Enam

481 64 7
                                    

"Eh!"

Velia mundur selangkah ketika dia hampir saja menabrak Galen ketika akan memasuki kelas. Hal itu membuat semua teman-teman sekelas mereka langsung menyoraki mereka berdua, tetapi itu malah membuat ekspresi marah muncul di wajah Galen.

"Punya mata gak, sih?"

"Sorry, gue gak lihat," ucap Velia memohon maaf. Dia sungguh tak melihat Galen yang akan keluar dari kelas dan bertepatan dengan dia yang akan masuk kelas.

"Makanya punya badan itu jangan lebar! Nih pintu bisa buat dua orang, tapi kalau lewat bareng lo gak muat," sarkas Galen membuat Velia terdiam.

Lagi dan lagi, berat badannya membuat orang marah dan malu. Orang tuanya pun juga malu dengan berat badannya, sampai menyuruh dia untuk diet.

"Gue benar-benar minta maaf, gue gak lihat," ujar Velia memohon maaf pada Galen.

Galen mendelik tajam, lalu berkata, "Badan doang yang lebar, tapi mata gak dibuka lebar."

Perkataan Galen sukses membuat dada Velia ngilu, Velia bahkan tak mampu berkata apa pun, pipinya memerah karena malu, sementara tubuhnya tak bisa bergerak seakan kakinya tertempel di lantai tepat depan pintu kelas. Sementara itu, teman-teman sekelasnya hanya tertawa mengejek padanya, membuat Velia semakin malu.

Galen pun melangkah, menjauh dari Velia yang masih diam di tempatnya. Pria itu tak peduli pada Velia yang akan malu atau apa pun itu, asal dia bisa menjauh dari Velia. Galen sangat membenci keberadaan Velia. Karena Velia, dia jadi bahan ejek teman-temannya, jadi bahan tawaan teman-temannya, bahkan sering kali dijodoh-jodohkan dengan teman-temannya.

Ketika langkah kaki Galen baru saja terhitung empat langkah, dia mendengar suara seseorang, mengajak Velia berbicara, sehingga membuat pria itu penasaran dan memilih untuk membalikkan badannya untuk melihat siapa yang mengajak Velia berbicara.

"Gemoy, lo kenapa cuma diam di sini?"

Galen memicingkan matanya, menatap pria yang mengajak Velia berbicara itu tajam. Galen tak percaya ada laki-laki yang memanggil Velia seperti itu, parahnya mengajak Velia berbicara dengan santai.

"Gak makan? Ini udah istirahat, kan? Mau makan bareng? Ke belakang sekolah, yuk? Kita makan di sana."

Pertanyaan beruntun yang diberikan Raka pada Velia masih didengar oleh Galen, membuat pria itu mencibir. Kenapa sok perhatian sekali pria itu?

Sementara Raka, dia tadi baru saja lewat setelah membawa buku catatan yang akan diperiksa guru ke ruang guru, dan berpapasan dia melihat Velia hanya berdiam diri di depan kelas setelah melihat Velia dimarahi oleh Galen.

Sesekali pria itu melirik pada Galen yang masih juga berdiri di tempatnya, melihat mereka berdua mengobrol.

"Raka, tapi gue—"

"Lagi diet?" tebak Raka.

Velia mengangguk pelan, agak kaku sehingga membuat Raka menggeleng pelan.

"Lo diet, tapi kelaparan. Kalau lapar makan, jangan ditahan-tahan. Mulut itu gunanya buat makan, bukan buat marahin orang, ngomongin orang,  sama buat hina orang," tutur Raka sengaja membesarkan sedikit suaranya, bermaksud menyindir pada Galen yang tadi sempat dia lihat memarahi Velia.

"Raka, jangan ngomong kayak gitu, nanti didengerin," tegur Velia pelan.

Namun, Raka tak peduli, dia malah terlihat santai saja walau kini Galen menatap Raka tajam. Sedangkan Velia malah tak enak hati, dia seharusnya langsung masuk saja ke kelas tadi daripada berdiam diri karena Galen memarahinya.

"Ayo kita ke kantin," ajak Velia karena tak mau membuat Galen marah pada Raka.

Velia yakin, perkataan Raka tadi untuk menyindir Galen. Mungkin saja Raka melihat tadi Galen memarahinya.

