- PART 17 -

1K 97 21
                                    

Hai, guyssss!

Mohon Maaf Lahir & Batin ya 🙏

Baru sempet ngucapin di wp, krn udh lama gak aktif 🙏😅

Btw, ini settingnya masih di hari yang sama dgn di part 16 waktu itu yaaa. Semoga masih ada yang mau baca kisah ini walaupun udh lama bgt gak update 🙏

Happy reading!

***

- PART 17 -

Mayra terbangun dalam keadaan kepala yang terasa berat, serta rasa linglung yang besar. Ia masih setengah terduduk di atas ranjang dan sibuk menahan selimutnya menggunakan sebelah telapak tangan. Sedangkan matanya terus berpendar, untuk sekadar memastikan. Seingatnya, walaupun sama, tapi ini sama sekali bukan kamar hotel yang ditempatinya. Lantaran ia tak melihat adanya barisan dari beberapa pasang alas kaki yang sejak awal sudah disusunnya dengan rapi di salah satu dinding, pun tak menemukan keberadaan koper miliknya tepat di samping ranjang yang ia tempati saat ini.

Kamar ini ... terlalu asing.

Sejenak, Mayra meringis.

Ia lantas duduk dengan benar, lalu menarik selimut di dadanya hingga menutupi kedua bahu telanjang miliknya.

Mayra tidak bodoh. Ia tahu. Telah terjadi sesuatu semalam. Tetapi, apa sekelebat bayangan yang mampir di ingatannya sekarang ini memang sudah benar, atau hanya halusinasinya semata?

Ia harus segera memastikan siapa pria yang telah bermalam dengan dirinya. Karena ia tidak ingin menimbulkan masalah. Apa lagi sampai terjangkit penyakit yang akan membuat segalanya menjadi lebih runyam.

Mayra lantas turun dari ranjang dan langsung memungut semua kain miliknya.

Di tengah aktivitasnya yang sedang memakai baju itulah, akhirnya pintu kamar hotel terbuka, disusul dengan sapaan yang membuat Mayra benar-benar murka.

Wanita itu sontak menoleh ke asal suara. Sementara pria yang baru saja masuk itu tampak sedang menutup pintu, serta mengumbar senyum lebar. Senyum yang membuat Mayra makin geram, dan ingin sekali langsung mencabik-cabik wajah pria itu untuk segera meredamkan emosi di dalam dada.

“Gimana sama ‘service’ aku semalam?” tanya pria itu dengan santai, disertai senyum cerah nan percaya diri yang menaungi wajah tampannya. Kakinya bahkan sudah melangkah semakin mendekati sosok Mayra. Membuat wanita itu segera menyelesaikan aktivitasnya yang sedang memakai pakaian, lalu meraih sebuah bantal dan langsung memukuli Darius yang sedang berujar, “Tidur kamu nyenyak, dan aku yakin kalau sekarang kamu udah semakin ketagihan.“

“Laki-laki sialan! Siapa yang kasih izin kamu buat ngelakuin ini semua?!” teriak Mayra dengan murka sembari memukuli Darius dengan membabi buta.

Ini bukan pertama kalinya pria itu memanfaatkan dirinya, serta menidurinya tanpa adanya consent dari dirinya. Dan Mayra merasa sangat dirugikan. Terlebih lagi, ia sangat membenci situasi ini, juga membenci sosok Darius itu sendiri. Karena dengan Darius, ia tidak bisa melupakan kesalahan satu malamnya begitu saja seperti kesalahan satu malamnya bersama beberapa pria lain. Lalu bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa pun di antara mereka. Lantaran Darius pasti akan sangat sering meneror dirinya. Bahkan hampir di setiap kesempatan di mana mereka secara tak sengaja bertemu di sebuah acara.

Mayra sudah sangat hafal dengan tabiat pria itu, serta segala kebiasaannya. Bahkan Darius juga pernah tak segan-segan untuk memujinya di depan Arsyad dengan kalimat tersirat, walau diakhiri dengan kata ‘bercanda’.

November RainМесто, где живут истории. Откройте их для себя