- PART 15 -

1.6K 147 20
                                    

Haiii, guys!


Alhamdulillah, kondisiku cepet membaik, trs obatku jg udah mau habis. Semoga setelah ini aku gak sakit2 lagi. Aamiin.

Dan aku beneran bosen di rumah gak ngapa2in. Paling makan tidur, buka-tutup sosmed 😂 mana makanan pun msh dibatesin. Akhirnya iseng lanjut nulis.

Btw, bab ini tuh udah jadi dari kemarin 😅

Happy reading!

______

- PART 15 -

“Kamu susul sana istri kamu, langsung honeymoon berdua. Tinggalin dulu kerjaan. Karena percuma. Kamu sibuk di kantor sekarang, tapi ujung-ujungnya kantor ini bakal diambil alih sama anak-anaknya Gista.“ Fira tampak menyengnyit tidak suka ketika menyebut nama Gista yang notabenenya adalah anak dari selingkuhan mendiang suaminya, serta istri kedua pria itu yang dulu dinikahinya secara diam-diam. Tanpa sepengetahuan Fira. “Mending kamu tinggal aja sebentar, pulang ke sini bawa anak—”

“Ma, bikin anak enggak segampang itu kali,” Arsyad langsung menyahut dengan jengah. “Kalau aku nyusul Mayra ke Singapur, terus pulangnya bisa langsung bawa anak, itu gimana ceritanya? Mama mau, aku nyulik anak orang di sana, terus aku bawa ke Jakarta?”

Athar yang ikut mendengar, nyaris tertawa di atas sofa. Tetapi, langsung ia tahan agar tidak merusak huru-hara part sekian yang terjadi di antara ibu dan kakaknya. Karena ini bukan pertama kalinya mereka ribut mengenai keturunan.

“Ya ... maksud Mama ... pulang dari situ, kamu sama Mayra harus bisa cepet-cepet punya anak.” Kali ini Fira menjelaskan dengan nada bicara yang sedikit tersendat, kemudian ia pun kembali menekankan akan satu hal. “Jangan nunda-nunda lagi, Arsyad.“

“Kamu buang aja deh, semua pengaman yang kamu punya. Jangan dibeli lagi. Barang begitu enggak ada gunanya,“ sambung Fira yang kembali lancar menceramahi putra sulungnya. Dan rasanya ia ingin sekali membeli semua pengaman yang diedarkan di semua mini market, toko obat, dan segala macam. Lalu membakarnya sampai habis tak bersisa. Supaya Arsyad tidak lagi menghabiskan uang untuk membelinya.

Namun, jawaban yang meluncur dari bibir putranya itu terasa cukup mengejutkan.

“Aku enggak pernah, Ma, nyetok begituan.”

“Berarti Mayra,“ kata Fira yang langsung bisa menarik kesimpulan. “Kamu suruh istri kamu itu buat berhenti pake alat kontrasepsi. Karena enggak ada gunanya.”

Arsyad hanya diam saja, tidak menjawab. Begitu pula dengan Athar yang hanya duduk di sana, ikut mendengarkan.

“Mau sampai kapan coba kalian berdua nunda-nunda buat punya anak? Kalau Mayra ketuaan, nanti dia sendiri yang berisiko saat melahirkan. Memangnya, kalau dia udah tua, dokter bakalan kasih izin apa supaya dia bisa melahirkan? Yang ada nanti dokter enggak akan merekomendasikan dia buat hamil lagi, karena umurnya yang terlalu tua.“

“Masa gitu aja dia enggak tahu sih?“ sambung Fira dengan sangat kesal.

Dan wanita itu terus mencerocos mengenai banyak hal. Termasuk rewel menyuruh Arsyad untuk segera menyusul istrinya, atau pria itu yang meminta Mayra agar segera kembali dan pulang ke Indonesia.

Yang mana saja, terserah. Karena yang terpenting bagi Fira, kedua orang itu tidak berjauhan seperti sekarang. Dan kalau bisa, sebelum Renatta ulang tahun yang kedua, Arsyad dan Mayra sudah mulai mau memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui kondisi kesehatan mereka. Karena keduanya sudah terlalu lama menunda momongan, yang artinya sudah terlalu lama pula Mayra menggunakan alat kontrasepsi di tubuhnya.

November RainWhere stories live. Discover now