3

315 31 0
                                    

"hhmmm... Ini aku mau berangkat dulu, ma. Oke. Aku langsung ke tempat kerja nanti. Hhmmm... Iya ma..."

Setelah mengakhiri panggilannya, Lia memasukkan HP nya kedalam tas lalu segera berjalan menuju stasiun bis terdekat lalu dengan bis ia berangkat menuju rumah Jeno. Dia tentu tau perumahan tempat Jeno tinggal bukanlah perumahan biasa. Tapi rumah kakak kelas dan beberapa teman nya juga ada disana jadi dia tak canggung lagi.


"Nomor 127... Yang ini?"

Lia mendekat ke arah gerbang dan memencet bel yang ada disana hingga pintu kecil di gerbang terbuka dan tampaklah seorang security tersenyum ramah padanya.

"Selamat sore pak. Maaf saya mau-"

"Nona Lia, temannya tuan Jeno, kan?" Tanya Security itu tiba-tiba yang diangguki oleh Lia. Sepertinya Jeno sudah memberi tahu penjaga rumahnya itu mengenai kedatangannya. Baik sekali. Jadi dia tak perlu repot-repot lagi memperkenalkan diri.

"Iya pak..."

"Ah...mari masuk nona. Nona bawa kendaraan?" Tanya Security itu melihat sekeliling dan dijawab gelengan oleh Lia.

"Kalau begitu, silahkan nona..."

Security itupun mempersilahkan Lia masuk lalu mengantarnya hingga menuju pintu utama dengan golfcar karena memang jarak dari gerbang ke bangunan utama cukup jauh. Jujur saja Lia sangat kagum mengenai besarnya rumah Jeno itu. Meskipun dia pernah datang ke perumahan yang sama, tapi jelas rumah Jeno jauh lebih besar.

"Silahkan masuk nona..."

"Hhmm...terimakasih pak..." Ucap Lia setelah mereka turun dan dibukakan pintu utama oleh penjaga yang lain untuk mengantar Lia masuk tanpa pertanyaan apapun.

"Silahkan duduk nona Lia. Nona mau minum atau makan apa?" Tanya seorang pelayan yang baru datang pada Lia membuat Lia sedikit heran. Bisa-bisanya satu rumah itu seperti sudah tahu namanya tanpa bertanya sama sekali.

"Eeemm...air putih saja,boleh?"

"Tentu nona. Mau yang biasa atau yang dingin?"

"Yang biasa saja. Terimakasih..." Ucap Lia tersenyum yang dibalas senyuman pamit juga oleh pelayan wanita itu meninggalkan Lia sendiri di ruang tamu nan megah itu.

"Yang lain dimana? Katanya yang lain udah Dateng..." Cicit Lia sambil mengeluarkan HP nya mengirim pesan pada Renjun. Saat Lia tengah menunggu balasan, iya tersentak kaget dan langsung berdiri saat mendengar suara seseorang yang datang.

"Iya ini aku baru sampai, pa..." Ucap gadis cantik yang Lia duga usianya mungkin 20 tahunan itu. Nampak anggun dan glamour namun tak terlihat norak sama sekali. Wanita itupun menoleh saat merasa dari sudut matanya melihat wujud Lia lalu nampak terdiam saat Lia tersenyum dan membungkuk pelan.

"Kamu..."

"Saya Lia,kak. Teman Jeno..." Ucap Lia yang langsung membuat Joy, kakak Jeno itu mengangguk dengan mulut membentuk huruf O kecil disusul senyumannya yang manis.

"Siapa, Joy?" Tanya seseorang diseberang panggilan yang tak lain adalah Donghae, papa dari Joy dan Jeno.

"Lia pa. Aku tutup dulu. Jangan ganggu, jangan usik! Bye pa..!" Ucap Joy dan mengakhiri panggilannya sepihak membuat Lia cukup kaget ingin tertawa tapi ditahan.

"Sudah lama datangnya?" Tanya Joy yang mendekati Lia lalu mengajak Lia duduk lagi sementara dia duduk disebelahnya.

"Baru kak-"

"Joy. Ah, Lee Sooyoung, Kaka Jeno, tapi panggil aja kak Joy kayak yang lain. Oke?" Ucap Joy ramah yang diangguk senyumi oleh Lia.

"Kamu cantik imut banget ternyata. Gemes kakak jadinya. Pantes -"

"Kak Joy...!!"

