DT 31

8.1K 993 45
                                    

DON'T FORGET TO CLICK VOTE BUTTON

🚛

HAPPY READING💛

.
.
.
.
.

ALL PIC BY PINTEREST



L

ily mengigiti kukunya dengan cemas, perasaan cemas yang kian menjadi membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Perasaannya campur aduk antara kesal, marah, dan frustasi yang menjadi satu dan ini sangatlah tidak nyaman. Ia takkan sanggup melihat keempat pemuda yang ia cintai dibohongi oleh iblis kecil itu. Jika ia bisa membongkarnya, ada kemungkinan keempat pemuda itu akan kembali mencintainya. Ia berusaha menyemangati diri sendiri, mulai mengembangkan rencana di otaknya dengan senyum yang tersungging dibibirnya.

"Hentikan, kau tidak bisa masuk begitu saja kesini"

"Hey, berhenti"

"Kau tak dengar? Lily tak ada disini"

"Apakah para bangsawan begitu tidak sopan?! Dengarkan aku!"

Telinganya mendengar keributan didepan pintu asramanya, Lily dengan cepat mencuci wajahnya dan segera keluar dari kamar mandi.

"Serra, ada ap--

Khh

Tubuhnya didorong, lehernya tiba - tiba dicekik, ia terbelalak menatap wajah tampan Edward yang diperbesar dihadapannya yang entah kapan sudah berada didepannya, mata elang itu kini menatap nya dingin dengan niat membunuh yang tajam. "Ed---

"Kau apakan adikku?" Suara penuh penekanan dan tatapan itu membuat Lily semakin terpojok. Ia ketakutan. Pasokan udara semakin menipis dapat ia lihat Serra dengan panik memukul punggung lebar Edward dari belakang, tapi nyatanya pria itu tak bergeming sedikit pun.

Bruk

"Uhuk uhuk uhuk"

"Kau akan membunuhnya bodoh!"

Tangan itu terlepas dari lehernya, dapat ia lihat Maxime dan Albert datang dari balik pintu asramanya, mendorong Edward yang saat ini mendengus kesal. Maxime memukul kepala itu dengan tangannya, memaki Edward yang dengan bodohnya kehilangan kendali atas emosinya.

Bukan tanpa alasan Edward sedemikian rupa, adiknya, Alvin memiliki tubuh yang lemah sedari kecil. Tubuh sakit - sakitan itu dapat bertahan sampai sekarang karena tabib yang didatangkan oleh sang ayah dari berbagai kerajaan. Kesehatan yang perlahan pulih tapi tidak menampik jika tubuh itu masih lemah dari pada anak seumurannya. Ini lah alasan Edward marah. Keluarganya tak pernah main tangan dengan si kecil tapi gadis brengsek ini dengan entengnya mengangkat tangannya kearah adiknya. Dan ini benar - benar membuatnya marah.

"Aku takkan seperti ini jika gadis brengsek ini tak mengusikku" Ujarnya dingin. Lily berada dibelakang Serra sebagai tamengnya, irisnya berkaca - kaca. Ia sedih. Ini pertama kalinya ia melihat emosi Edward yang begitu menakutkan. Dulu pemuda itu tak pernah memperlakukannya dengan kasar, Edward selalu memperlakukannya dengan lembut dan begitu hati - hati.

Diam - diam, kebenciannya pada Alvin kian bertambah, jika saja bocah itu tak ada, Edward takkan marah padanya seperti ini. Semuanya menjadi berantakan, dan semua ini salah Alvin!

"Ed... Percayalah padaku dia...dia berbohong, Alvin membohongimu, Aku...aku hanya ingin membongkar topengnya, percayalah Ed, aku melihatnya sendiri..... Dia---

( TRANSMIGRATION) Dimensional TransmissionNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