♡# 1.9

198 20 1
                                    

H-1

Mereka baru saja selesai dengan latihan terakhir di siang hari di rumah Mark seperti biasa. Dan sekarang, mereka sedang bersantai dengan ponsel mereka masing-masing. Itung-itung istirahat, tak ada perbincangan diantara keduanya. Jujur saja Jeno bosan dengan kondisi hening ini, ia ingin melakukan sesuatu yang bisa menghilangkan kebosanan nya. Tapi apa? Ia sendiri pun tak tahu harus melakukan apa.

Melihat sekeliling ruangan, "ternyata ruangan ini luas juga" pikirnya. Hanya saja, ruangannya di penuhi oleh peralatan bermusik jadi terasa tidak seluas itu. Omong-omong soal alat musik, ternyata Mark itu multitalent ya? Alat musik yang dimilikinya cukup banyak.

Loh? Jeno tidak sengaja terfokus pada suatu benda. Ia melihat lekat benda itu, agak tidak percaya benda itu dimiliki oleh Mark. "Kak, Lo punya electric guitar?" Tanyanya dengan nada kagum. Mark menoleh dari ponselnya, menaikkannya sebelah alisnya.

"Emang Lo gapunya Jen?" Tanya Mark bingung. Jeno menggelengkan kepalanya, Mark agak terkejut. "Serius?" Tanyanya lagi dan kembali di angguki oleh Jeno. Oke, Mark kaget.

"Eric yang punya, gua enggak" jelasnya. Mark makin kaget, ia kira Jeno memilikinya juga karena pria itu juga tertarik dalam bidang musik.

"Tapi Lo bisa mainin nya?" Tanya Mark kepo.

"Bisa" jawab Jeno mantap. Mark langsung bangkit dari duduknya dan mengambil electric guitar miliknya, membawanya dan menyerahkannya ke Jeno.

"Coba main, gue penasaran" pinta Mark pada Jeno secara tiba-tiba. Jeno agak kaget, tapi bukan berarti ia tidak bisa melakukannya dengan baik sih. Ia bisa kok, bisa banget malah.

Mark tuh kepo, banget. Ia penasaran kenapa cogan kayak Jeno-bukannya mengakui ya, Mark ngerasa dirinya juga cogan kok-gapernah keliatan main electric guitar.

*visualisasi

Mark memperhatikan Jeno. "Ganteng- eh, keren maksudnya" debatnya dalam pikiran. Dirinya baru pertama kali melihat Jeno bermain electric guitar, apalagi ternyata Jeno sudah jago. Memang sih ia sudah pernah melihat Jeno bermain gitar sebelumnya, tapi kan beda karena kali ini itu electric guitar.

Jeno selesai, tapi Mata Mark masih melamun melihat wajah Jeno. Bahkan setelah mereka melakukan eye contact, Mark masih tidak mengalihkan pandanganya. Duh, Jeno jadi gugup kalau begini. Bagaimana tidak, wajah Mark yang seperti itu membuatnya baper.

"Kak" panggil Jeno.

"He'em?" Balas Mark masih di posisinya. Ah, belum sadar atau memang ia berniat ingin membuat Jeno baper sih? Kasihanilah hati Jeno.

Jeno reflek mundur, ia kaget. Bagaimana tidak? Mark mendekatkan wajahnya. Jeno panik, Mark ini mau apasih? Kan tidak mungkin juga kalau Mark berniat ingin menciumnya. Masih HTS mereka tuh.

"Kok Lo ganteng sih Jen?" Ucap Mark dengan jarak dimana keduanya bisa merasakan deru nafas masing-masing. Jeno panik sekaligus gugup, ia mundur eh Mark nya malah maju.

"Kak Mark..." Ini sudah batasnya, Jeno tak bisa mundur lagi. Tapi untungnya Mark juga ikut tidak memajukan kepalanya lagi sih.

Mark akhirnya menjauhkan wajahnya dan Jeno bisa bernafas lega. Mark tak berbicara apa-apa setelahnya dan membuka ponselnya. Jeno heran sekaligus bingung, Mark ini kenapa sih? Apa yang salah dengannya hari ini.

