- PART 13 -

1.1K 129 16
                                    

- PART 13 -

Jam sudah hampir menunjukkan pukul setengah 10 siang ketika Risty terbangun, dan merasakan kehangatan tubuh Arsyad tepat di balik punggungnya. Karena saat ini ia memang tidak mengenakan sehelai kain pun di dalam selimut yang sedang mereka pakai. Bahkan sebelah tangan pria itu masih sibuk memilin-milin puncak dadanya dari arah belakang.

Risty lantas bergerak, mulai mengubah posisi tidurnya yang tadinya menyamping jadi telentang di atas ranjang.

“Bapak gak kerja?” tanya Risty dengan suara serak khas bangun tidurnya. Sebelah tangannya bergerak untuk mengucek mata.

“Nanti ... mungkin agak siangan.“ Arsyad membalas dengan suara beratnya yang khas. Yang sering membuat Risty berdesir dan meremang hebat, karena suara pria itu sering terdengar sangat seksi di beberapa kesempatan. Salah satunya saat hari sudah malam, dan mereka sedang berada di atas ranjang.

Setelah itu, Risty tak lagi menanggapinya. Ia menutup mulut rapat-rapat. Karena kini Arsyad sudah mulai berpindah posisi—menindih tubuhnya.

Pria itu mengecup pundaknya yang tidak tertutupi oleh selimut, dan kembali memberikan jejak basah.

Risty sempat menahan napas dengan tubuh meremang ketika menerima kecupan hangat dari bibir Arsyad di atas permukaan kulit telanjang miliknya. Ia jadi berpikir, apakah pria itu akan kembali mendatangi dirinya? Padahal sudah hampir semalaman mereka tidak tidur, karena keduanya malah asyik bercinta tak lama setelah Risty mengatakan kalau ia belum mengantuk, dan Arsyad akhirnya bertanya untuk memastikan. “Beneran belum ngantuk?”

Saat itu Risty hanya berdeham—mengiakan. Lalu Arsyad pun kembali bertanya, tapi kali ini terdengar seperti gumaman. “Kalau saya minta lagi, kamu mau?“

Risty yang berada tepat di samping pria itu, sontak mengerjap kaget. Dan sialnya, otaknya langsung berkoneksi. Karena ia mengerti. Pertanyaan Arsyad menjurus ke arah lain.

“Memangnya kita harus tidur bareng berapa kali, Pak?“ tanya Risty. “Kayaknya masa subur saya udah lewat deh.”

Bukan apa-apa, Risty hanya masih mengingat jelas bagaimana peraturan yang telah dibuat oleh Mayra. Ia dan Arsyad hanya boleh berhubungan di saat masa subur saja. Selebihnya, tidak boleh. Karena Mayra sudah sempat melarang mereka. Bahkan Risty pun pernah mendengar, kalau Arsyad langsung mengiakan.

“Enggak perlu berpatok di masa subur,“ jawab Arsyad pelan. “Kalau kamu mau hamil, memang harus sering-sering.”

Sejurus kemudian, Arsyad pun langsung melemparkan pertanyaan lagi kepada Risty. “Kamu beneran ... mau hamil anak saya?“

Pria itu tampak memandang Risty, menanti jawaban.

“Ya ... mau. Kan ... saya dibayar untuk itu.” Risty menjawab dengan sedikit nada malu.

Arsyad yang mendengarnya, nyaris mendengkus. Tetapi, urung. Sebagai gantinya, pria itu kembali bertanya. “Berarti kamu mau kalau saya tiduri lagi sekarang? Kan ... kamu udah dibayar.“

Arsyad sengaja memelankan suara di tiga kata terakhir kalimatnya. Supaya Risty tidak tersinggung, dan membuat suasana di antara mereka menjadi kacau. Hingga tak lama berselang, mereka pun benar-benar kembali melakukannya. Bahkan ... sampai beberapa kali, yang akhirnya membuat Risty tidak nyaman. Karena rambut perempuan itu sudah sangat lepek dan basah.

Arsyad tampak beranjak dari atas tubuh Risty setelah puas menciumi leher serta pundak sang istri. Pria itu lantas memakai celana pendeknya kembali. Karena tadi, tak lama setelah mereka menunaikan kewajiban subuh selepas mandi di kamar mandi masing-masing, Arsyad kembali datang lagi ke sini. Lalu melakukan morning seks yang membuat Risty panas-dingin.

November RainWhere stories live. Discover now