Gadis bertubuh gempal itu menarik tangan Raka menuju kantin, mumpung waktu istirahat masih cukup panjang, sehingga Velia masih bisa mengajak Raka ke kantin.

Ketika keduanya sampai di kantin, Velia menghela napasnya lega, akhirnya dia bisa membawa Raka ke kantin sebelum malah membuat Galen marah nantinya. Velia walau sering dimarahi Galen, dia sangat mengenal bagaimana seorang Galen itu. Galen memiliki banyak teman yang siap kapan saja menghabisi Raka. Sangat lucu bukan kalau mereka bertengkar hanya karena Velia?

Semua orang akan berpikir gadis jelek seperti Velia tak cocok diperebutkan, padahal bukan soal memperebutkan yang membuat Raka dan Galen bertengkar, karena soal Raka yang menyindir Galen.

"Lo nyari mati tadi," ujar Velia.

Raka mengernyit heran saat mendengar perkataan Velia, cari mati bagaimana?

"Gue gak ngerti maksud lo," ungkap Raka benar-benar tak mengerti dengan maksud perkataan Velia.

"Lo gak tahu siapa Galen, dia bisa aja ngabisin lo. Dia bisa aja bawa temen-temennya buat ngabisin lo," kata Velia.

Tentu saja hal itu malah membuat Raka tertawa cukup keras, sehingga membuat beberapa pasang mata tertuju padanya. Namun Velia, dia mendengkus kesal, Raka malah menyepelekan Galen.

"Gue udah pernah bilang, 'kan?"

"Apa?"

"Lawan! Jangan lemah, Velia! Mereka hanya akan bully lo terus-terusan," jawab Raka justru membuat Velia menjambak rambutnya sendiri dengan pelan.

"Gue gak seberani lo," balas Velia.

Mana mungkin dia berani, sementara Zola dan Galen memiliki teman banyak serta suka main keroyok? Velia pernah melawan, tapi dia habis dikeroyok oleh Zola dan teman-temannya. Sayangnya, Velia tak punya teman, tak ada yang membantunya, tak ada yang menolongnya.

"Kalau gitu, biar gue yang lawan mereka, anggap aja kalau gue itu bodyguard lo."

"Aneh lo! Kenapa malah belain gue? Yang lain pada benci sama gue, lo malah belain gue."

"Apa alasan mereka benci sama lo?"

"Karena gue jelek, maybe," jawab Velia justru membuat Raka berdecak kesal.

Jelek? Kenapa Velia suka sekali menghina dirinya?

"Ini namanya seni menghina diri. Lo sering banget ngehina diri lo sehingga lo gak berani lawan siapa pun yang suka gangguin lo," ucap Raka membuat Velia tak bisa berkata-kata.

Hal itu dijadikan kesempatan Raka untuk kembali bersuara, mengutarakan pendapatnya pada Velia.

"Zaman sekarang emang mengukur kecantikan dari segi wajah yang mulus, kulit yang putih, sama tubuh yang langsing. Tapi lo gak seharusnya seperti apa yang orang inginkan, gak perlu ngikutin ukuran kecantikan seperti yang orang lihat. Lo itu lo, biarin aja orang berpendapat. Anggap omongan mereka itu gak ada," tutur Raka.

Setelah mengungkapkan hal tersebut, Raka langsung duduk di kursi, mengambil sebotol mineral yang sudah disiapkan di meja, kemudian meminumnya. Terlalu lama memberikan Velia nasehat, membuat dia kehausan.

"Gak usah dipikirin, gak usah diet-diet segala, gak selamanya cantik itu sesuai dengan ukuran orang-orang. Lo cantik apa adanya, bukan cantik karena ada apanya," lanjut Raka setelah meminum air mineralnya.

Perkataan Raka sukses membuat jantung Velia berdegup kencang. Dia dibilang cantik? Velia sama sekali belum pernah dibilang cantik sama orang-orang.

***

Hayoooo

Siapa yang suka insecure di sini?

Gak boleh insecure yah, semua cewek itu cantik.

Kalau pun ada yang benci karena kamu gendut, jangan dipikirin, itu mah orang iri.

Jangan lupa tinggalkan jejak yah

Bye bye

I'm (Not) FatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang