2. Dia Laksana Adhitama

32 8 3
                                    

Laksana Adhitama, orang-orang kerap memanggilnya dengan nama Aksa. Ia merupakan mahasiswa jurusan hukum, atau sering dikenal di kampusnya dengan nama Aksa si anak hukum. Aksa lahir dari keluarga sederhana, orangtuanya hanya seorang wirausahawan kecil di toko cinderamata yang dirintis sejak Aksa masih kecil. Namun, tepatnya lima tahun yang lalu Aksa harus kehilangan dua tiang kehidupannya itu. Ibu dan ayahnya meninggal akibat penyakit gula. Sang ayah lebih dulu pergi lalu disusul sang ibu tiga bulan kemudian.

Hidup tanpa orang tua, membuat Aksa di dewasakan keadaan. Ia harus banting tulang menghidupi dirinya sendiri, dan giat dalam belajar agar bisa mempertahankan beasiswanya.

Sedikit deskripsi seorang Laksana, lelaki itu cukup populer di kampusnya. Selain karena pintar, Aksa juga populer karena wajahnya yang rupawan. Kulit putih tampak bersih, postur tubuh yang tegap ditambah tinggi badan mencapai 184 cm kian menambah takjub mata yang memandang. Jangan lupakan perihal wajahnya yang tampan seperti para dewa yunani. Wajah lelaki itu seolah diciptakan dengan sungguh-sungguh oleh Tuhan.

Bibir tebal berwarna pink, manik hazel yang selalu menyorot teduh, dilengkapi bulu mata lentik dan dipadukan dengan sempurna oleh alis tebal seindah cakrawala. Hidung mancung terpahat indah, keelokan rupa semakin terlihat sempurna oleh rahang tegas. Terlebih  lagi surai sepekat kayu pohon eboni tampak kece dengan potongan bowl cut.

Kini, lelaki itu sedang sibuk menata rambutnya didepan cermin yang sedikit retak dibagian atasnya. Ia hendak bersiap-siap berangkat ke kampus. Pantulan wajahnya terlihat tampan di cermin yang terletak diruang tamu itu. Cermin diruang tamu memang disengaja, karena lelaki itu cukup takut meletakkan cermin di kamar. Apalagi kala memandangi cermin pada tengah malam, rasanya seperti ada makhluk lain yang akan muncul dicermin itu.

Dirasa cukup, Aksa melanjutkan langkahnya menuju dapur. Matanya sontak membulat tatkala melihat Alia yang sibuk mengiris bawang dengan pisau. Alia tampak melamun, hal itu membuat Aksa takut jika terjadi sesuatu pada perempuan itu.

"Akh," Alia meringis pedih pada jarinya. Karena tidak fokus, tanpa sengaja Alia menggoreskan pisau pada jarinya, alhasil jarinya itu mengeluarkan darah dan terasa pedih. Aksa buru-buru menghampiri gadis itu, wajahnya terlihat khawatir.

"Al, sudah saya bilangkan biar saya aja yang motong bawang. Tuh lihat, jari kamu jadi terluka." Ujar Aksa sembari menyentuh pelan jari yang berdarah itu. "Ma-maaf, Aksa ..." Lirih Alia pelan. Aksa tak membalas, lelaki itu sibuk mencari obat dari kotak P3K yang ia ambil dari lemari barusan.

Aksa menarik pelan jari Alia, tangannya sibuk membersihkan darah itu dengan tisu. Alia hanya mengerjap-ngerjap, menatap lekat Aksa yang sedikit menunduk. Satu hal yang membuat Alia salah fokus, yaitu kedua manik hazel milik Aksa yang tampak teliti mengobati jarinya. Perhatian dari Aksa sukses menciptakan senyuman kecil di wajah lembut Alia.

Jari itu dibalut oleh kain kasa yang sudah Aksa potong kecil. Sesudah itu, Aksa meniup-niup jari itu entah apa maksudnya. "Biar cepat sembuh." Alia hanya diam mendengarkan penuturan Aksa.

Setelah selesai mengobati jari Alia, Aksa lantas mengambil pisau dan bergantian mengiris bawang. Alia tak enak, padahal Aksa hendak berangkat kuliah. Dirinya memang merepotkan.

"Kamu mau berangkat kuliah kan? Biar aku aja yang motong bawangnya kamu siap-siap aja.'' kata Alia mencoba membujuk Aksa. "Enggak Al, kondisimu belum baik. Biar saya aja gapapa." Balas Aksa dengan suara lembut, lalu menampilkan senyuman hangat untuk Alia, bahkan mata bulan itu ikut tersenyum seperti bulan sabit.

Bolehkah Alia berseru? Memberi tahu dunia betapa takjubnya ia dengan Aksa. Alia bersyukur, sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan lelaki pecinta alam semesta ini. Alia tak menampik, siapapun wanita yang akan mendapatkan Aksa nanti, berarti wanita itu adalah wanita paling beruntung didunia. Sorot matanya begitu teduh, tak ada guratan keberatan sama sekali, Aksa benar-benar tulus membantunya. Alia bahkan tak sedikitpun merasa risih dengan lelaki itu. Alia nyaman, Alia suka berdekatan dengan Aksa.

AMERTA : Tentang Aksa Yang Tak Pernah RedupWhere stories live. Discover now