5

287 32 2
                                    

Katanya saja Jeno ingin mengantar. Nyatanya pemuda itu malah duduk di cafe tempat Lia bekerja dengan ribuan alasannya. Sebenarnya dia hanya ingin sebentar, tapi melihat pakaian kerja Lia, Jeno malah jadi senang memperhatikannya. Lia terlihat berbeda dengan pakaian kerjanya. Terlihat lebih dewasa, anggun dan paling penting dia bisa selalu melihat senyum Lia saat melayani pelanggan disana. Sangat jauh dari vibes anak-anak SMA yang biasa dia lihat dari Lia saat disekolahnya.

"Jen? Gak balik? Udah malem loh ini..." Tanya Lia saat gadis itu membersihkan meja bekas pakai di dekat tempat Jeno duduk.

"Tanggung. Kamu pulang jam berapa?" Tanya Jeno dengan wajah polosnya seperti biasanya dia disekolah dan itulah salah satu alasan kenapa Lia tak bisa menolak Jeno untuk tetap tinggal.

"Setengah jam lagi..."

"Sekalian lah aku anter kamu pulang,gimana?"

Alis Lia berkerut ragu.

"Kamu udah izin gak sama orang tuamu. Mereka udah pulang kasian kalau mereka nungguin nanti..." Ucap Lia khawatir.

"Udah kok. Aman..."

"Gak laper?" Tanya Lia sambil tertawa heran. Soalnya Jeno hanya memesan ice latte dan dua slice kue saja.

"Kamu laper? Atau sekalian nanti kita cari makan?" Tawar Jeno yang tentu saja membuat Lia melotot dan menggeleng cepat.

"Aku makan dirumah Jen..." Ucap Lia yang entah kenapa membuat Jeno seperti sedikit sedih. Lia jadi tak enak hati,kan. Jeno sudah baik mengantarnya bekerja, bahkan akan mengantarnya pulang.

"Mau makan di rumahku aja?" Tawar Lia akhirnya yang membuat Jeno menoleh kaget mendengar tawaran itu.

"Boleh?"

"Ya, boleh. Tapi makanannya pasti beda sama yang dirumahmu..." Ucap Lia sembari merapikan kursi dengan kekehan pelannya.

"Makanan mau gimanapun wujudnya tetep makanan,Li..." Ucap Jeno yang diangguki oleh Lia. Dalam hatinya dia kagum juga jika Jeno benar bisa makan dirumahnya. Mengingat anak itu sepertinya anak orang yang terkaya di kompleksnya.

"Wait, okey..."

Lia refleks tersenyum dan mengusap bahu Jeno sebelum pergi yang tanpa ia sadari memberikan afeksi lebih pada Jeno. Bahkan rasanya perutnya ingin meledak sekarang saking syoknya mendapat perlakuan seperti itu dari Lia.

"Jun... Sekalian tripod sama lensa-lensa kameranya deh gue beliin Lo Jun!"

























"Waahh...ini enak, Tante...!" Puji Jeno setelah mencicipi sup buatan Jisoo, mama Lia. Mendengar itu, Jisoo tentu merasa tersanjung sedangkan Lia hanya tertawa sambil menggeleng pelan.

"Pernah makan ini?" Tanya Lia sambil menunjukkan daun perilla pada Jeno yang dijawab gelengan oleh anak itu. Jeno pernah makan yang sudah jadi. Itu kenapa dia tak tahu bagaimana cara makan dengan daun perilla yang masih terpisah itu.

"Sini..."

Lia pun semangat menyiapkan daun perilla yang ia isi dengan daging, saus dan bawang putih lalu melipatnya dengan rapi.

"Buka mulutmu..." Ucap Lia yang dituruti saja oleh Jeno lalu Lia pun menyuapinya membuat Jeno makin senang dan mengunyah makanannya itu.

"Waahh...ini luar biasa..." Ucap Jeno senang. Rasa makanannya enak meski sederhana ditambah lagi disuapi oleh orang yang kita sukai. Rasanya makin luar biasa untuknya.

Ekspresi Jeno pun membuat Jisoo dan Lia tertawa pelan melihat Jeno yang nampak menggemaskan saat tersenyum senang itu.

"Makanlah yang banyak. Lia bilang kau ada di cafenya sejak sore tadi. Perutmu pasti kosong,kan? Makanlah sampai kenyang..." Ucap Jisoo yang disenyumi oleh Jeno.

story' of us (✓)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora