Satu

909 99 12
                                    

Hal yang paling Velia benci adalah hari masuk sekolah dan hal yang paling Velia suka adalah hari libur dan tanggal merah. Rasanya, gadis itu tak mau masuk sekolah, dia hanya ingin menikmati waktu sendiri di kamar, hanya ingin tidur dan menghabiskan waktu di kamar.

Banyak hal yang membuat gadis itu tak suka di sekolah, dia sering kali mendapatkan perlakuan buruk dari orang-orang, sering dihina padahal Velia sama sekali tak mengganggu mereka. Seandainya bekerja tak membutuhkan ijazah, mungkin saja Velia sudah akan berhenti sekolah sejak kelas sepuluh SMA, dia tak sanggup mendengar perlakuan buruk dari orang-orang di sekolah.

Gadis itu memasuki ruang kelasnya, hal pertama yang dia lihat adalah mejanya yang dipenuhi dengan tulisan-tulisan dari teman sekelas. Banyak sekali, bahkan memenuhi hampir seluruh meja. Dia tak berani protes karena setiap kali dia protes semuanya akan menggunjingnya. Celia juga tak berani juga langsung mengadu pada guru.

"Eh, bumil baru datang? Tumben lambat, habis mual-mual yah?" tanya salah satu teman sekelasnya.

Bumil adalah panggilan teman-teman sekelasnya pada dirinya, hal itu membuat Velia cukup sakit hari mendengar. Namun, gadis itu tak berani mengeluarkan suara, dia hanya menunduk dalam seraya berjalan menuju mejanya, meja paling belakang di pojok kanan, di mana hanya dia seorang di sana.

Semua teman sekelasnya tertawa mendengar ejekan tersebut, mereka menganggap kalau hal tersebut adalah candaan yang tak sepantasnya dimasukkan ke hati.

Tiap orang itu berbeda-beda, ada yang tak gampang tersinggung dan ada pula yang gampang tersinggung. Ada yang menganggap apa pun hanya candaan dan ada pula menganggap apa pun serius. Ada yang merasa paling benar dan ada pula merasa selalu salah.

Velia merupakan orang yang mudah tersinggung, dia menganggap semua perkataan orang tentangnya adalah keseriusan, dan selalu merasa bersalah pada dirinya sendiri. Kenapa dia hidup dengan tubuh yang memiliki bobot enam puluh dua kilogram?

"Si bumil malah belum jawab pertanyaan gue."

Lagi, Zola yang tadi bertanya padanya kembali bersuara, tetapi Velia cuma diam dan menunduk saja.

Bagaimana bisa dia membalas sementara kini Zola ada di hadapannya bersama teman-temannya? Velia tak memiliki keberanian, pernah sekali dia memiliki keberanian, tapi malah berakhir dia yang dibully habis-habisan.

"Zola, kasihan bumil, nanti dia keguguran!"

Mata Velia memanas mendengarnya, dia tahu itu suara siapa, pria pujaan hatinya yang sangat membenci Velia karena ketahuan menyukainya. Galen Aditama telah mendeklarasikan dirinya bahwasanya dia membenci Velia seumur hidupnya, dia bahkan bersumpah tak akan membuat Velia tenang sampai Velia berhenti menyukainya.

"Gue lupa lagi, bumil 'kan gak boleh tertekan," balas Zola dan langsung tertawa.

Gadis yang dikenal sebagai perundung di sekolah itu langsung saja melangkah menuju mejanya yang ada di barisan kedua. Sementara Velia, rasanya dia ingin menangis dan meluapkan segalanya, tetapi sayangnya itu tak bisa, mengingat kalau sudah waktunya masuk pembelajaran.

***

Istirahat telah tiba, biasanya Velia hanya diam saja si jelas karena tak mau berada di keramaian. Dia hanya akan menjadi bahan tontonan orang-orang.

Sebenarnya di sekolah ini bukan hanya Velia yang memiliki bobot lebih, tapi Velia yang paling parah. Wajahnya juga ditumbuhi banyak jerawat, kulitnya tak putih, pastinya tak ada yang mau berteman dengannya.

Namun, terkhusus hari ini, Velia memilih untuk ke kantin membeli makanan. Dia lapar, semalam tak makan karena mamanya selalu menegur dia saat makan, paginya pun dia juga tak makan. Memang tantangan untuk orang yang memiliki bobot enam puluh dua kilogram itu gampang lapar dan susah untuk menahan mulutnya agar tak makan.

