12

245 30 0
                                    

Jeno turun dari tangga dan dengan wajah datarnya mendekat ke arah gadis yang sebenarnya sudah 100 persen hilang dari hatinya itu. Bagaimana tak hilang? Dua Minggu terakhir Winter benar-benar tak berkabar dan dari info yang Jeno dapatkan kekasihnya itu sibuk latihan cheerleader bersama anak basket dan kabarnya beberapa anak basket sekolahnya pun tengah mendekatinya tanpa penolakan.

"Kenapa?" Tanya Jeno ketus yang membuat Winter langsung memasang wajah sedihnya.

"Kok galak banget sih. Lama gak ketemu bukannya kangen gitu,kak?"

"Cckk... Buat apa gue kangen sama Lo sedangkan Lo nya sibuk jalan sama cowok lain..." Jawab Jeno yang membuat Winter kaget.

"Apaan? Kata siapa? Gak ada kok. Orang sibuk disekolah aja..."

"Iya kan jalannya disekolah soalnya gebetannya disekolah semua..." Jawab Jeno sarkas yang membuat Winter cukup takut juga. Apa dia sudah ketahuan? Tentu saja sudah. Buktinya Jeno sudah tahu kelakuannya disekolah.

"Gak gitu kak. Kakak salah faham. Aku sering bareng anak basket soalnya—"

"Gue gak nyebut anak basket loh ya..." Potong Jeno dengan wajah piciknya yang membuat Winter langsung merutuki mulutnya sendiri.

"Kak Jen—"

"Udahlah Win. Kita selesai aja sampe disini. Capek juga gue sama Lo. Banyak banget yang masi kabar gak-gak tentang tingkah Lo di luar sana bikin gue makin males..."

Jeno hendak berbalik naik ke kamarnya namun Winter menahannya dengan tatapan sedih dan menggeleng tak mau putus.

"Tapi kak... Tahun depan aku udah lulus SMP dan mau mendaftar disekolah kak Jeno loh. Kita bisa satu sekolah lagi..."

"Gak banyak, gak peduli, dan gak ada urusannya sama gue, Win. Udah, males gue sama Lo..."

"Gitu ya kak Jeno sekarang. Apa kak Jeno pikir cuma kak Jeno yang mau sama aku? Gak! Masih banyak cowok yang ngantri buat jadi pacar aku,kak!" Ucap Winter kesal merasa dicampakkan oleh Jeno. Padahal rencananya dia yang mau mencampakkan kekasihnya itu. Tapi kenapa malah terbalik sekarang.

"Iya udah, sana aja sama mereka. Gue gak peduli..." Jawab Jeno acuh lalu segera kembali ke kamarnya meninggalkan winter yang nampak menyentakkan kakinya kesal.

"Harusnya gue yang ninggalin dia. Kenapa malah kebalik gini sih?!"

"Makanya... Berpikiran itu yang baik. Di bales Tuhan kan jadinya..."

Winter menoleh dan melihat Eric datang dari arah dapur dengan toples cemilannya.

"Lo masih bocil aja banyak banget tingkah busuknya. Gayaan segala mau nyakitin orang. Inget, masa depan Lo masih panjang. Nama Lo jelek sekarang, seterusnya bakal diinget orang. Masih kecil udah nyabe. Heran.." ucap Eric sambil menggeleng pelan lalu menaiki tangga juga ke kamarnya yang membuat Winter malu sekaligus makin kesal juga.

"Cckk...!! Iissh... Kenapa jadi gini,coba?!"

Winter akhirnya memutuskan pergi dari rumah Jeno namun saat di pintu dia melihat pelayan masuk bersama seorang gadis yang dia tak kenal sama sekali. Gadis yang tak lain adalah Lia itupun juga menatap bingung karena tak pernah melihat Winter sebelumnya.

"Siapa ya?" Tanya Winter yang membuat pelayan heran. Lah, dia yang siapa nanya-nanya tamu yang punya rumah.

"Saya—"

"Bakpaoku datang...!!" Seru Joy berlari mendekati Lia dan langsung memeluknya gemas membuat Winter iri. Ya bagaimana tak iri. Joy itu kakak Jeno yang bahkan tak pernah menyapanya dengan ramah. Seperti segan tak segan begitu. Tapi gadis itu malah disambut dengan sangat baik.

"Kak Joy apa kabar?" Tanya Lia setelah Joy melepas pelukannya melupakan Winter yang masih ada disana.

