01. Tigarihit (When The Color Fades)

18 4 0
                                    

Prompt: Debata Idup memberiku pertanda lewat sebuah perkamen terkait ramalan abstrak diriku sepuluh tahun kemudian.
Genre: Fantasy

Segalanya selalu tampak suram ketika aku bangun. Layaknya sketsa di atas kertas, warna semesta yang dapat kulihat hanya hitam, putih, dan kelabu. Hari-hari yang selama ini kujalani terasa begitu sulit. Orang lain di sekitarku sering menyemangatiku untuk tetap tersenyum, tetapi hidup sebagai achromatopsia tidaklah semudah itu.

Hampir tujuh belas tahun aku menderita. Bukan hanya dicaci, aku juga pernah dikucilkan karena ketidakmampuanku membedakan warna satu dengan warna yang lain.

Bodohnya, aku selalu menyalahkan Tuhan atas hal itu. Aku sudah benar-benar lelah menerima ucapan semua orang yang terus dilontarkan padaku.

Dulu aku sering menyangkal perkataan orang lain bahwa Tuhan itu adil. Namun, pandangan tersebut berubah ketika seorang sahabat mengajakku ke sebuah desa di tepi Danau Toba. Namanya Tigarihit. Siapa pun yang menginjakkan kaki di sana pasti akan terpesona. Walaupun kondisi penglihatanku masih sama, tetapi raut kebahagiaan pengunjung Tigarihit mampu membuatku ikut termangu.

Kampung Wisata Tigarihit terletak tak jauh dari Kota Parapat, Sumatra Utara. Warga yang tinggal di tempat ini mengubah cat rumah mereka dengan beragam warna untuk menciptakan spektrum yang cantik. Sahabatku yang sejatinya tidak terlalu suka berjalan-jalan bahkan berhasil dibuat tercengang. Dia sangat antusias menceritakan kombinasi warna-warna itu agar aku juga bisa menikmatinya.

Satu hal yang paling kusukai dari Kampung Tigarihit adalah seni muralnya. Itu cocok untuk dijadikan spot foto. Aku mengambil beberapa potret agar bisa kuunggah di akun pribadiku. Lumayan, kapan lagi aku bisa berekreasi di tempat mengagumkan seperti Tigarihit ini.

Saat itu seseorang wanita dengan pakaian adat memberiku sebuah payung. Sekilas dia terlihat aneh, tetapi aku berusaha meyakinkan diriku bahwa mungkin itu adalah cara penduduk Tigarihit menyambut tamunya. Dia tersenyum padaku, menunjukkan sopan santun dan keramahan yang tulus.

Awalnya aku hanya penasaran, sehingga aku langsung membuka payung pemberiannya tanpa pikir panjang. Namun, aku terkejut karena tiba-tiba saja ada kertas yang jatuh. Saat aku membukanya, di detik pula aku terpaku.

Di sana terpampang jelas ada sederet tulisan yang menjelaskan bahwa aku bisa melihat warna kembali ... sepuluh tahun setelah perkamen dari Debata Idup ini berada di tanganku.

WanderlustWhere stories live. Discover now