SATU

113 30 9
                                    

"Gawat! Sebentar lagi aku terlambat." Seorang pemuda berambut cokelat, dengan setelan kemeja putih dan rompi hitam, umur delapan belas tahun, sedang melirik jam tangan di tangan kirinya. Tampak cemas.

Tom, pemuda itu. Tengah bergegas menuju kampus akademi. Sekitar lima belas menit lagi pintu gerbang akan ditutup oleh satpam.

Namun, di tengah perjalanan. Tom berpapasan dengan seorang pria yang sedang dikejar oleh warga.

"Minggir, bodoh." Pria itu menggeser tubuh Tom yang menghalangi jalannya.

Tom menghentikan langkah kakinya. Dia menoleh kepada pria tersebut. Kemudian menoleh lagi kepada warga yang terus berlari mengejar pria tadi.

"Aku harus membantu menangkap orang itu." Tom berbalik arah, masuk kedalam sebuah gang. Berniat untuk memotong jalan orang itu.

Tom terus berlari diatas pagar batu. Mencari kemana arah lari orang tadi. Beberapa saat setelah nya, dia menemukan kemana perginya orang itu. Jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat Tom berdiri sekarang. Cukup mudah untuk menghentikan pelariannya.

Pemuda itu lalu mendarat tepat dihadapan orang itu. Sebelum dia berbelok arah, Tom sudah menghentikan langkah kakinya dengan jurus yang berasal dari cincin di tangannya. Cincin perak dengan batu merah. Itu adalah cincin sihir yang sangat kuat, hanya ada satu di dunia, dan hanya orang yang terpilih saja yang berhak memakainya. Nama cincin itu adalah Zoblad.

"K-kenapa ini." Orang itu menoleh ke belakang. Terlihat Tom yang mengangkat kedua tangannya. "Hei, bocah. Lepaskan aku!"

"Kembalikan apa yang telah kau curi kepada pemiliknya." Ujar Tom. "Ah ya ampun. Lihatlah, kau membuat ku terlambat ke akademi."

"Makanya lepaskan aku, bodoh. Lebih baik kau pergi sana, daripada membuang waktumu disini."

"Tidak, sampai kau menyerahkan barang yang telah kau curi, paman. Aku akan terus disini sampai warga kota datang."

Terdengar langkah kaki dari arah kiri. Tom sontak menoleh, juga pencuri yang ditangkapnya.

"Aha, itu mereka."

"Gawat!"

"Lihat, aku berhasil menangkap pencuri nya." Pemuda itu melambaikan tangan.

Para warga berhenti berlari, lalu mengatur nafas sejenak.

"Terimakasih, nak." Salah seorang warga memuji.

"Kerja bagus, kawan." Diikuti warga lainnya.

"Hehe." Tom menggosok hidungnya, tanda sedang bangga. Dia lalu melepaskan pencuri yang ia tangkap. Membiarkan warga yang mengurusnya.

Setelah aksi menangkap pencuri yang dia lakukan tadi, Tom kini kembali berlari menuju akademi. Dia menghentikan langkahnya saat menyadari bahwa gerbang sudah ditutup. Nafasnya tersengal. "Sial."

Di depan gerbang, terlihat satpam sedang berjaga. Tatapan tajam, lengkap dengan pemukul yang ia pegang. Untungnya penjaga itu tidak melihat Tom.

"Aku harus mencari cara agar bisa masuk." Tom melihat-lihat sekitar. Mencari sesuatu yang bisa membuat satpam gerbang tidak fokus. "Mobil......." Tom memperhatikan mobil milik satpam gerbang yang terpakir tidak jauh darinya. "Kopi.....," kemudian memperhatikan secangkir kopi di meja satpam. "Coba aku periksa tas dulu."

Dia mengaduk isi tas nya. Mencari sesuatu yang cukup berguna.

"Nah ini dia, obat tidur." Tom mengeluarkan botol kecil dengan cairan abu-abu dari tas ransel nya.

Tom mulai melancarkan aksinya. Dia melangkah menuju mobil satpam. Berusaha untuk tetap tenang saat melangkah, supaya dia tidak ketahuan. Setelah sampai dibelakang mobil nya, Tom lalu membaca mantra dalam hati. Batu cincin nya bersinar, dan kemudian tangan kanannya ditarik kebelakang.

Hand and WondersWhere stories live. Discover now