"Baik. Kata Jeno sama Eric kamu nanyain kakak ya? Maaf ya, kakak kuliahnya lagi disiksa dosen soalnya..." Ucap Joy merasa bersalah lalu ia teringat sesuatu dan melihat tangan Lia.

"Ini lukanya. Aduh... Masih sakit gak?" Tanya Joy yang dijawab gelengan oleh Lia.

"Gapapa kak. Udah mulai kering kok..."

Winter yang sadar hanya jadi obat nyamuk saja disana pun hendak melangkah pergi namun terhenti saat mendengar suara Jeno.

"Lia? Kan aku bilang tunggu aja dirumah biar aku jemput..." Ucap Jeno yang nampak sudah bersiap itu.

"Hhmmm?? Kasian kamu bulak balik entar..." Jawab Lia dan dia baru teringat pada Winter lalu menoleh dan memberi kode pada Jeno dan Joy menanyakan itu siapa.

"Masih disini kamu, Win?"

"Lah...sejak kapan winter disini?" Tanya Joy yang baru sadar juga membuat Lia mengerutkan alisnya. Dia memang tahu Jeno punya pacar, tapi seperti yang dia katakan. Dia tak pernah mengulik lebih jauh tentang kehidupan Jeno sebelumnya jika bukan Jeno yang bercerita sendiri.

"Dia siapa,kak?" Tanya Winter menatap tajam Jeno.

"Siapa dia emang ada urusan apa sama kamu?" Tanya Joy heran dengan sikap sok Winter itu.

"Aku tanya loh kak. Dia temen kak Joy atau temen kak Jeno?"

"Kalau temennya Jeno?"

"Kenapa cewek? Kenapa bisa sampe Dateng kesini? Ada urusan apa emangnya?" Tanya Winter menatap Lia sekarang membuat Lia bingung sebenarnya apa yang terjadi dan siapa gadis itu.

"Saya—"

"Calon adik iparnya kakak. Kenapa?" Tanya Joy tak mau kalah nyolotnya dengan Winter.

"Pacar kak Eric?"

"Cckk...!! Bego banget pacarmu, Jen. Masak kamu yang bilang mau jemput malah dibilang pacarnya Eric..."

"Mantan pacar,kak. Aku udah putus sama dia. Lagian buat apa kamu tanya-tanya. Emang kamu siapa disini? Ini rumah kita, tamu kita, kamu ada hak apa mau ngatur?" Tanya Jeno yang membuat Lia baru paham kalau Winter itu pacar atau mantan pacar Jeno? Tunggu, status mereka bagaimana sebenarnya? Lia saja tak tahu.

Mendengar itu, Winter tentu kaget tapi menatap Lia lagi dengan senyum miringnya karena dirinya merasa lebih cantik dari Lia.

"Selera kak Jeno berubah banget. Menurun..."

Mendengar itu, Lia tentu tersinggung dengan ucapan Winter tapi dia berusaha setenang mungkin. Jangan sampai dia terpancing emosi oleh anak baru puber seperti Winter itu.

"Jaga mulut—"

"Lah...emang selera Lo gak turun? Masak dari emas di tangan Jeno yang punya segalanya, jadi murahan dan bergilir sekarang..." Tanya Eric yang datang membawa bukunya. Rencananya dia akan mengerjakan tugas sekalian bersama Jeno mumpung ada Lia yang bisa dimintai bantuan.

Mendengar itu, Joy menahan tawanya dengan bersembunyi di bahu Lia sedangkan Lia sudah pusing saja sekarang. Jeno dan Eric, Jeno pakai otot, Eric pakai mulut. Sama-sama menyakitkan juga serangannya.

Winter yang merasa sudah terpojok disana ditambah malu dikatai Eric pun langsung pergi dari rumah keluarga Lee itu hingga tawa Joy akhirnya pecah juga.

"Gila, Ric... Lidahmu setajam silet. Approve...approve...!!" Puji Joy yang membuat Lia makin heran saja dengan keluarga itu.

"Papanya dingin, mamanya anggun, kakak ceweknya bobrok, adik cowoknya membahayakan. Luar biasa emang..."

"Iya udah Li, ayo kita belajar..." Ajak Jeno karena hari ini dia tak sekolah. Hari pertama skorsing soalnya. Tadi dia juga tak menjemput Lia karena Lia bilang pulang dengan Yeji karena Yeji rindu masakan mamanya Lia.

"Nebeng bikin tugas, ya?" Ucap Eric nyengir tanpa dosa yang dibalas lirikan tajam Jeno.

"Cckk...! Ganggu aja Lo. Udah ayo..."







.
.
.










story' of us (✓)Where stories live. Discover now