15. Membangun Kepercayaan

782 136 52
                                    

"BUAT BARIKADE YANG LEBIH TINGGI!"

"KERAHKAN SEMUA SENJATA YANG KALIAN PUNYA!"

"BUAT PEMBATAS YANG LEBIH BESAR!"

Dorrr..

DORR..

DOR.. DORR..

"SAMPAI KAPAN KITA HARUS BERTAHAN SEPERTI INI?!" Teriak Eric kepada Jihoon di samping nya yang sibuk memanah.

Jihoon melepaskan satu panah dan tepat menusuk lawan. "SAMPAI MEREKA SEMUA MATI!" Balas Jihoon teriak.

"KITA HARUS MENCARI GADISNYA JENO!" Teriak Eric mengingatkan pesan dari Jeno. "GADIS ITU ADALAH KEKASIHNYA. KITA TIDAK BISA MEMBIARKAN GADIS ITU HILANG!"

Jihoon menggeram marah. "LIHAT DI SEKITARMU, ERIC! PRAJURIT BAHKAN RAKYAT SUDAH MATI SEBAGIAN!" Bentak Jihoon kuat. "Kita tidak bisa mencari gadis itu saat ini!" Lanjut nya lemah.

Eric menatap ke arah bawah dengan tatapan cemas dan penuh amarah. Mereka mendapat bagian memimpin perlawanan di arah barat Terra Aeterna Main Castle.

Halaman depan istana atau bagian selatan sudah dikuasai oleh pihak Inggris. Hanya tersisa bagian timur, barat serta utara yang masih dupertahankan oleh pihak Terra Aeterna.

"MENUNDUK ERIC!" Teriak Jihoon yang melihat seorang lawan hendak membidik mereka.

Eric dan Jihoon kompak bersembunyi di balik tembok. Menahan diri untuk tidak menyerang balik karena kondisi mereka sangat tidak memungkinkan untuk menyerang balik.

"Terhitung sudah 1 hari penuh hingga malam ini, Jihoon." Gumam Eric yang menatap langit gelap di angkasa. "Penyerangan masih belum berhenti. Pihak Terra Aeterna mulai terdesak kondisinya,"

Jihoon berdecak kesal, sedikit menaikkan tubuh nya dan mengintip dari celah tembok. Lalu ia melepaskan anak panah dan membidik tepat ke arah sasaran.

"Dengar, Eric!" Pinta Jihoon dengan tatapan tajam ke arahnya. "Ada alasan mengapa hanya kita yang bisa mendekati pembunuh seperti Jeno."

Mata Eric mengerjap cepat. "Karena dia percaya kepada kita.." sambut nya pelan.

Jihoon mengangguk tegas. "Dengan begitu, angkat senjatamu dan terus berperang hingga darahmu tidak lagi mengalir dalam tubuhmu!" Seru Jihoon.

Eric menggertakkan giginya. Amarah semakin terpancar jelas di raut wajahnya, kobaran semangat membara di mata nya.

"Benar. Jeno percaya kepada kita karena kita lebih dari kata mampu." Eric segera bangkit dan memposisikan panah nya untuk mulai membidik lawan.

Jihoon tersenyum bangga melihat pancaran penuh semangat dari mata Eric. Dalam hati, ia bersyukur karena Eric masih mau berjuang untuk mempertahankan tanah kelahiran nya.

"Jeno akan bangga kepada kita." Ungkap Jihoon yang ikut membidik musuh.

"Pasti! Dia adalah Kakak terbaik untukku." Ungkap Eric tersenyum penuh semangat.

Jihoon merupakan yang tertua diantara ketiga teman nya, tapi tetap Jeno yang menjadi Kakak terbaik versi Eric. Bagaimanapun juga, hanya Jeno yang bisa membuat Eric mengeluarkan sisi bocah kecil dalam dirinya, dan Jeno dengan senang hati menerima sisi bocah dari Eric.

"Setelah bagian ini aman, kita akan kembali mencari gadis itu." Ujar Jihoon terengah-engah.

Eric mengangguk setuju. "Aku hanya tidak ingin membuat Jeno sedih. Gadis itu telah mengubah Jeno menjadi lebih ceria." Gumam Eric yang masih memanah.

Jihoon menoleh ke arah kanan, para prajurit masih sibuk memanah. Bahkan, ada yang sudah terluka dan juga gugur dalam mempertahankan wilayah nya.

"BAGAIMANA DENGAN MERIAM NYA?!" Teriak Jihoon kepada para prajurit yang mempersiapkan meriam.

[ii] The Seven Sons, D² (Delight & Dolour) || NCT DREAMWhere stories live. Discover now