Menara lotus yang membelah malam

306 42 2
                                    

.
.
.

"MUNDUR ATAU MATI !!!"

Raungan Di Feisheng menggelegar. Pedang bermata Dua miliknya masih meneteskan darah. Beberapa yang masih memegang pedang, dipukul mundur dengan satu ayunan pedang. "Berani muncul dihadapanku lagi, akan kubunuh.

ENYAH !!"

setengah lusin pria mundur membawa luka, menghilang dalam bayang bayang pohon. Setengah lusin lainnya tergeletak ditanah, mati atau hampir mati. Rengkuhan tangan dipinggang Li lianhua mengendur. Dia menoleh, noda darah dipipinya diusap dengan tangan kasar Di Feisheng. Mata pria itu masih mengeryit tajam. Jelas-jelas tidak suka dengan pemandangan didepannya. "Kau Kotor."

Li lianhua tersenyum, mengusap pipinya dengan lengan baju. "aku baik-baik saja."

Kening Di Feisheng masih berkerut tidak suka. Tangannya turun menyentuh bahu Li lianhua lalu dengan tidak sopan menyingkap bajunya. Li lianhua menjerit protes. Di Feisheng berpura-pura tuli.

Fang Duobing yang baru saja melompat menghampiri mereka, tiba-tiba bicara, "apa kau sedang menelanjangi guruku?"
Dia menarik Li lianhua kebelakang lalu melotot pada Di Feisheng. Pria itu hanya mengangkat alis, "muridmu semakin kurang ajar."

"Kau yang kurang ajar!!"

Li lianhua tiba-tiba sakit kepala. Dia menarik Fang Duobing masuk sambil menggerutu. "Apa kalian harus selalu bertengkar?"

Di Feisheng melihat keduanya masuk tanpa komentar. Dia mengembalikan pandangannya pada kegelapan. "Urus sisanya." Dia bergumam. Sesosok bayangan melesat pergi. Di Feisheng mengambil pecut Dan menarik kekang kuda. Menara lotus kembali bergerak membelah malam.

.
.
.
.
.

Li lianhua kembali setelah satu dupa. Membawa seteko arak dan meletakkannya disamping Di Feisheng, dia lantas duduk disampingnya. Mereka diam. Yang satu tidak berniat bicara sementara yang lain tidak Tau harus bicara apa. Kuda yang berlari didepan mereka tiba-tiba menjadi sangat menarik. Li lianhua menarik nafas lelah, dia meringsut bersandar didinding kayu, memejamkan mata. Bulan sudah tertutup awan, malam menjadi gelap sempurna. Matanya sudah hampir tidak bisa melihat apapun selain siluet siluet yang membingungkan. Bagaimana menara lotus bergerak tanpa tergelincir, dia serahkan sepenuhnya pada pria disampingnya.

Li lianhua mengantuk, tapi pikirannya masih melayang. Dalam satu bulan terakhir, kondisi tubuhnya terus memburuk. Terkadang buta, terkadang tuli. Dilain waktu, Kakinya bahkan tidak sanggup berdiri. Lalu yang lebih mengerikan lagi, ingatannya terputus dan tersambung tanpa terkendali.

Satu waktu dia tengah menikmati teh digubuk kecilnya, lalu didetik berikutnya Li lianhua ditarik menjauh dari kobaran api dalam keadaan hampir terbakar.

Dia menghabiskan banyak waktu untuk menggali potongan ingatan dikepalanya dengan sia-sia.

Jika dia hanya tabib palsu seperti peran yang dia mainkan selama satu dekade, Li lianhua akan menjalani hari-hari akhirnya sebagai orang gila dengan bahagia. Tapi Li Xiangyi tetaplah Li Xiangyi. Entah atas nama keadilan atau apapun, tangannya pernah berlumur darah. Ilmu pedang mengalir dalam darah dan nafasnya. Reflek yang dia bangun seumur hidup tidak akan hilang bersama akal sehatnya. Dia bisa melukai bahkan membunuh orang dalam kegilaan.

Apakah dia sanggup menanggung dosa dari satu lagi nyawa tidak berdosa yang berakhir ditangannya? Li lianhua tidak sanggup membayangkannya.

Dia melirik lagi Di feisheng yang duduk disampingnya. Pria itu masih diam dengan keras kepala. Entah pikiran apa yang sedang bermain didalam kepalanya, Li lianhua tidak ingin menebak. Dia memejamkan mata lagi, tubuhnya terasa tidak nyaman. Rasa dingin luar biasa yang tidak bisa dijelaskan mulai merambat dari ujung-ujung jarinya, tapi Li lianhua terlalu lelah untuk peduli.

Little LotusWhere stories live. Discover now