"I have something for you" ucapnya. Jeno menaikkan sebelah alisnya, Mark sedikit tersenyum. "I think this is an expression from me to you. But, please remain silent and you don't have to answer anything." Ucap Mark. Jeno bingung, tapi ia tetap memperhatikan apa yang akan Mark lakukan selanjutnya.

*Visualisasi suara

"I never fall in love again until I found you..., Jeno" ucapnya setelah selesai. Jeno diam, seperti permintaan Mark tadi ia tak menjawab atau berkata apapun dan membiarkan Mark melakukan apapun sesuka hatinya. Entah diam atau terdiam, tak ada ekspresi apapun di wajahnya.

"Maybe this is a confession? Sorry about that, but I want you to know how my feeling to you Jen. I don't want to say "I like or love you" but I really want you to know about my feeling" Mark tersenyum tulus, sulit baginya untuk menyembunyikan perasaannya. Ia tak ingin denial, ia sadar sepenuhnya kalau Jeno memiliki tempat di hatinya setelah seorang gadis bernama Grace.

"Gue cuma mau confess, jadi Lo ga perlu jawab apapun. Maaf kalau Lo ga suka, atau risih?" Ucapnya takut-takut. "Tapi disini gue ga bermaksud untuk ngajak Lo ke dalam sebuah hubungan karena gue tau Lo belum tentu mau" jelasnya. Mark takut di tolak, Jelas. Apalagi dengan kondisi sekarang bisa-bisa besok mereka akan menjadi sangat canggung. Sekarang saja, sudah canggung sih. Kemudian Jeno tersenyum lalu mendekati Mark, tersenyum.

"Gua ga akan jawab apapun karena Lo bilang gaboleh, meskipun sebenarnya gua pengen jawab" ucapnya dengan semakin mendekatkan wajahnya pada Mark. "Do whatever you want, I will stay as you wish" lanjutnya. Mark agak ragu, tapi...

Cup

Satu kecupan Jeno berikan di bibir Mark. Setelahnya, Jeno berniat kembali ke posisi awalnya. Tapi, Mark dengan cepat langsung membawa Jeno kembali kedalam ciumannya.

Mark sedikit menjilat dan melumat bibir Jeno, Jeno tetap hanya diam saja. Tangan Mark memegangi kepala Jeno untuk mempertahankan posisi mereka, Mark belum ingin melepaskan Jeno. Rasanya ia ingin waktu berhenti sekarang, beberapa detik ini terlalu berharga untuk dilewatkan.

Setelah dirasa cukup, nafasnya mulai habis dan ia pun melepaskan ciuman mereka. Saliva keduanya menjuntai dan menjadi satu sebelum akhirnya terputus dengan jarak yang kian menjauh. Jeno kembali duduk di posisinya tadi, masih tetap diam dan tan berkomentar apapun. Mark membersihkan sekitar bibirnya yang terdapat entah saliva siapa disana.

Wajah Mark memerah, ia sedikit tidak percaya apa yang baru saja ia lakukan tadi. Ia hanya mengikuti kata hatinya tanpa logika, benar-benar gila. Tapi, ia suka. Mark masih menyentuh bibirnya dengan jarinya, sensasi lembutnya bibir Jeno masih terasa membekas di pikirannya sampai sekarang.

Jeno hanya tersenyum tipis melihatnya. "Apa sekarang aku boleh berbicara? Of course, I won't discuss anything about that." Mark hanya mengangguk malu. Oh, dia sangat malu sekarang. Namun itu terlihat menggemaskan di mata Jeno.

Jeno lalu menaruh kembali electric guitar milik Mark ke tempatnya. Sekarang, justru malah Mark yang hanya diam tanpa mengatakan apapun setelah kejadian tadi. Padahal, Jeno saja sudah terlihat kembali terlihat seperti biasa saja.

"You're cute with that tomato face" ucap Jeno yang malah membuat wajah Mark semakin memerah. Siapapun tolong, Mark ingin menghilang dari bumi saja. Ia malu, sangat malu. Sementara itu Jeno hanya tersenyum gemas melihat Mark yang salah tingkah sendiri.

•♪

1 chapter lagi tamat, doakan sy tidak malazzz

Terima kasih.

•♪

Follow Leon_Axher
06-12-2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Music is Love • NoMarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang