- PART 11 -

1.1K 125 5
                                    

Happy reading ya!

.
.
.

- PART 11 -

Arsyad dan Risty sudah bangun pagi-pagi sekali. Bahkan pria itu sempat membangunkan Risty dan bertanya dengan suara seraknya yang khas, yang lagi-lagi membuat Risty hampir bergidik begitu mendengarnya.

“Kamu mau subuhan apa enggak?” tanya Arsyad setelah berhasil membuat Risty tersadar, karena ia memang sudah bangun duluan.

“Udah mau subuh,“ beritahu pria itu sembari mengendik ke arah jam kecil yang terletak di atas nakas samping Risty. “Mandi sana.”

Setelah itu, Risty yang masih berada di ambang batas kesadaran, serta mata mengantuk hingga harus berkedip-kedip memandang segala objek di dalam kamarnya—itu pun masih terlihat kurang jelas, hanya merespon sekenanya saja, dan tidak terlalu fokus pada apa yang diucapkan oleh Arsyad barusan.

Ia bahkan tidak terlalu peduli saat pria itu bergerak turun dari ranjang, lalu ia mendengar suara kain dan segala macam sebelum mendengar suara pintu yang terbuka, kemudian tertutup lagi, dan langkah kaki Arsyad mulai menjauh dari sana. Lantaran ia sedang membutuhkan sedikit waktu untuk tetap bergelung di dalam selimutnya yang terasa hangat.

Saat itulah, Risty akhirnya teringat. Ia sedang tidak memakai sehelai kain pun di dalam selimut tebal miliknya. Tetapi, rasa kantuknya saat ini melarangnya untuk peduli, sehingga ia pun mencoba untuk tertidur kembali.

Namun, rasa tidak enak yang terjadi di pangkal pahanya ketika ia bergerak mengubah posisi, membuatnya sadar dengan apa yang terjadi.

Perempuan itu sontak terbangun, membuka kedua matanya, dan memandang tembok yang ada di sana. Ia teringat kembali pada apa yang dilakukannya bersama Arsyad semalam sebelum jatuh tertidur setelah pria itu bertanya apakah ia perlu buang air kecil atau tidak.

Pantas saja Arsyad tadi menyuruhnya mandi sebelum menunaikan ibadah subuh seperti biasa.

Risty tampak meringis kecil sembari terduduk di atas ranjang, dan pandangannya langsung jatuh kepada baju tidurnya yang sudah terlipat cukup rapi di ujung ranjang tempat Arsyad tidur tadi.

Ia lantas meraihnya, memakainya dengan pelan, dan sengaja tidak mengenakan pakaian dalam miliknya, karena setelah ini ia akan langsung mandi sekaligus memulai rutinitas paginya.

Saat itu Risty harus berusaha keras untuk melupakan potongan-potongan kejadian semalam ketika ia berdiri di bawah shower, serta mengusap tubuhnya menggunakan shower puff yang sudah berbusa. Ia bergidik sendiri saat mengingat—dan sebenarnya masih bisa sedikit merasakan—apa yang dilakukan oleh pria itu di puncak dadanya semalam.

“Ya ampun ....“ gumam Risty sembari berjongkok di bawah shower yang masih menyala. Ia memukul keningnya sendiri menggunakan ujung kepalan tangan sampai beberapa kali. Kemudian berpikir, apakah ia harus mandi ulang karena sejak tadi pikirannya terasa sangat kotor dan berkelana ke mana-mana. Lantaran potongan kejadian semalam benar-benar mengganggu ingatannya.

Akibat dirinya yang merasa kebingungan, jadi Risty pun memutuskan untuk mandi ulang saja setelah berjibaku dengan isi pikirannya sendiri dan bertekad untuk melupakan kejadian semalam.

Untung saja saat itu ia tidak terlambat, dan masih sempat menunaikan ibadahnya di dalam kamar.

Namun, ia tidak menduga kalau ternyata ingatannya akan kembali memutar potongan adegan semalam begitu ia melihat Arsyad yang muncul di meja makan.

Saat itu ia sedang menutup kotak bekal, dan Noni yang juga ada di sana, tampak baru saja selesai menyusun aneka buah yang memang selalu diletakkan di tengah-tengah meja.

November RainWhere stories live. Discover now