Teratai berwarna darah

258 36 12
                                    

.
.
.
.
.
.
.

"Shixiong?"

Pria didepannya tersenyum lagi, "shidi. Kenapa melihatku seperti hantu?"

Li lianhua tiba-tiba kebingungan. "Bukankah kau sudah mati?" Dia lalu meraba-raba wajah Shan Gudao seperti orang buta. Tapi Shixiongnya tidak marah. Pria itu hanya tersenyum seperti kakak seperguruannya yang sempurna. Dia menarik Li lianhua berdiri, memegang pundaknya saat Li lianhua hampir jatuh lagi. "Aku hanya pergi sebentar, kau sudah menyumpahiku mati. Shidi, kau keterlaluan." Li lianhua hanya melihatnya seperti orang linglung. Shan Gudao tertawa. "Shidi, apa kau Salah makan sesuatu? Ayo, shifu mencarimu."

"Hah? Shifu?!"

"Benar, shifu memintaku mencarimu. Ada apa denganmu? Kau seperti orang linglung." Shan Gudao lalu menyeretnya pergi melewati pepohonan dan hutan Bambu. Li lianhua mengikutinya seperti orang bodoh. Setengah akalnya berkata bahwa semua ini salah, setengahnya lagi membeku dalam kebingungan.

Bukankah dia masih di desa Tianji?

Apa Aula Tianji punya hutan bambu? Li lianhua melihat sekelilingnya seperti orang dungu. Hutan bambu? Tanah basah dan bau pohonnya. Kapan dia sampai di gunung Yunyin? Bukankah dia tidak meninggalkan Aula Tianji? Bagaimana dia bisa sampai digunung Yunyin?

"Shixiong?" Li lianhua berhenti berjalan, dia melihat Shan Gudao kebingungan, "Apa aku sudah gila?"

Shan Gudao memasang wajah datar, "benar. Kau sudah gila."

"Ini gunung Yunyin?"

"Ohh, kau masih mengenali gunung Yunyin. Bagus." Shan Gudao menjawab. Nada sarkasnya terdengar sangat jelas. Dia kembali menarik Li lianhua berjalan pelan melewati pepohonan. "Apa kau masih mengenali orang didepan sana?"

"Hah?"

Didepan mereka tiba-tiba ada danau yang luas. Anginnya dingin dan udaranya basah. Diatas dok kayu yang usang berdiri seseorang. Rambut putih sedikit berantakan. Tubuh tinggi dengan postur santai. Pakaian sederhana dengan botol arak terikat dipinggang, tersenyum sangat ramah.

Tidak mungkin.

Li lianhua melepaskan tangan Shan Gudao, berjalan mendekati pria tua didepannya dengan terburu-buru. Shan Gudao mengikuti dibelakangnya, menyamakan langkah. Dia membungkuk, menyatukan kedua tangannya. Memberi hormat. "Shifu, aku sudah membawanya."

Pria tua didepan mereka tertawa, "benar. Kau membawanya." Li lianhua masih berdiri terpaku. Shan Gudao mendorong bahunya pelan, "masih tidak memberi hormat."

Li lianhua buru-buru berlutut, "shifu," matanya tiba-tiba memanas. "Shifu."

Qi munshan menyambut muridnya, memegang sikunya dan membantu Li lianhua bangun. "Aish.. anak ini. Bangun dulu." Li lianhua mengikuti tanpa membantah. Qi munshan memeluknya, menepuk pundaknya beberapa kali. "Lama tidak menemuiku, kenapa memasang wajah begitu susah. Apa dunia dibawah gunung sana melukaimu?"

Li lianhua menggeleng pelan, "muridmu telah bersalah. Murid merasa malu untuk bertemu."

Qi munshan tertawa tapi tiba-tiba suaranya tercekat ditenggorokan. Li lianhua merasakan sesuatu melewati dadanya dan tangannya basah. Dia menunduk sedikit. Warna merah merembes dari punggung Qi munshan, ada ujung pedang yang keluar disana. Saat pedang ditarik, Li lianhua hanya merasakan pedang yang menggores daging. Qi munshan memuntahkan seteguk darah lalu jatuh ketanah. Menyeret Li lianhua bersamanya. Matanya menatap tidak percaya pada warna merah yang menutupi setengah dada Qi munshan. Dia lalu menoleh.

Dibelakangnya Shan Gudao berdiri kokoh. Pedang berlumuran darah ditangan kanannya. Dibelakangnya berdiri selusin pria berpakaian hitam. Semua memegang pedang. Dia melihat Li lianhua dengan mata sedingin es. "Shixiong?"

Shan Gudao tertawa sinis, "Li Xiangyi, menyingkir dan tunggu giliranmu dengan baik." Tangannya yang menggenggam pedang kemudian terangkat, menghunus pedangnya sekali lagi pada pria tua yang setengah terbaring disamping Li lianhua. "Aku harus mengantarkan shifu ke alam baka."

Li lianhua merentangkan tangannya, menutupi tubuh gurunya dengan sia-sia. "Tidak, shixiong..

Tidak,

TIDAAKK !!!"

Teriakannya menggemparkan seisi malam.

Fang Duobing yang pertama menemukannya. Dia memanggil berkali-kali, tapi Li lianhua seperti tidak mendengarnya.

Pria itu terhuyung-huyung sendirian di pinggiran kolam. Dia memukul dan menendang udara kosong seperti berkelahi. Fang Duobing mendekatinya, hampir menyentuh pundaknya tapi Li lianhua justru menarik Erya dipinggang Fang Duobing lalu mendorong pemuda itu dengan tenaga dalam kuat hingga mundur beberapa langkah.

"KAU MEMBENCIKU JADI BUNUH AKU SAJA!!" Li lianhua berteriak. Ada darah yang mengalir dari matanya, membentuk jejak mengerikan diwajahnya yang pucat. Fang Duobing memanggilnya sekali lagi, tapi Li lianhua sama sekali tidak mendengar. Pria itu justru menyerangnya dengan ganas.

Fang Duobing melompat menghindar, berputar hendak memukul jatuh Li lianhua. Erya kembali menyabet dengan bunyi 'tsing' yang nyaring. Fang Duobing terlambat menghindar. Lengannya tergores pedang, darah mengalir menodai bajunya. Dia lalu mundur beberapa langkah.

Li lianhua masih berdiri terhuyung, melihat kesana-kemari seperti dia dikelilingi begitu banyak musuh, tapi Fang Duobing tidak melihat siapapun disana.

Erya bergerak liar. Li lianhua bergerak seperti orang mabuk. Langkahnya goyah, tangannya gemetar tapi tenaga dalam dibalik gerakan pedangnya nyata. Membelah angin dan menggetarkan udara. "Pergi!!" Dia berteriak lagi. "Aku tidak akan membiarkanmu membunuhnya!!"

"ENYAAHH !!"

"Xiangyi?"

Di feisheng melompat turun disamping Fang Duobing. Dia melempar pandangan bertanya, "aku menemukannya seperti ini." Fang Duobing menjawab sekenanya.

Li lianhua terbatuk sekali lalu memuntahkan seteguk darah diatas rumput. Nafasnya tersengal, pakaiannya Kotor terkena tanah dan darah. Dia jatuh dengan Erya tertancap ditanah. Matanya bergerak liar seperti terkepung. Di feisheng berjalan mendekat, "kau menyedihkan."

"A fei, aku tidak yakin dia mendengarmu." Fang Duobing mengingatkan tapi Di feisheng tampak tidak peduli. Pria itu tersenyum miring, "kau membiarkan dia merebut pedangmu?" Di feisheng berdecak jengkel. "Mundur."

Fang Duobing mengerutkan alis, "jangan melukainya. Kondisinya sudah buruk." Di feisheng tersenyum, "Bawa kereta kuda tercepatmu ke kuil Pudu, jemput para tabib. Aku akan menangani gurumu."

Di feisheng lalu melesat cepat, berputar ke belakang Li lianhua hampir memukul tengkuknya. Li lianhua menepisnya dengan tenaga dalam terpusat ditelapak tangannya. Di feisheng mundur beberapa langkah, mengibaskan tangannya seperti mengusir serangga. "Kau sudah hampir mati tapi masih menyimpan tenaga sebesar ini. Li Xiangyi, Li Xiangyi."

Li lianhua melesat dengan Erya terhunus, bergerak memenggal angin. Di feisheng melompat menghindar, pedang bermata dua berpindah dari punggung ke tangannya.

Bunyi 'trang' terdengar nyaring ditengah malam. Li lianhua mendorong dengan susah payah, mengerahkan sisa-sisa terakhir tenaga yang tersisa ditubuhnya. Di feisheng bisa melihat matanya yang berkabut, terjebak dalam halusinasi konyol yang diciptakan otaknya sendiri. Dia mengutuk Jiao Lixiao dikepalanya, menyesali perbuatan baiknya pada gadis itu yang membawa begitu banyak masalah.

Matanya kembali pada Li lianhua yang terengah-engah didepannya. Pedang ditangannya bergetar, tubuhnya sudah mencapai batas. Di feisheng mendorongnya jatuh dengan satu gerakan. Li lianhua tersungkur, terbatuk dan memuntahkan darah lagi. Erya terlempar dari tangannya, mendarat beberapa meter kesamping. Pria itu meringkuk memegangi dadanya, terbatuk lalu memuntahkan darah lagi Dan lagi.

Di feisheng bisa melihat jelas darah yang mengalir dari telinganya, jejak keunguan menutupi lehernya. Matanya terpejam, Mulutnya terbuka. Berteriak tanpa suara.

Di feisheng berlari mendekat, memaksa Li lianhua duduk bersila lalu menghantamkan tangannya ke punggung pria itu. Baifeng baiyan mengalir memasuki nadinya. Mempertahankan jantungnya.

"Li Xiangyi, sialan.

SIALAN !!"

.
.
.
.
.
.
.





Little LotusWhere stories live. Discover now