Gadis itu dulu pernah merencanakan untuk diet sehat, tetapi cuma sehari saja dia tak mampu. Kapan dia bisa seperti gadis-gadis cantik lainnya? Kapan dia bisa jadi seperti kakaknya yang selalu diagungkan di acara sama kedua orang tuanya? Kapan dia bisa cantik? Padahal Velia sudah melakukan semuanya, dia sudah membeli banyak suplemen agar cantik seperti yang lainnya.

Velia menatap mangkuk berisi mi ayam di tangannya, semua meja penuh dan ada satu meja yang kosong tetapi di sana terdapat seorang pria yang duduk dan makan.

Jelas saja gadis itu tak berani, apalagi melihat penampilan pria itu. Bisa saja dia tak suka nanti kalau Velia bergabung dengannya.

"Makan di mana nih gue?" cicit Velia.

Gadis itu celingak-celinguk mencari tempat, tetapi nihil. Semuanya penuh.

Tak lama Velia sibuk mencari tempat, tak jauh dari pria yang duduk seorang diri itu, ada meja yang kosong karena penggunanya baru saja pergi. Velia tanpa berpikir panjang langsung saja menuju meja itu, duduk di sana dan makan secepat mungkin. Dia tak mampu berlama-lama di tempat seramai ini, mau membawa makanan ke kelas juga dia malas harus kembali lagi nanti ke kantin untuk mengembalikan mangkuknya.

Sayangnya, Velia baru saja duduk, tapi tiba-tiba ada Zola seorang yang ikut duduk di depannya.

"Perasaan bumil gak boleh makan mi deh," ucap Zola tertawa mengejek pada E
Velia, jelas hal ini membuat Velia kesal, tetapi tak mampu membalas.

"Makan telur yang banyak, biar sehat," lanjut Zola dan langsung memecahkan sebutir telur mentah di mi ayam milik Velia.

Kenapa saat dia ingin makan tetap saja diganggu sama Zola? Tidak bisakah dia tenang walau hanya sehari di kelas?

Sayangnya, Velia hanya mampu diam saja dan tak berani membantah apa pun. Bagaimana caranya dia protes?

"Makan tuh, enak tahu."

Velia diam, tetapi pria di samping meja Velia yang tadi duduk sendiri menimbulkan suara cukup keras akibat dia berdiri dari duduknya. Kemudian tanpa disangka-sangka, pria itu menghampirinya meja Velia, menarik tangan Velia dan menyuruh Velia berdiri.

Gadis itu menurut saja, tetapi masih dengan kepala yang menunduk.

"Balas!" kata pria itu pada Velia.

Namun, Velia cuma diam saja. Bagaimana bisa dia membalas? Setelah itu pasti Zola akan membalas lagi.

"Kalau lo cuma diam aja, dia tambah nyakitin lo. Balas! Gak usah nyuruh dia minta maaf, susah."

Kali ini pria itu menatap Zola tajam, tetapi sama sekali tak membuat Zola gentar. Gadis itu juga tengah menunggu Velia membalas, tetapi yakin Velia tak akan membalas perbuatannya. Toh Velia tak berani padanya.

"Gak usah ikut campur lo," timpal Zola.

"Gak mau sebenarnya, tapi lo udah keterlaluan," balas Raka—pria yang menuntut Velia untuk membalas perbuatan Zola.

"Cewek gendut ini, gak akan berani balas gue. Pertama, karena gue penguasa di sekolah. Kedua, karena dia lemah," pungkas Zola, meninggalkan Velia dan Raka.

Hari ini, pertemuan pertama Raka dan Velia, membuat Velia tersadar akan satu hal, masih ada yang peduli padanya.

"Lo gak pa-pa?" tanya Raka setelah Zola pergi.

Velia mengangguk, sebenarnya dia sedangkan tak baik-baik saja, tetapi dia tak berani mengatakan. Gadis itu pun mendongak, menatap Raka yang wajahnya terlihat lebam. Pantas saja tadi pria itu memakai hoodie dan penutup kepala.

"Makasih banyak, gue permisi."

"Loh, kita belum kenalan," pekik Raka saat Velia tiba-tiba meninggalkannya.

Sayangnya, Velia tak mempedulikan pekikan Raka, dia memilih meninggalkan kantin. Tujuan gadis itu saat ini adalah tempat paling sepi yang ada di sekolah dan memilih untuk menyendiri di sana.

***

Haloooo

Cerita tentang perundungan ini berdasarkan pengalaman teman aku dan udah dapat izin dari dia, semoga sukaaaaa

Jangan lupa tinggalkan jejak yah

Bye bye

I'm (Not) FatWhere stories live. Discover now