Suara teriakan Jeno menginterupsi kakaknya itu yang membuat Joy dan Lia menoleh pada empat pemuda yang baru datang itu. Tatapan Jeno terlihat kesal pada kakaknya namun Joy malah memberinya tatapan meledek ingin menertawai adiknya itu.

"Cckk...apaan sih bocah! Ganggu orang ngobrol aja!"

"Kakak yang ganggu! Sana pergi. Kita mau bikin tugas!" Ucap Jeno yang membuat Joy tersenyum jahil.

"Pantes Lia disini. Tapi biasanya kalian bawa -"

Ucapan Joy kembali terpotong saat mendengar suara beatbox dari arah pintu masuk yang ternyata itu adalah Eric yang membuat Lia sangat kaget. Eric. Tentu dia tahu anak dari kelas sebelah itu. Kenapa anak itu bisa ada di rumah itu juga?

Eric pun kaget saat dirinya baru pulang bahkan masih menggunakan seragam sekolahnya tapi malah ditatap oleh banyak orang. Terutama-

"Lia? Ngapain Lo disini?" Tanya Eric kaget plus tertawa heran. Jangan tanya kenapa mereka terdengar dekat. Eric dan Lia kan satu organisasi disekolah. Bukan OSIS, tapi SISPALA. Siswa pecinta alam.

"nugas. Lo juga sana pergi sama kak Joy. Gausah jadi TMI disini!" Ucap Jeno yang sebenarnya ancaman untuk dua saudaranya itu sementara Lia masih bingung dengan semuanya.

"Eric sepupunya Jeno. Cuma ortunya tinggal diluar jadi dia tinggal disini..." Ucap Renjun memberi penjelasan yang akhirnya membuat Lia mengangguk paham dan Joy yang kepalang gemas pun mencubit pelan pipi Lia.

"Iihh...gemes banget ini anaknya. Jadi adek kakak aja ya?" Ucap Joy yang mendapat teriakan dari Jeno.

"Kak Joy! Sana pergi, ah!" Keluh Jeno yang membuat Joy tertawa puas.

"Dari tadi anaknya disini. Milih baju pake nugas aja lama banget...!" Sindir Joy sembari menatap Jeno dari atas hingga bawah. Penampilan adiknya itu jelas berbeda dari biasanya. Mencurigakan kalau kata Joy.

"Bodo!"

Joy tersenyum meledek lalu pergi dengan Eric yang juga ingin membersihkan diri.

"Maaf lama, Li..." Ucap Jeno yang disenyumi oleh Lia.

"Gapapa. Udah ayo nugasnya..." Ajak Lia yang akhirnya membuat semuanya duduk juga dan mulai bekerja. Anggaplah ini hanya Lia yang sibuk. Bekerja sekaligus mengajar.

Dia tak mau materi tugas itu hanya dia sendiri yang mengerti. Jadi tanpa diminta, dia menjelaskan pada keempat pemuda itu sampai mereka mengerti bahkan mulai berani bertanya jika ada yang mereka tak pahami. Entah materi yang sebelumnya ataupun yang sekarang ini. Lia dengan sabar dan telaten menjelaskan pada mereka darimana rumus itu di dapat, dan bagaimana cara pengerjaannya juga menjelaskan materi kimia yang baru untuk tugas mereka.

Diam-diam tanpa mereka sadari, Joy dan Eric ternyata bersekongkol mengambil video mereka untuk dikirimkan pada orang tuanya. Gemas juga dia melihat sang adik yang biasanya malas sekali belajar mendadak jadi aktif bertanya dan mau mengerjakan soal contoh di bukunya atas bimbingan Lia.

"Calon kak?" Tanya Eric berbisik.

"Gatau. Doa'in aja kata Jeno..."

"Terus Winter?"

"Gatau. Lagian bukannya lebih cocok sama yang ini? Jeni butuh pasangan yang pinter. Soalnya dia bego..." Jawab Joy yang membuat Eric tertawa sambil menggeleng pelan. Ya dia juga tau Jeno malas belajar. Sebenarnya Jeno pintar baginya. Tapi tak ada motivasinya untuk belajar membuatnya malas membuka buku dan otaknya. Istilahnya otaknya terpakai hanya saat kepepet saja.

"Semoga aja otak mereka gak berasap tumben belajar. Ayo pergi!"









.
.
.















story' of us (✓)Where stories live. Discover now