Chapter 7

268 39 5
                                    

Hari ini adalah hari dimana hasil ujian di umumkan. Xiao Zhan benar-benar tidak menyangka jika namanya masuk dalam jajaran tiga puluh murid dengan nilai terbaik. 

Meski berada di nomor terakhir,dia tetap bersyukur dan sedikit syok. Nama Xiao Zhan yang terkenal bodoh dan malas masuk daftar tiga puluh murid dengan nilai terbaik tahun ini.

Tak hanya Zhan, Guocheng juga tidak kalah terkejutnya. Bahkan mulutnya menganga lebar, dia mengucek matanya beberapa kali memastikan bahwa matanya tidak sedang rabun atau katarak.

"Zhan!!! Ini benar-benar kau kan?"

Zhan tidak menjawab, hanya diam mematung tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya. Setelah murid-murid lain membubarkan diri, ia baru bisa mengeluarkan suaranya yang tertahan.

"AAAAAAAAAAA YEYYYYYY"

Plakk

"Aku terkejut, sialan!" Sembur Guocheng sambil memegangi dadanya setelah memukul bahu Xiao Zhan. Sepertinya berteman dengan anak itu makin lama makin tak aman. Terlalu beresiko dan menyebabkan kematian di usia muda.

Mengabaikan ucapan Guocheng, Zhan memeluk temannya itu sampai kesulitan bernapas.

"Aku senang sekaliii! Ahahaha" Seru Xiao Zhan tanpa melihat wajah Guocheng yang sudah membiru karena kehabisan oksigen.

"Zha-Zhan... uhuk uhuk" hanya itu yang bisa di katakan Guocheng sembari memukul-mukulkan tangannya ke punggung Zhan.

"Oh maaf hehe"

"Kau gila? Aku hampir meninggal karenamu!"

.
.
.

Sampai di rumah, Zhan berteriak memanggil ibunya. Memang siapa lagi yang akan dia panggil? Ayahnya? Ayahnya sudah meninggal satu tahun yang lalu.

"IBUUUU IBUUU"

Zhan mencari ibunya ke seluruh penjuru rumah tapi, tidak menemukan tanda-tanda kehidupan ibunya disana alias sepi. Ia berinisiatif mencari ibunya di dalam lemari baju kemudian di bawah tempat tidur dan lebih bodohnya lagi dia mencarinya di laci.

"Dimana ibu?" monolognya.

Tak lama kemudian terdengar ketukan pintu. Ia menebak kalau itu pasti ibunya. Namun, setelah membuka pintu bukan ibunya yang berdiri di hadapannya, melainkan Wang Yibo.

Zhan berusaha secepat kilat untuk menutup pintu namun terlambat, pria itu berhasil menahan pintunya dari luar.

Ia tidak mau kalah lalu mendorong pintunya dari dalam sedangkan Yibo sendiri juga tidak ingin menyerah dan terus mendorongnya. Jadilah mereka saling dorong mendorong.

Karena perbedaan kekuatan, Zhan kalah dan Yibo berhasil menyerobot masuk ke dalam rumahnya.

"Aiish sialan, kenapa kau datang ke sini? Bukankah kau hanya di sewa selama seminggu?"

"Aku tahu, aku ke sini untuk mampir"

"Sejak kapan kau akrab denganku sehingga bisa mampir ke rumahku seenak jidatmu?" cibir Zhan, menatap tak suka pada tamu yang tak diharapkan.

"Hei bocah, bukankah kau harus menyiapkan sesuatu untukku? Aku adalah tamu"

"Siapa tamu? Aku tidak mengundangmu"

"Tapi aku sudah disini sekarang, cepat buatkan aku kopi" suruh Yibo.

Sejenak Zhan berpikir dirinya sudah terbebas, tapi nihil si brengsek Wang Yibo  itu tidak mungkin melupakan perjanjian tuan dan pelayan dengan mudah.

Zhan tidak bisa menolak karena ia sudah tahu watak dan tabiat Yibo yang selalu mengancam akan melaporkannya ke polisi kalau tidak menurutinya.

Beberapa menit berlalu, Zhan membawa nampan dengan secangkir kopi di atasnya lalu meletakkan kopi itu di meja dengan raut wajah tak ikhlas.

Between Debt and Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang