5. Perubahan Menyakitkan

21 11 4
                                    

1 bulan kemudian

Sekuat-kuatnya Alia mencoba menahan tangisnya, upaya terlihat bahagia atas apa yang terjadi didepannya. Meski keluarga mengasingkan dirinya, mereka tetap menyuruh Alia untuk mendatangi acara bahagia ini itupun atas permintaan Celsy.

Celsy memang sengaja meminta Alia untuk hadir di acara pertunangan. Biar perempuan itu tersiksa menahan perih kala lelaki yang dicintainya telah menjadi milik Celsy seutuhnya.

Pakaian yang Alia kenakan terlihat mewah nan elegan, hal itu disengaja dipilih agar Alia tidak bikin malu sepanjang acara. Tangan Alia terasa dingin, matanya memerah menahan tangis melihat sepasang insan yang sedang tersenyum bahagia.

Celsy dan Zayan bertunangan hari ini, rona bahagia terpancar jelas dari keduanya. Alia tak bisa berbuat apapun, kendati rasa tidak rela menggerogoti habis hati lembutnya. Hati Alia sakit bukan main, luka batinnya seolah terobek semakin luas.

Satu bulan tak terasa, Alia masih tetap sama hanya saja ada sedikit perubahan. Rambutnya yang dulu tampak panjang dan terurai indah, kini dipotong pendek dan terlihat tak rapi.

"Kakek ... Ini pertama kalinya Alia merasakan patah hati." Guman Alia sembari menunduk menyembunyikan wajahnya dari pandangan siapapun. Namun Alia tidak menyadari, tatapan seseorang dari kejauhan mengarah pada dirinya. Tersirat kesedihan dalam pandangan itu, ingin rasanya memeluk Alia disana. Namun tak bisa, jika ia mendekati Alia, maka Alia akan kesakitan lagi.

____

Alia duduk termenung dikursi taman, berusaha menenangkan diri dari luka yang menyesakkan. Untungnya kehadirannya disana tak begitu penting, jadi jika Alia pergi pun tak akan ada yang mencari. Alia pantasnya bersyukur, karena papanya sudah tidak membelenggu dirinya lagi didalam rumah, Alia dibebaskan pergi kemana saja, tapi tetap saja diawasi dari kejauhan.

Alia terkekeh miris, melihat gelang yang melingkar dilengannya. Gelang itu takkan bisa dibuka oleh siapapun kecuali ayahnya sendiri. Itu bukan gelang sembarang, di gelang tersebut terpasang sebuah alat pelacak yang terhubung di ponsel Wiguna. Sehingga apapun yang Alia perbuat, atau dimanapun Alia berada, Wiguna akan tahu melalui pelacak tersebut.

Benar kata orang, benci dan sayang itu hampir sama.

Alia memandangi langit yang cerah, sekilas teringat akan lelaki baik yang tak terdengar lagi kabarnya sejak sebulan lalu.

"Aksa ... aku rindu kamu. Aku gak bohong, aku benar-benar merindukanmu." Alia terisak, semakin perih rasanya jika kembali mengingat Aksa. Padahal pertemuan mereka sangat singkat, kendati yang dilakukan Aksa saat itu masih berbekas dibenaknya.

Suara Aksa, tawanya Aksa, masakan Aksa, dan perlakuan Aksa kepadanya nyaris membuat Alia merasa memiliki seseorang yang berpihak padanya. Alia merasa bersalah, jika saja saat itu ia tidak bertemu Aksa, jika saja saat itu Alia menolak untuk menginap dirumah lelaki itu, andai dan andai Alia tidak menerima ajakan pertemanan itu, Aksa pasti akan baik-baik saja sekarang.

____

Zayan Atmaja, lelaki yang sudah resmi menjadi tunangan Celsy itu tampak menangis di kamar. Dadanya sesak bukan main, tatkala melihat wajah menyakitkan wanita lain yang ikut menyaksikan pertunangannya.

Perjodohan yang dilandasi atas bisnis itu, membuat Zayan muak. Sedikitpun ia tak mencintai Celsy, perempuan licik yang selalu menyakiti wanita yang ia cintai, Alia Wiguna.

Celsy mencintai Zayan, apapun akan Celsy lakukan supaya Zayan bisa menjadi miliknya. Zayan menyadari itu sejak lama. Beberapa kali ia pergoki Celsy mencuri-curi pandang terhadapnya, bahkan saat ia bersama Alia.

Celsy menghalalkan berbagai cara untuk menjauhi Zayan dengan Alia. Celsy cemburu, Celsy iri dengan Alia begitu mudah mendapatkan cinta Zayan. Padahal Alia itu gadis hina, tidak layak dicintai lelaki sehebat Zayan. Celsy benar-benar tak rela Alia bahagia, sehingga dengan tega memfitnah Alia dengan berbagai macam tuduhan, akibatnya Wiguna marah besar dan kembali menganiaya Alia.

____

"Zayan."

Tubuh Zayan sontak membeku, jemarinya meremat erat ponsel yang berada digenggaman, kala mengenali suara yang memanggil namanya. Zayan mencoba tak peduli, dan berpura-pura sibuk dengan ponselnya.

"Aku panggil kamu, Zayn." Lirih Alia dengan tatapan nanar. Alia menyadari sikap Zayan yang berubah drastis semenjak perjodohannya dengan sang adik. Mungkin Alia masih bisa terima jika Zayan mencueki dirinya lantaran menjaga perasaan Celsy, tapi Zayan bukan hanya cuek, namun juga berkata kasar sehingga Alia nyaris menangis dibuatnya.

Dulu, Zayan tak pernah sekalipun membentak Alia, tapi sekarang hampir disetiap perjumpaan mereka, Zayan selalu membentak dan menghina dirinya. Alia tidak mengerti, ia juga tak merasa memiliki kesalahan yang besar pada lelaki itu.

Tak menyerah juga, Alia masih melanjutkan perkataannya meskipun Zayan tak peduli. "Aku rindu kamu yang dulu, Zayn. Sebenarnya ada apa? Kenapa kamu berubah? Aku ada salah ya sama kamu?" Kedua manik Zayan memanas, sesak menyerang dadanya kala suara Alia yang terdengar lirih.

"Zayn jang–"

"LO BISA DIEM GAK SIH?!" Zayan sungguh muak mendengar suara itu. Lelaki itu berdiri dan menatap Alia dengan angkuh, "Benar ya kata om Wiguna, kalau lo itu mirip nyokap lo. Sama-sama jalang!" Ucap Zayan dengan pandangan hina.

Alia terkejut, matanya menatap Zayan tak percaya. Apa yang barusan lelaki itu katakan? Telinga Alia terasa panas mendengarnya. Zayan bukan seperti ini, lelaki itu baik dan selalu berkata lembut. Selama mereka bersama, sedikitpun Zayan tak pernah menghina dirinya. Bahkan pandangan Zayan tidak seperti ini, tidak tajam dan penuh kebencian.

"Maksud kamu apa, Zayn?!"

Sudut bibir Zayan terangkat, "Perlu gue perjelas lagi, hah? Jangan pura-pura bodoh, Al. Gue udah jadi tunangan adik lo, lo gak perlu dekat-dekat dan menggoda gue."

"Gue jijik sama wanita murahan yang kurang belaian seperti lo!" Lanjut Zayan.

Bak ditikam seribu belati, air mata yang berusaha ia tahan kini bercucuran tak kuasa menahan sakit akibat lontaran hina itu. Alia buru-buru menghapus air matanya, ia tidak boleh menangis seperti ini didepan Zayan. Dulu Zayan pernah bilang kepadanya bahwa dia sangat membenci tangisan Alia, karena jika Alia menangis maka Zayan ikut sedih dan menyalahkan diri lelaki itu sendiri.

"Zayn aku minta maaf, aku bukan bermaksud menggoda kamu," lirih Alia seraya menundukkan kepalanya. Zayan tak peduli, pandangannya tertuju pada Celsy yang berdiri tak jauh darinya sambil tersenyum bangga. Perempuan dengan setelan dress mewah selututnya, berjalan anggun ke arah Zayan.

"Kamu udah siap, sayang. Kalau begitu ayo kita pergi." Ujar Zayan seraya tersenyum manis. Celsy mengangguk dan langsung merangkul lengan Zayan didepan Alia. "Yaudah yok!" Balasnya dengan semangat.

Alia enggan menatap keduanya lebih lama, lantas melangkah hendak pergi menjauh.

BRAK

Alia terjatuh dilantai akibat kaki Celsy yang menjegal dirinya saat berjalan. Alia mengaduh sakit, lututnya lecet karena bentury lantai yang begitu kuat. Bibir Alia kelu, ingin rasanya ia memarahi Celsy. Namun jika Alia melakukan itu, maka siap-siap saja ia menerima luka baru ditubuhnya.

Celsy tertawa lepas melihat Alia terjatuh secara memalukan akibat ulahnya. Sedangkan Zayan hanya terdiam ditempat dengan wajah yang khawatir.

"Al ... maafin aku. ini semua demi kebaikanmu."

____

Ada yang bisa tebak maksud Zayan gak nih?

AMERTA : Tentang Aksa Yang Tak Pernah RedupWhere stories live. Discover now