Empat

498 65 21
                                    

Seperti permintaan papanya, Velia mencoba untuk diet hari ini, hanya dengan makan dua butir telur rebus. Namun, baru juga pukul sepuluh pagi, Velia sudah merasakan lapar, perutnya sejak tadi berbunyi lantaran hanya memakan dua butir telur rebus.

Gadis itu mencoba untuk minum sebanyak mungkin, hal itu dilakukan untuk menghilangkan rasa laparnya. Velia menatap jam dinding yang ada tepat di atas papan tulis, melihat waktu yang tertera di sana. Masih pukul sepuluh lewat sepuluh menit dan waktu istirahat cukup lama, Velia ingin secepatnya ke belakang sekolah, dia ingin menahan rasa laparnya di sana.

Pasalnya, kalau dia di kelas nanti, dia pasti tergoda melihat teman-teman makan. Belum istirahat saja teman sekelasnya di depan sudah makan, apalagi kalau istirahat.

Sial sekali bukan? Kenapa dia harus memiliki tubuh gemuk seperti ini? Seandainya dia memiliki tubuh yang langsing seperti kakaknya, dia pasti tak akan dipaksa untuk diet seperti ini.

Gadis itu memilih kembali fokus pada guru di depan yang sedang menjelaskan materi, dia harus bisa mengalihkan rasa laparnya devisa mungkin, tetapi tak lama kemudian bel waktu istirahat telah berbunyi, membuat Velia dengan secepat mungkin merapikan buku-bukunya. Ketika guru keluar, Velia juga ikut keluar dan melangkah cepat ke belakang sekolah, dia bahkan melewati guru tadi yang mengajar di kelasnya.

Sesampainya di belakang sekolah, Velia langsung mendudukkan tubuhnya di kursi, kemudian meletakkan kepalanya di meja yang biasa dia gunakan untuk makan. Kepalanya ditenggelamkan ke lipatan tangannya, dia ingin tidur. Sengaja memilih tempat ini, agar tak ada yang mengganggunya, Velia pernah tidur di kelas, tetapi dia malah diganggu oleh teman-teman kelasnya.

"Gemoy?"

Velia menghela napasnya, padahal belum lama dia di sini, kini terdengar suara yang sangat dia kenal. Siapa lagi kalau bukan Raka, hanya Raka satu-satunya orang yang memanggil dia gemoy, tak ada yang lain. Velia pun mengangkat wajahnya, menatap Raka yang membawa sebungkus rokok juga korek api. Dapat dipastikan kalau Raka saat ini pasti ingin merokok.

Semenjak perkenalan mereka seminggu yang lalu, Velia jadi mengenal Raka yang ternyata hobi merokok di tempat ini, selain itu Raka juga ternyata suka berantem, dan hampir setiap hari Velia melihat wajah Raka lebam.

"Gak makan? Kok cuma diam aja di sini? Biasanya juga makan," kata Raka. Pria itu jelas keheranan melihat gadis gembul itu yang hanya diam tanpa menyantap sesuatu. Biasanya, kalau dia menemukan Velia di belakang sekolah, Velia pasti datang untuk makan.

Mendengar pertanyaan dari Raka, Velia menggeleng lemah, kemudian kembali menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya.

"Hei, kenapa?" tanya Raka lembut.

Pria itu menghampiri Velia, kemudian mengelus lembut rambut Velia.

"Diganggu sama Zola lagi?"

Lagi, Velia menggeleng lemah. Dia lapar, bukan diganggu oleh Zola.

"Gue lapar, Raka. Gue lapar," ungkap Velia pelan.

"Terus kenapa gak makan? Kalau lapar, ya makan, kok malah diam di sini?"

Velia menggeleng pelan, membuat Raka mengernyit heran. Lalu Velia berkata, "Gue gak bisa makan. Papa nyuruh diet."

"Kenapa disuruh diet? Perasaan lo gak gendut, gemoy kok."

Dibilang tak gendut oleh Raka, membuat Velia tersipu malu. Jarang ada orang mengatakan kalau dia tak gendut, orang tuanya saja kadang secara tak sengaja mengatakan kalau dia gendut.

"Dua bulan lagi bakal ada acara di perusahaan papa, jadi gue diminta untuk diet," jawab Velia membuat Raka tak percaya mendengarnya.

"Kok gitu?"

"Mungkin karena gue satu-satunya yang paling jelek di keluarga," balas Velia membuat Raka menggeleng tak setuju.

Menurut pria itu, Velia cantik. Kulitnya eksotis, bukan hitam. Wajahnya walau berjerawat tapi bersih tanpa pori-pori. Kalau diteliti, wajah Velia sama sekali tak memiliki komedo. Lalu kenapa Velia mengatakan kalau dirinya jelek?

"Jangan menghina diri sendiri, itu gak baik. Berhenti insecure, karena itu hanya akan buat lo jadi pemalu. Coba untuk percaya diri, jangan dengerin omongan orang lain," tutur Raka.

Sungguh, pria itu tak terima apabila ada yang mengatakan Velia itu jelek. Velia cantik, tapi dengan dirinya yang seperti ini.

"Tapi semuanya bilang gue jelek. Kalau jalan sama kakak pasti gue dikira mamanya," ujar Velia sukses membuat Raka berdecak kagum.

"Siapa yang bilang? Biar gue tonjok mukanya."

Bukannya marah atau tersinggung, Velia malah tertawa mendengarnya, dia tak percaya ini. Raka satu-satunya orang yang mau dekat dengannya, pria lain saja seakan tak mau berteman dengannya, tapi Raka berbeda. Velia berharap, dia bisa mendapatkan banyak teman seperti Raka.

***

Diet Velia masih berjalan hingga bel tanda istirahat selesai berbunyi, Velia pun masuk ke kelasnya. Namun, di meja tempat dia duduk, tak ada tasnya, cuma ada buku-bukunya yang berhamburan di meja.

Ke mana tasnya?

"Tas gue mana?" tanya Velia pada teman-teman sekelasnya, tetapi sama sekali tak ada yang menjawab pertanyaannya.

Velia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Ketika matanya mengarah pada pintu kelas, Velia melihat ada tasnya yang tergantung paling atas, Velia jelas saja tak bisa mengambilnya, bahkan untuk mengambil dengan menggunakan bangku pun tak bisa.

Mata Velia kemudian berpindah melihat pada Zola yang tersenyum mengejek padanya. Tanpa mencari tahu siapa pelakunya, Velia yakin kalau Zola adalah pelakunya. Seketika nyali Velia langsung menciut, dia tak berani protes, dan yang bisa dilakukan gadis itu hanya mengumpulkan barang-barangnya.

Kala Velia mengumpulkan barang-barangnya, dia melihat ada sesuatu yang kurang. Diary-nya ke mana?

"Nyari buku diary yah?" tanya Zola menghampiri Velia.

"Gue mohon, balikin," pinta Velia lemah.

"Loh, ini punya lo?" tanya Zola mengejek.

"Balikin punya gue," pinta Velia lagi.

Zola bukannya mengembalikan, dia malah menjauhi Velia, kemudian membuka buku diary milik Velia, membuat si empunya dengan khawatir langsung menghampiri Zola. Velia berusaha meraih bukunya, tetapi teman-teman Zola menahannya.

"Gue sebenarnya udah tahu lo suka sama Galen, sekelas juga tahu, tapi pas baca ini kok gue baru tahu sesuatu yah? Awal mula Velia jatuh cinta dengan Galen," kata Zola mengeraskan suaranya.

Zola pun mulai membaca buku diary Velia, bahkan berdiri di atas kursi agar teman-teman sekelas mereka mendengarnya. Sementara itu, ada Galen yang kini menatap Velia tajam.

"Aku gak nyangka, ada cowok yang bantuin aku angkat meja ke kelas, dia baik dan ganteng. Jantung aku dari tadi dag dig dug pas dia bantuin aku, apa ini pertama kalinya sedekat ini sama cowok, ya."

Semuanya tertawa mendengar Zola membaca diary Velia, sementara si empunya sudah mulai menangis. Beberapa dari teman-teman sekelas mereka bersiul menggoda Velia dan Galen.

"Aku akui, kalau aku mulai suka sama dia. Namanya Galen, dia pintar dalam segala hal, bahkan pintar buat aku jatuh cinta. Aku—"

Belum selesai Zola membaca diary Velia, Galen langsung melempar sebotol mineral ke papan tulis, membuat semuanya diam. Keadaan mulai mencekam, semuanya benar-benar bergidik ngeri melihat Galen marah. Mata pria itu menatap tajam Velia, membuat Velia seketika meneteskan air matanya.

"Gue gak suka sama cewek gendut. Jadi, lupain gue!" perintah Galen tak dapat dibantah.

***

Yuhuuu
Ada yang nungguin update terbaru cerita ini gak?😍😍

Haduh

Si Galen emang nyebelin. Raka tipe-tipe cowok green flag banget yah?😍

Jangan lupa tinggalkan jejak😚

Bye bye

I'm (Not) FatHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin