ARC 3 (DT 21)

3.5K 608 9
                                    

DON'T FORGET TO CLICK VOTE BUTTON

🚛

HAPPY READING💛

.
.
.
.
.

ALL PIC BY PINTEREST

Suasana di lingkungan sekolah cukup ramai dengan beberapa balon berwarna warni yang  menghiasi setiap sisi lapangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana di lingkungan sekolah cukup ramai dengan beberapa balon berwarna warni yang  menghiasi setiap sisi lapangan. Menjadi salah satu sekolah terbesar di ibu kota, membuat sekolah itu di penuhi oleh orang - orang elit. Pemandangan Para orang tua duduk ditribun besar begitu padat dan ramai. Mereka hadir untuk melihat penampilan putra/putri kecil mereka di festival sekolah yang hanya diadakan satu tahun sekali.

Festival sekolah selalu diadakan disetiap penghujung tahun baru, tepatnya pada akhir bulan. Festival ini hanya menampilkan pertunjukkan yang di tampilkan oleh siswa/siswi itu sendiri.

Albert, Jack, Licius, Asher, dan Brandon duduk dibarisan paling depan. Albert melirik ketiga keponakannya dengan tajam, namun ketiga pemuda itu bersikap acuh seolah - olah tatapan itu bukan ditunjukkan untuk mereka.

"Mengapa kau membawa mereka, Jack?" Tanya Albert dingin.

"Mereka yang bersikeras ikut denganku, Albert" Jack tampak pasrah. Mengangkat bahunya dan memadang kearah lain asalkan  tidak pada boss nya.

"Paman aku begitu ingin melihat sepupu kecilku di sekolahnya. Mengapa kau melarangnya" Asher menyaut. Wajahnya dibuat seolah - olah tersakiti oleh ucapan Albert, membuat Albert mendengus kasar. "Bahkan aku sampai membeli ini hanya untuk acara ini" Ujar Asher lagi. Di tangannya terdapat sebuah kamera kecil, siap memotret segala pose si kecil bersama kawan - kawannya.

"Itu bukan urusan---" Sebelum Albert menjawab, dari ujung lapangan para siswa datang dengan bentuk ular. Memegang bahu satu sama lain dengan warna kaus yang berwarna-warni.

Mata mereka semua tertuju dilapangan, dari banyaknya murid - murid yang berbaris rapi bak ular, anak itu tampak tenggelam diantara mereka dengan senyum lebar yang senantiasa mengambang diwajah nya. Putra kecil yang selalu merengek menempel padanya sepanjang waktu kini tumbuh dengan baik, bahkan anak itu beberapa kali terlihat bercanda bersama teman - temannya dan tertawa dari waktu ke waktu.

Walau Albert tak tau apa yang mereka bicarakan, tapi ia tahu jika putranya lah yang mengungkapkan sebuah lelucon dan membuat teman - temannya tertawa. Anak itu selalu seperti ini. Begitu ceriah.

Ia jadi ingat saat pertama kali melihat fakta jika Alvin bukan putranya, Albert tak bisa tertidur sama sekali. Ia terus memikirkannya. Ia berusaha membohongi dirinya sendiri jika Alvin akan tetap menjadi putra kecilnya. Tapi rasa takut itu menjadi semakin nyata dari waktu ke waktu.

( TRANSMIGRATION) Dimensional TransmissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang