Delapan

471 71 25
                                    

Acara ulang tahun perusahaan digelar malam ini, Velia sejak tadi memilih menjauh dari keluarganya daripada bergabung, dan hanya melihat keluarganya dari jauh menyambut para tamu undangan. Gadis bertubuh gempal itu sengaja tak bergabung dengan keluarganya, dia tak mau mendengar lagi cemooh yang dilontarkan untuknya, tak mau juga nantinya membuat orang tuanya malu.

Velia dapat melihat jelas wajah bahagia mama, papa, serta kakaknya. Mereka bertiga seakan melupakan keberadaan Velia, membuat Velia sadar bahwa dia tak dibutuhkan di sini. Kakaknya lebih dibutuhkan, bahkan kakaknya yang selalu dikenalkan kepada semua para undangan.

Kolega bisnis papanya berdatangan, mengucapkan selamat kepada papanya, dan dibalas papanya dengan ucapan terima kasih serta senyum lebar. Kemudian Velia melihat kakaknya dikenalkan oleh papanya dan melupakan dirinya, papanya sama sekali tak mencari dirinya, dan tak berinisiatif untuk mengenalkan dirinya.

"Ngapain juga berharap, papa gak akan ngenalin ke siapa pun, cuma kakak doang anaknya," gumam Velia dengan mata lurus ke depan melihat pada kakaknya yang kini tersenyum bahagia.

Bisa berbincang dengan kolega bisnis papanya saja tak pernah. Boro-boro berbincang, dikenalkan saja tak pernah.

Velia mengambil jus jeruk di meja, meminumnya untuk menghilangkan rasa cemburu melihat kakaknya dikenalkan dengan kolega bisnis papanya.

"Gemoy?"

Suara yang sangat Velia kenal membuat Velia membalikkan badannya, dia mendapati Raka yang menggunakan jas hitam dengan dalaman kemeja putih serta dasi merah maroon. Sejenak, gadis itu terpana melihat penampilan Raka yang baru kali ini dia lihat rapi. Biasanya malah berantakan, parahnya Velia kadang melihat lebam di wajah Raka hampir tiap hari.

"Lo beda banget, gue baru pertama kali lihat lo pakai make up gini," ungkap Raka menelitinya penampilan Velia dari atas sampai wajah.

Dress putih dengan pita dibagian pinggang,  panjangnya di bawah lutut Velia. Make up Velia membuat Raka kaget melihatnya, dia belum pernah melihat Velia berdandan seperti ini. Seperti bukan Velia. Kulit eksotis milik Velia juga membuat gadis itu terlihat lebih fresh dan cantik.

"Pangling gue lihat lo, gue kira tadi salah orang," lanjut Raka lagi.

Velia tersenyum kecil, lalu berkata, "Bisa aja lo. Semuanya juga tahu kalau gue itu jelek sekali pun dandan."

"Emang yang ngehina lo udah pernah lihat lo pakai make up?"

Pertanyaan Raka membuat Velia diam, jarang orang melihatnya berdandan, bahkan Zola yang sering membullynya di sekolah pun tak pernah melihat Velia berdandan. Namun, beberapa karyawan papanya sering melihat dia dan tetap saja mengatakan kalau dia jelek sekali pun berdandan.

"Belum sih," jawab Velia seraya cengengesan.

"Jadi, Nona Velia lagi apa di sini?"

"Eh!" pekik Velia kaget kala Raka bertanya seperti itu padanya.

"Loh, kenapa? Kayak kaget gitu," ucap Raka tak mengerti dengan Velia.

"Kaget aja, gue kira lo tahu. Ini acara perusahaan papa," jawab Velia.

"Jadi om Vero papa lo?" tanya Raka.

Velia tak terkejut jika ada yang mengenal papanya, orang yang cukup dikenal banyak orang di kalangan pebisnis.

"Terus yang di sana kakak lo?" tanya Raka menunjuk pada Sarah yang tengah berbincang dengan kolega bisnis papanya.

"Iya, kakak gue. Kenapa?"

"Cantik, ya? Lo gemoy, dia kurus."

Perkataan Raka diselingi dengan tawa kecilnya, melihat pada Sarah yang tersenyum kecil merespon perkataan orang-orang yang berbincang dengannya. Sementara Velia, dia seketika menoleh pada Raka. Bukankah ini juga menunjukkan kalau Raka mengatakan dia jelek secara tak langsung? Bukankah ini juga menandakan kalau Raka mengatakan bahwa dia gendut?

I'm (Not) FatWhere stories live. Discover now