Pertemuan tiga tabib (bag.1)

319 38 5
                                    

Di feisheng sudah menghabiskan waktu selama berjam-jam mengelilingi sekte Sigu dengan sia-sia. Dia tidak juga menemukan Li Xiangyi. Suasana hatinya buruk. Bahkan puluhan pohon bunga pir akasia yang bermekaran disekelilingnya tidak bisa membuat perasaannya lebih baik. Sekarang dia berdiri ditengah-tengah hutan bunga pir yang membingungkan. Tersesat. Di feisheng tidak pernah merasa begitu bodoh dan itu membuatnya semakin jengkel.

Dia sedang mengumpulkan tenaga dalam dikepalan tangannya, berniat meluluhlantahkan seisi hutan lalu pulang. Dia menghentikan niatnya saat suara yang familiar memanggil. "Di Mengzhu?" Di feisheng menoleh.

Li Xiangyi duduk bersila digajebo kecil ditengah-tengah pohon bunga pir. Alih-alih pakaian perang, Li Xiangyi memakai hanfu sederhana seputih salju. Rambutnya yang biasa terikat tinggi, kini tergerai dipunggung dengan sebuah tusuk rambut sederhana berpola teratai. Dia sedang melihat Di feisheng dengan pandangan yang sulit. Terkejut dan kebingungan. "Bagaimana kau bisa ada disini?" Di feisheng menghampirinya dengan masam.

Li Xiangyi masih tidak bergerak, bahkan ketika Di feisheng berdiri menjulang diatasnya. "Kau menyusup? Astaga, aku harus meninjau lagi keamanan dan perputaran patroli jaga." Li Xiangyi memijat pelipisnya, tampak sangat menderita. Di feisheng duduk disebelahnya, tidak peduli. "Penjagaan Sigu benar-benar menyedihkan."

"Kau menghinaku?" Li Xiangyi meliriknya, "aku penasaran, apa aku bisa masuk ke Jinyuan dan mengambil Guan kesayanganmu?" Di feisheng tersenyum miring, "kau bisa mencoba."

"Aku akan mencobanya lain waktu. Apa yang kau lakukan disini?" Li Xiangyi bertanya lagi. Dia mengambil camilan disebelahnya lalu makan. "Tempat ini terpencil, bahkan sedikit anggota Sigu yang berhasil menemukanku disini. Bagaimana kau bisa sampai kesini?" Pertanyaan itu mengingatkan Di feisheng, dia sedang tersesat. Suasana hatinya semakin buruk, jadi dia tidak menjawab. Pria itu melirik Li Xiangyi yang sedang makan, lalu dia melihat cangkir giok berukiran teratai. Ada cairan berwarna keruh hampir hitam. Aroma obat tercium samar, hampir tertutup harum bunga pir.

Di feisheng melihat lagi pria disampingnya baik-baik. Li Xiangyi masih mengunyah makanannya dalam diam. Satu tangannya memainkan sepotong kue, tangan lainnya diletakkan diatas lututnya. Dia pucat, hanfu putih yang digunakannya membuat Li Xiangyi lebih pucat lagi. Meski teratur, tapi nafasnya pendek. Keningnya berkeringat bahkan saat udara terasa dingin. "Kau terluka?"

"Hmm?"

"Kau terluka." Dia mengangkat cangkir giok berisi obat lalu menciumnya dengan jijik. "Obatmu sudah dingin. Apa kau punya niat untuk minum?"

Li Xiangyi tertawa, "kau mau mencobanya." Dia mengunyah potongan terakhir kue ditangannya. Menepuk-nepuk tangannya menghilangkan remah-remah, "aku menambahkan banyak gula. Rasanya tidak terlalu buruk." Di feisheng tersenyum. Dia menimang-nimang cangkir giok ditangannya, seperti mempertimbangkan sesuatu. "Aku penasaran, siapa yang melukaimu?"

Li Xiangyi meliriknya lagi, "kenapa? Kau ingin membalaskan dendamku?" Di feisheng tersenyum miring.

Dia menenggak habis obat dalam cangkir giok, lalu dengan gerakan cepat dia mengunci pergerakan Li Xiangyi dengan dua titik didadanya. Dia bergerak cepat, menangkap kepala pria didepannya lalu menyatukan bibir mereka. Li Xiangyi tersedak obat yang tiba-tiba membuncah dimulutnya, matanya terbelalak.

Dia mengerahkan tenaganya, membuka kuncian Di feisheng dan mendorong pria itu beberapa meter kebelakang. Li Xiangyi terbatuk dan terbatuk. Dia mengusap bibirnya, matanya melihat Di feisheng dengan tatapan memburu. "Brengsek!!" Li Xiangyi melompat, dalam sekejap wenjing berkilau ditangan kanannya. Dia melesat seperti anak panah, menghunus wenjing dengan ganas.

Di feisheng menyambut sama ganasnya. Pedang bermata dua terhunus. Pedang keduanya beradu dengan bunyi 'trang trang' yang nyaring. Mereka bertukar jurus. 1 jurus, 2 jurus hingga puluhan jurus. Keduanya menyerang Dan bertahan dalam tarian pedang yang unik.

Bunga pir akasia beterbangan disekeliling mereka, membentuk perisai setengah lingkaran yang mengagumkan. Li Xiangyi memukul mundur Di feisheng hingga pria itu terjatuh dengan bunyi debum yang kuat. Li Xiangyi diatasnya, menghunus wenjing dilehernya, kepalan penuh tenaga dalam siap menghantam.

Di feisheng tertawa puas. Pemandangan diatasnya benar-benar mengagumkan. Li Xiangyi melihatnya dengan mata tajam memburu, wajahnya merah, rambutnya berantakan dan nafasnya terengah-engah. Di Feisheng tidak pernah menyangka, memancing kemarahan Li Xiangyi akan semenyenangkan ini. Dia hampir tidak merasakan wenjing menggores lehernya. "Di Mengzhu, kau ingin aku menghabisimu?" Li Xiangyi berbisik.

Di feisheng tersenyum miring, "kau melupakan janjimu padaku. Aku terpaksa datang mengambil kompensasi."

DI FEISHENG!!!

"Di Mengzhu?"

Di feisheng mengerjap, matanya bertabrakan dengan Li lianhua yang masih berbaring. "Kau bangun."  Li lianhua hanya tersenyum, mengangguk pelan. "Kau melamun. Tidak biasanya."

Di feisheng tersenyum, tangannya memainkan helai rambut Li lianhua. Terkadang memilinnya diantara jari, terkadang mengusap kepalanya. "aku mengingat sesuatu."

Li lianhua melihatnya penasaran tapi terlalu malas untuk bertanya. Dia menggunakan tangannya untuk bertumpu pada dipan. Bergerak bangun. Di feisheng membantunya, menutupi setengah tubuh Li lianhua dengan selimut saat pria itu sudah duduk. Li lianhua melihat sekeliling, menghela nafas. Dia selalu terbangun ditempat berbeda setiap Kali dia tidur. Hal itu mulai membuatnya jengkel. "Dimana Fang Duobing?"

Di feisheng bangun menghampiri meja kecil ditengah ruangan. Li lianhua melihat pedang pria itu tergeletak disamping cangkir teh. "Aku meminta Wu Yan membawa tabib iblis kesini bersama dengan Guan Hemeng." Dia menuang air kedalam cangkir baru Dan membawanya kembali menghampiri Li lianhua. "Fang Duobing menjemput mereka didepan gerbang. Dia akan kembali sebentar lagi. Minum."

Li lianhua memandangi cangkir ditangan Di Feisheng lalu pada pria didepannya. Dia mengambil cangkir itu lalu minum, "kalian memanggil tabib?"

"Kau ingin aku memanggil malaikat maut?"

Li lianhua tertawa hambar. Di feisheng mengambil cangkir ditangannya, meletakkannya kembali diatas meja. Dia lalu duduk disalah satu kursi disana. Diam.

Keheningan yang mengambang diantara mereka membuat Li lianhua jengah. Dia meringsut turun dari tempat tidur, berjalan menghampiri Di feisheng lalu duduk disampingnya. Li lianhua menuangkan teh kecangkir kosong lalu meletakkannya didepan Di feisheng. "Kau marah karena permintaanku waktu itu?"

Di feisheng meliriknya sebentar, lantas mengangkat cangkir teh lalu menyesapnya sedikit. "Bagaimana menurutmu?" Dia memainkan cangkir tehnya. Saat Di feisheng menoleh, Li lianhua melihat sesuatu dimatanya yang membuatnya salah tingkah, "Aku tidak pantas marah?"

Li lianhua tersenyum, menggaruk hidungnya yang tidak gatal. "siapa yang bisa bicara pantas dan tidak pantas denganmu."

Di feisheng mengangkat tangannya, menyentuh pipi pucat pria disampingnya. "Waktu itu kau juga pucat, tapi tetap bisa memukulku jatuh." Lalu dia tersenyum geli. "Kekacauan yang kau buat di Jinyuan setelahnya, benar-benar merepotkan."

Li lianhua tersenyum, menyingkirkan tangan Di feisheng dari pipinya. "Di Mengzhu, berhenti bicara omong kosong." Di feisheng menenggak habis teh ditangannya dengan sebelah alis terangkat. "Kau menganggap ingatan saat aku mencuri ciuman pertamamu Sebagai omong kosong."

Li lianhua terbelalak kaget. Dia melihat Di feisheng tidak percaya. Li lianhua memukul meja dengan bunyi brakk keras. "Apa kau pikir sekarang aku tidak bisa memukulmu jatuh?" Li lianhua membalas dengan suara rendah hampir berbisik. Matanya yang berkilau tajam membuat Di feisheng tersenyum.

Bahkan setelah satu dekade berlalu, memancing kemarahan Li Xiangyi tetaplah menyenangkan. Dengan senyum tersungging dibibirnya, Di feisheng meraih helaian rambut Li lianhua. Memilinnya diantara jari lalu, "Tabib Li bisa mencoba."

Melihat Li lianhua kehabisan kata didepannya hampir membuat Di feisheng tertawa keras. Pria itu melihatnya dengan wajah merah padam, bibirnya membentuk garis tipis yang menarik. Saat keheningan diantara mereka hampir mencapai puncak, pintu kamar terbuka dengan suara brakk keras.

"Apa kalian bertengkar lagi?"

.
.
.
.
.
.

Little LotusWhere stories live. Discover now