03. Banff (When The Heart Regrets)

7 3 0
                                    

Prompt: Aku ingin menulis ulang masa lalu dan membuatnya hanya milikku, tanpa perlu berbagi dengannya.
Genre: Romance

Walaupun pengalaman pertama membuatku syok, aku mencoba untuk menerima kemampuan baru yang ditakdirkan untukku. Ya, ramalan di perkamen pemberian wanita Tigarihit benar-benar menjadi kenyataan. Itu adalah sebuah berkah, sehingga aku harus mensyukurinya.

Blessing Eyes, demikian aku menamai kemampuan itu. Dengan mata tertutup, aku bisa menggunakan mata siapa pun untuk menjelajahi dunia secara real time. Aku hanya perlu menunjuk peta yang tergambar di perkamen dan menyebutkan nama kotanya. Sedetik kemudian, aku akan langsung berada di tubuh seseorang.

Namun, Blessing Eyes juga punya kekurangan. Aku hanya dapat memanfaatkan mata orang untuk melihat, bukan mengendalikan raganya seperti film-film kebanyakan. Ibarat mimpi, aku tidak bisa melakukan apa pun selain memperhatikan inangku menjalani kesehariannya.

Aku juga punya batasan yang harus kupatuhi. Aku tidak boleh terlalu lama memejamkan mata, apalagi sampai terlena. Itu semua tertulis di pojok kanan bawah perkamen, sebuah peringatan yang benar-benar misterius dan menakutkan.

Kali ini, aku ingin menjelajahi sebuah kota yang berada di dalam sebuah taman nasional. Masih di Benua Amerika, aku penasaran dengan kota Banff yang katanya diapit oleh pegunungan tinggi. Bukan hanya sebagian, tetapi di semua sisi! Bayangkan betapa indahnya tempat itu! Aku ingin melihat tebing-tebing menjulang berselimut salju dengan latar belakang langit biru.

Tanpa banyak berpikir, aku segera menggerakkan jariku menuju Alberta, sebuah provinsi di Kanada. Aku memejamkan mata begitu erat, menikmati setiap proses yang berlangsung selama beberapa detik. Begitu aku kembali membuka mata, di saat itu pula aku termangu.

Sekarang aku menggunakan mata seorang gadis yang sedang menaiki sepeda. Dia terlihat feminin karena gaun dan gelang yang dipakainya. Warna pink dan putih, tampak sangat estetik. Rambutnya terurai panjang dengan kepangan asal. Aku tidak bisa melihat wajahnya, tentu saja. Seperti saat memakai make-up, aku harus mencari cermin terlebih dahulu jika ingin mengetahui seperti apa rupanya.

Kawasan Kota Banff sepertinya berukuran kecil. Banyak pejalan kaki yang berkeliling di sini. Jalan-jalan pusat kota dipenuhi dengan restoran dan toko, berjajar rapi tanpa sampah sedikit pun.

Ketika gadis yang menjadi inangku menurunkan sedikit pandangan, lebih tepatnya ke arah keranjang dengan buket bunga di atasnya, entah kenapa hatiku tiba-tiba melunak. Dia lalu melepas satu pegangannya pada sepeda. Siapa sangka, ternyata dia menyimpan sesuatu dalam genggamannya.

Di sana dapat kulihat dengan jelas kertas bertuliskan, "Aku ingin menulis ulang masa lalu dan membuatnya hanya milikku, tanpa perlu berbagi dengannya."

Ah, sepertinya aku salah memilih tujuan. Apakah aku akan disuguhi drama juga di sini?

WanderlustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang