1. Bunuh Diri

33 9 4
                                    

Janglup vote dulu sebelum baca ya guys ...

____

Alia berjalan gontai menyusuri jalanan yang ramai. Keadaan Alia sungguh memprihatinkan. Baju yang ia kenakan terlihat kotor. Luka pukulan diwajahnya dan juga mata yang bengkak membuat Alia terlihat menyedihkan.

"Alia rapuh, kek. Alia gak sanggup lagi hidup." Lirih gadis itu disertai cairan bening mengalir kebawah pipinya.

Alia tak bohong. Ia benar-benar sedang rapuh dan membutuhkan pertolongan. Di jalanan ramai ini, orang-orang hanya memandanginya dengan pandangan aneh. Tidak ada yang sekedar menanyakan apakah dia baik-baik saja.

Pandangan Alia terkunci pada gedung pencakar langit yang berada didepannya. Alia mulai membayangkan bagaimana dirinya jika jatuh dari ketinggian tersebut. Mungkin Alia akan mati dengan tubuh terpencar bersimbah darah. Pikiran Alia kacau balau, entah setan apa yang membisikkannya, Alia melangkah ke gedung itu hendak melakukan hal yang sempat ia bayangkan.

Alia berniat ingin mengakhiri hidupnya dengan meloncat dari gedung tersebut.

Tak membutuhkan waktu lama, Alia sudah berada di atas rooftop gedung. Dengan langkah putus asa, Alia berjalan menuju pembatas gedung. Kala Alia sudah berada diujung sisi gedung, ia lantas memandang area bawah gedung yang sangat tinggi. Orang-orang terlihat seperti semut jika dilihat dari sini.

Tanpa disuruh, alur rekaman penderitaannya berputar dikepala bak kaset rusak. Tenggorokan Alia tercekat, dadanya terasa terhimpit kala suara-suara itu terdengar dan menusuk relungnya.

"Dasar anak haram gak tau diri!"

"Mati saja sana! Saya tidak peduli."

"Dasar jalang murahan! Sama aja kamu kayak ibumu!"

"Wanita busuk."

"Kelahiran kamu itu malapetaka besar bagi saya!"

"Kenapa lo hidup? lo seharusnya sudah mati dari dulu."

"Cih jalang!"

"Lo gak pantes punya Tuhan"

"Kamu bukan anak saya."

Bahkan mengingat cacian itu, Alia tidak menangis. Ia hanya diam dengan pandangan kosong kebawah. Satu langkah lagi ia berjalan, maka ia akan terjatuh dan mati.

Ada sedikit rasa ragu di benaknya. Akan tetapi Alia sudah tidak bisa lagi menahan semuanya. Suara-suara mereka terus menggema di gendang telinganya. Alia berpikir kalau dia meninggal, maka dia bebas dari penderitaan.

Dibawah sana banyak orang yang melihat aksi Alia. Orang-orang itu berteriak menyuruhnya untuk turun. Alia tak mendengar suara mereka, yang Alia dengar hanyalah cacian keluarganya yang terekam di memori otaknya. 

"Alia capek ... Gak ada alasan bagi Alia untuk hidup. Semuanya pergi, bunda. Satu-persatu orang yang Alia sayang hilang dari sisi Alia ..." Lirih gadis itu masih memandang kebawah.

"Alia mau nyusul kalian ... Disini gak ada yang sayang Alia."

Alia tersenyum miris, lalu ia menutup matanya bersiap untuk melompat.

AMERTA : Tentang Aksa Yang Tak Pernah RedupWhere stories live. Discover now