Chapter 2

321 39 1
                                    

Wang Yibo baru saja selesai rapat, pekerjaannya yang merupakan seorang pimpinan Light Company membuat hari-harinya selalu sibuk.

Yibo menarik dasi yang terasa mencekik lehernya lalu masuk ke ruangan ber AC miliknya dan merehatkan tubuhnya untuk melepas penat.

Ia memejamkan matanya sejenak, mencoba mengusir beban pikirannya. Belum lagi saat dirinya melihat bertumpuk-tumpuk dokumen yang harusnya dia selesaikan hari ini.

"Hahh" Yibo membuang napas kasar sembari memutar-mutarkan kursi kebesarannya.

Tak lama kemudian pintunya terketuk dari luar.

Tok tok tok

"Masuk"

Cklek

Pintu terbuka, menampilkan sosok pria bersetelan abu tersenyum sambil membawa beberapa berkas.

"Yak, kenapa kau terlihat lelah begitu? Kau seperti mayat hidup" ujarnya.

"Diamlah, kenapa kau kemari?" tanya Yibo pada Haikuan, sekretaris sekaligus rekannya sejak masih sekolah menengah.

"Aku butuh tanda tanganmu" ujar Haikuan kemudian meletakkan dokumen yang dibawanya itu di meja kerja Yibo.

"Apa ini yang kemarin?"

Ia ingat bahwa beberapa hari yang lalu dirinya telah menyetujui tawaran kerja sama dengan tuan Yoshiro.

Haikuan mengangguk. Yibo pun mengambil pulpen yang ada di samping laptop kemudian segera menandatangani berkas yang dibawa Haikuan.

Haikuan pamit undur diri setelahnya karena dia juga masih punya banyak pekerjaan.

Yibo menghembuskan nafas berat untuk kesekian kalinya. Dia kembali memejamkan matanya sebelum kembali fokus pada pekerjaannya.

Setelah berkutat dengan berkas-berkas tersebut, Yibo akhirnya menyelesaikan pekerjaannya di sore hari.

Para karyawan sudah pulang, menyisakan dirinya yang baru saja keluar dari ruangannya.

Ia berjalan menuju mobilnya yang berada di parkiran, dan segera tancap gas agar bisa cepat-cepat sampai di rumah.

Lima belas menit berlalu, dia membawa mobilnya memasuki gerbang mansion yang sudah dibuka oleh dua orang penjaga.

Sesampainya dikamar, ia melepas pakaian yang sejak pagi melekat di tubuhnya itu ke keranjang pakaian kotor.

Mansion itu tampak sepi karena dirinya tinggal seorang diri. Dia tidak tinggal bersama orangtuanya karena ayah dan ibunya memiliki rumah sendiri di Luoyang. Mansion yang dia tempati merupakan hasil jerih payahnya. Dia memilih tinggal di mansion itu karena jaraknya lebih dekat dengan kantornya.

Selesai mandi, Yibo tidak langsung berpakaian. Ia hanya memakai handuk yang melilit di pinggang.

Yibo duduk di ranjang lalu meraih ponsel yang tadi dia letakkan di atas nakas, menekan tombol power namun ponsel itu tidak menyala.

"Sepertinya baterainya habis" monolognya.

Tangannya terulur membuka laci nakas untuk mencari charger. Yibo sibuk merogoh laci itu hingga jemarinya terasa menyentuh sebuah benda persegi yang ditemukannya kemarin.

Wang Yibo kembali melihat kartu tanda pengenal milik pemuda yang menendang kaleng makanan kucing hingga membuat cat mobilnya terkelupas. Melihat foto yang terpampang di kartu pelajar itu membuatnya terkekeh pelan.

"Padahal di foto kau terlihat anggun, tapi kau sangat tidak tahu sopan santun"

.
.
.

Di dalam kelas, Xiao Zhan hanya melamun. Guocheng yang melihat sahabatnya tak fokus sejak pagi melambaikan tangannya di depan wajahnya yang lesu.

Between Debt and Love ✔️Where stories live. Discover now