dengan sekarang. Yang friendly, baik, lembut, sabar, pintar...tapi kamu punya sisi menyeramkan..."

"Apa?"

"Saat kamu marah, semua orang akan diam..."

"Aku pernah marah?"

"Tentu. Saat lomba kelas tapi ada kelompok perempuan yang hanya bergosip tanpa membantu. Kamu sangat marah hingga menendang meja kelas dan membuat semua anak terdiam. Aku bahkan juga takut padamu saat itu..."

story' of us (✓)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu