1. Hubungan Mereka

2.1K 209 21
                                    

Suara desingan pedang yang beradu memenuhi halaman belakang istana. Banyak prajurit yang sedang melakukan kegiatan latihan rutin dengan berbagai senjata tajam.

Halaman belakang Terra Aeterna Main Castle juga di penuhi oleh para bangsawan istana yang sedang mengadakan pesta teh sambil melihat kinerja para prajurit dan beberapa Pangeran yang sedang berlatih.

"Kau melihat nya, bukan?" Tanya sang Emperor sambil terkekeh kecil. "Éxypnos semakin handal dalam membidik target nya,"

"Kau benar sayang. Putraku semakin luar biasa," balas sang Empress sambil mengelus tangan sang suami. "Seandainya Erebos hadir di kegiatan ini, pasti suasana halaman akan semakin mengerikan." Lanjut Lee So-hee dengan nada sedih.

Jung Yunho terkekeh kecil dan mengelus rambut Lee so-Hee dengan gerakan pelan. Tatapan sang Emperor terlihat begitu dalam dan penuh cinta ketika meletakkan atensi nya kepada sang Empress.

"Kau tahu sendiri bagaimana sifat keras kepala putramu yang satu itu, sayang," ujar Jung Yunho.

"Kalau kau lupa, dia mendapatkan sifat itu darimu Tuan Jung Yunho yang terhormat," cibir Lee so-Hee membuat Jung Yunho tertawa geli.

Sementara itu, di tengah halaman yang menjadi arena latihan. Éxypnos dan Thoryvódis sedang istirahat dan memperhatikan interaksi kedua orang tua mereka.

"Lihatlah si tua itu," ujar Haechan dengan nada malas. "Terlihat sangat mencintai Ibu padahal pernah menyakiti hati Ibuku,"

"Kau benar," timpal Chenle seraya berdecih sinis. "Kelakuan nya benar-benar menjijikkan sehingga membuat aku muak," lanjut nya datar.

"Oh... dia melihat ke arah kita," gumam Haechan seraya berdiri. "Ayo. Kita harus pura-pura berlatih di hadapan nya. Aku muak mendengar ocehan menyebalkan nya jika kita hanya duduk santai," ajak Haechan mengulurkan tangan nya kepada Chenle.

"Astaga, Abang. Aku sudah lelah," rengek Chenle dengan wajah merengut.

Haechan menarik kembali uluran tangan nya seraya berdecih. "Kau memang masih bayi, Chenle. Begini saja sudah lelah,"

"Aku tidak akan lelah jika harus berjudi selama seminggu," balas Chenle santai.

Haechan memilih pergi daripada menanggapi sang adik. Tatapan mata Pangeran ke-4 tersebut terlihat mengedar ke segala arah halaman dan senyuman nya terbit ketika melihat salah satu saudara nya. Sambil menenteng panah, ia berjalan menghampiri sang saudara.

"Kau sedang bersantai?" Tanya Haechan basa-basi dan duduk di samping Mark.

Mark menghela napas malas dan mengabaikan Haechan yang duduk di samping nya.

Haechan mendengus. "Kau ini kenapa sangat sombong kepada adikmu sendiri? Aku sedang bertanya dan tidak sopan jika kau hanya mengabaikan aku," dumel Haechan sambil menyenderkan tubuh nya di batang pohon yang menjadi tempat Mark istirahat.

"Kau menyebut aku tidak sopan?" Tanya Mark tanpa mengalihkan pandangan nya dari buku yang ia baca. "Bagaimana denganmu yang menatap Emperor dengan tatapan penuh hujatan tersebut?"

"Kau benar-benar kaku, Mark." Dengus Haechan. "Dia ayahmu, kenapa kau harus menyebut nya dengan gelar bangsawan sialan itu?"

"Lee Haechan. Perbaiki tata bahasamu," tekan Mark mulai kesal. "Jika kau berniat mengganggu aku, lebih baik kau pergi dari sini." Usir Mark terang-terangan.

"Kau tidak bosan hidup menjadi boneka Ayah?" Tanya Haechan tanpa rasa takut. "Aku saja merasa lelah melihatmu seperti pembantu yang menuruti semua permintaan majikan nya."

[ii] The Seven Sons, D² (Delight & Dolour) || NCT DREAMWhere stories live. Discover now