Wanderlust

18. Kalahari (When The Battle Explodes)

Prompt: Bagaimana pun, meski kau adalah orang yang konseptual dalam setiap tindakan, tetapi dalam sebuah pertarungan kau tidak memerlukan hal itu.
Genre: Fantasy

✧

Pusaran penuh warna yang menggelap perlahan menguasai permukaan. Pohon-pohon tumpang dan dihisap, bahkan bangunan setinggi rumah sepuluh susun itu roboh dilahapnya.

Aku berteriak, mengais udara sebisa mungkin sambil terus berlari. Persetan tersesat, yang jelas aku harus menjauh dari sini! Jika tidak, habis sudah riwayatku! Benda aneh mirip galaksi itu terus menarik apa pun di sekitarnya!

Sialnya, takdir tetaplah takdir. Seberapa keras aku berusaha, jika memang ini yang dikehendakkan untukku, aku tidak akan bisa berbuat apa-apa. Aku terjatuh. Tubuhku ambruk di atas jalan tanpa ujung. Aku melihat kegelapan di sana, sebuah pelukan yang mulai mendekapku secara paksa, tetapi juga mendorongku ke sumber cahaya lainnya.

Aku melihat sebuah gurun yang begitu luas bak lukisan di atas kanvas. Lengkungan-lengkungan indah terbentuk secara alami dengan detail garis dan jejak kaki binatang. Angin bertiup, membuatku refleks terpejam. Saat aku membuka mataku kembali, aku ternganga. Pasir yang terangkat tampak menari-menari, berpusing elok berlatarkan langit biru.

Namun, nyatanya bukan hanya itu yang terjadi. Tiba-tiba dua orang berzirah muncul dan beradu pedang di atas kuda. Gumpalan pasir kembali mengepul ke udara. Pertengkaran itu makin hebat saat salah satu di antara mereka berhasil melukai lengan satu yang lain.

Aku berdiri tidak jauh dari tempat mereka berada, tetapi keduanya seperti tidak melihatku sama sekali. Aku seolah menjadi saksi bisu pertempuran mereka.

Salah satu di antara mereka memiliki wajah yang tegas. Aku yakin dia adalah seorang pria yang konseptual dalam setiap tindakan. Namun, dalam sebuah pertarungan, dia tidak memerlukan hal itu. Tak peduli seberapa banyak luka di tubuhnya, dia tetap berjuang.

Bahkan, saat terjatuh sekalipun, dia tetap bangkit.