- PART 06 -

896 119 11
                                    

Iseng double up nih ✨

***

- PART 06 -

Arsyad tampak memijat pangkal hidungnya sekilas sebelum benar-benar melangkah masuk ke dalam kamar tidurnya Risty atas paksaan dari Mayra. Lalu ia pun kembali memandangi wajah cantik istrinya, karena saat ini Mayra masih berdiri di sana—tak jauh dari pintu kamar Risty yang tadinya memang dibukakan oleh wanita itu untuk dirinya. Lantaran istrinya itu sempat masuk ke dalam, dan mengecek sekaligus memberitahu Risty kalau dirinya akan segera datang.

“Cepetan masuk, Mas.” Mayra kembali mendorong tubuh pria itu, karena sepertinya Arsyad sengaja berjalan dengan sangat pelan.

“Aku bakal masuk kalau kamu udah naik ke atas,” balas Arsyad. Karena bagaimanapun juga, ini terasa sangat awkward bagi dirinya.

Mayra lantas berdecak sekilas, “Kamu masuk. Baru habis itu aku bakal naik ke lantai atas. Aku mau mastiin dulu kalau kamu enggak kabur ke mana-mana.”

Arsyad kembali menghela napas, entah untuk yang keberapa kalinya. Karena sejak tadi ia memang sudah terlampau sering melakukannya.

Kemudian, pria itu pun mengalah, menuruti kemauan istrinya. Sehingga ia pun benar-benar masuk ke dalam, dan mulai menutup pintu secara perlahan.

Setelah beberapa hari sengaja mengabaikan keberadaan Risty di dalam rumahnya, kini tibalah saat di mana mereka berdua harus terjebak di dalam ruangan yang sama.

Jujur saja, Arsyad masih enggan untuk memulai malam pengantin bersama istri barunya.

Namun, ia harus segera menyelesaikan hal ini agar gadis itu cepat hamil dan mengandung anaknya.

Sebenarnya ini terasa mudah bagi Arsyad jika saja mereka menggunakan bantuan seorang dokter, sehingga ia tidak perlu repot-repot bersentuhan dengan gadis itu serta menidurinya seperti apa yang akan dilakukannya sekarang. Tetapi, ia sangat sulit untuk menolak perkataan Mayra—istrinya. Apa lagi perkataan wanita itu terasa benar dan masuk akal.

Semua ini ... terpaksa dilakukan Arsyad demi Mayra, juga ibunya. Kalau saja ia tidak mengingat kedua wanita itu, Arsyad yakin kalau ia tidak akan mau melangkah sampai sejauh ini, dan menikah dengan wanita lain.

Arsyad tampak masih berdiri, bersandar di balik pintu yang belum terkunci, hanya memandang Risty dengan tatapan dingin, serta minim ekspresi.

Sementara itu, Risty yang sedang duduk meringkuk di tengah ranjang, sontak memalingkan pandangan tanpa berani melihat ke arah Arsyad. Ia lantas menunduk, menatap permukaan seprai yang bercorak. Membuat Arsyad mendengkus, kemudian sibuk berperang dengan isi hatinya.

Ia tidak tahu harus memulai dari mana. Mayra bilang, ia tidak perlu memperlakukan Risty seperti ia memperlakukan istrinya selama ini saat mereka sedang bercinta. Karena Risty itu adalah wanita panggilan, dan dia sudah terbiasa melayani banyak orang.

Awalnya Arsyad terkejut dengan fakta yang dibeberkan oleh Mayra, dan kenapa pula wanita itu baru memberitahunya ketika ia dan Risty sudah resmi menikah?

Saat itu Arsyad bahkan langsung merasa tidak terima, karena ia tidak mau dan tidak rela kalau keturunannya nanti akan dilahirkan oleh seorang wanita murahan.

Namun, istrinya benar. Ia tidak boleh mengeluh, apa lagi terlalu memilih dan menginginkan wanita baik-baik yang akan melahirkan keturunannya. Karena di luar sana tidak ada wanita baik-baik yang mau melakukan pekerjaan semacam ini, kecuali kalau Arsyad memang berniat mempersunting dengan benar, dan selamanya ingin memiliki dua orang istri yang diketahui oleh khalayak.

November RainWhere stories live. Discover now