TIGA BELAS

17 10 0
                                    

Kembali ke masa sekarang, ruangan itu lengang disaat Adeon bercerita.

"Apa yang anda lihat di halaman itu, Paman?" Tom bertanya, dia tidak sabar agar Adeon menjawabnya.

"Sihir kekejian. Sihir paling mematikan sepanjang sejarah. Tidak ada kebaikan yang terkandung didalamnya. Sihir yang terbentuk karena kebencian dan kekejian."

"Aku rasa ayah ku dulu juga pernah menceritakan tentang sihir ini. Namun dia tidak menyebutkan namanya." Tom mengambil biskuit lagi. "Ayah ku hanya bilang bahwa sihir itu adalah alat penghancur paling mematikan."

Adeon mengangguk, "Ku rasa pembicaraan ayah mu itu mengenai sihir kekejian ini. Semua berawal dari perang dunia pertama ratusan tahun yang lalu, yang mengakhiri sistem monarki di beberapa negara. Termasuk Pangalo dan Narais. Saat itu, kubu selatan yang dipimpin oleh Zeloet Margian, yang juga menjadi presiden pertama Narais sesudah perang dunia. Memberi komando pada pasukannya, untuk menciptakan sihir mematikan agar perang cepat berakhir.

"Beliau mengumumkan kepada seluruh pasukan kubu selatan di seluruh dunia. Untuk mengingat penderitaan yang mereka alami. Setelah itu, beliau memperlihatkan sebuah gaya-gaya bertarung yang kemudian diikuti oleh pasukan kubu selatan."

"Kenapa harus mengingat penderitaan?" Rachel bertanya, alisnya terangkat.

"Karena, dari situ lah sihir mematikan ini bisa terjadi. Saat ingatan tentang rasa sakit muncul, maka otak akan mengirimkan sinyal darurat pada akar energi yang berada di perut. Hal itu dapat memicu terjadinya perubahan struktur energi sihir pemiliknya. Aduh, berbicara panjang lebar seperti ini tidak nyaman jika tidak ditemani secangkir kopi." Adeon menoleh pada istrinya. "Galia, tolong buatkan aku kopi."

Galia mengangguk, lalu berdiri dari sofa. Menuju dapur.

Rachel sejenak memperhatikan Galia yang beranjak ke dapur. Lalu kembali menoleh pada Adeon. "Lalu, apakah gaya bertarung yang diperlihatkan oleh bapak Zeloet adalah mantra untuk memunculkan sihir ini, Paman?"

"Benar." Adeon mengangguk. "Itulah pemicu utama kenapa sihir ini bisa bangkit. Sedangkan ingatan tentang penderitaan hanya untuk memperkuatnya saja."

Galia kembali ke ruang tamu, sambil membawa gelas berisi kopi hitam. Wanita itu meletakkan gelas tersebut di meja. Adeon tersenyum dan berterimakasih, lalu menyesap kopinya.

"Setelah perang dunia berakhir apa yang terjadi? Kenapa sihir itu bisa dilarang, dan kenapa disebut sihir kekejian?" Tom mendesak Adeon. Pemuda itu semakin penasaran.

Adeon meletakkan gelasnya, dan kembali bercerita. "Setelah seluruh pasukan kubu selatan berhasil membangkitkan sihir itu. Maka Zeloet memberi aba-aba, untuk segera menyerang ke pertahanan musuh, dimanapun musuh berada. Tapi, penyerangan tersebut sungguh mengerikan. Banyak korban jiwa baik dari kubu utara ataupun selatan. Baik dari tentara ataupun rakyat biasa. Pasukan kubu selatan tidak bisa mengontrol energi sihir dan emosi mereka, disaat sihir yang mematikan ini dikerahkan. Banyak bangunan di dunia yang runtuh. Benar-benar kehancuran bagi dunia saat itu. Butuh waktu sekitar seratus tahun untuk mengembalikan keadaan menjadi membaik.

"Akhirnya, sihir ini dilarang untuk digunakan. Diberi nama kekejian, karena memang kekuatannya sangat keji."

Nara memperbaiki posisi duduk, "aku tidak pernah membaca soal sejarah itu di buku sekolah. Mungkin disembunyikan karena sangat kelam."

Adeon kembali menyesap kopinya. "Kembali ke cerita tentang Otula Wizenong. Aku tidak tahu bagaimana dia memiliki buku semacam itu. Setelah mengecek keadaan di mansion nya, kami mendapati bahwa tidak ada yang selamat. Semua keluarga Wizenong mati. Hanya Liana yang selamat, dan kami berasumsi bahwa gadis itulah yang menggunakan sihir kekejian. Tapi sampai sekarang, kami tidak tahu dimana Liana berada."

Hand and WondersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang