06. Sandakan (When The Sea Watches)

6 3 0
                                    

Prompt: Sisa hariku terasa begitu berat setelah aku menangani kasus pembunuhan yang menimpa keluargaku; anak satu-satunya dari kedua orang tuaku tertabrak mobil.
Genre: HTM

Setiap hal pasti punya kelemahan. Saat kali pertama mendapatkan Blessing Eyes, aku sangat bahagia karena akhirnya aku bisa menyaksikan dunia secara langsung. Di sisi lain, aku juga harus bertahan karena efek samping yang diberikan.

Sudah empat kali aku menggunakan Blessing Eyes. Rasa penasaranku pun terbayar walaupun beberapa di antaranya membuatku merinding di malam hari. Setelah tuntas menjelajah dan kembali ke penglihatanku yang paten, aku memang bahagia, tetapi ternyata itu juga mengundang mimpi buruk.

Sebenarnya aku tidak boleh mengaitkan satu hal dengan hal lain tanpa pikir panjang. Namun, aku juga tidak bisa mengabaikannya begitu saja karena mimpi akhir-akhir ini terasa aneh bagiku. Mimpi yang sejak dulu kudapatkan selalu sama dengan kehidupanku di dunia. Hitam dan putih, hanya itu. Namun, dua mimpi terakhir justru kebalikannya. Aku dapat melihat warna, jelas dan tampak sangat nyata.

Aku tidak begitu mengingat mimpi pertama. Aku hanya bisa menjelaskan sedikit tentang mimpi keduaku yang terjadi semalam. Entah kenapa aku masih merasa ngeri hingga kini. Potongan-potongan kejadian memilukan terus menghantuiku dan jujur aku takut itu akan menjadi kenyataan.

Semua bermula di sebuah tempat makan dengan pemandangan laut lepas. Aku, papa, dan mamaku singgah di Sandakan Waterfront untuk sekadar mengisi perut yang kosong. Belum ada apa pun yang terlihat mencurigakan saat itu. Kami menikmati makan malam sembari sesekali mengedarkan pandangan ke laut untuk memandang cahaya bulan yang memantul.

Setelah selesai, kami pun pergi meninggalkan meja dan melambaikan tangan pada laut yang menjadi tempat kapal-kapal kecil berlabuh. Kami kembali menaiki mobil, melewati jajaran rumah susun dan beberapa kios. Aku tidak tahu kenapa tempat itu mendadak sepi, padahal kali terakhir aku ke sini suasananya penuh-sesak. Bahkan, aku hampir pingsan karena terlalu banyak orang yang berlalu-lalang.

Puncaknya adalah ketika kami sudah berada di jalan raya dengan sedikit penerangan. Di mimpiku, aku masih menjadi pihak ketiga yang memantau dari titik tak kasat mata. Di sana aku—atau mungkin jiwaku—muncul menangani kasus pembunuhan yang menimpa keluargaku. Ya, anak satu-satunya dari kedua orang tuaku tertabrak mobil.

Sisa hariku terasa begitu berat memikirkannya. Jelas saja, orang itu adalah aku sendiri. Aku melihat tubuhku tergeletak penuh darah tanpa ada seorang pun di sampingku. Namun, aku yang berperan sebagai pihak ketiga ini dapat melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh diriku yang asli.

Seseorang yang membuatku terus menggeleng tidak percaya.

Seseorang yang ternyata menjadi dalang di balik pembunuhanku yang misterius.

Itu ... pamanku.






WanderlustTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon