Part 24.

10.4K 1.3K 25
                                    













"KENAPA KAU HANYA DIAM SAJA BAJINGAN BODOH!" teriak Berlyn, dia memerintahkan seseorang memanggil dokter agar sang putra segera di periksa. Mengambil langkah lebar, menarik tubuh Dominic agar sedikit menjauh dari brangkar.

Berlyn menyingkap selimut berlumuran darah milik Nathan, melemparnya sembarang arah. Membuka baju Nathan dan mengelap wajah putranya. Membuka lemari kaca di sebelahnya dan mengambil pakaian baru serta selimut.

Setelah semuanya selesai, Berlyn berbalik dan menampar Dominic. "Kembali ke kenyataan kau pria bodoh. Dunia tak akan berhenti hanya karena putra kita terbatuk darah!" Sarkas Berlyn. Matanya menyorot Dominic tajam.

Dominic mengambil langkah mundur secara perlahan. Duduk di sofa dan menutup mulut. "Shit!" umpatnya. Dia mendongak dan mendapati wajah marah istrinya.

"Jika kau tak bisa di andalkan.. Lebih baik mendekam di perusahaan Dominic!" sinis Berlyn lalu berbalik. Dokter telah datang, wanita itu memantau mereka yang sedang memeriksa.

Dominic tak terganggu akan ucapan Berlyn.. Hanya, entah kenapa jantungnya memompa lebih cepat. Biasanya dia terlihat biasa melihat keadaan putranya. Saat putranya tidur panjang pun dirinya yakin jika sang putra akan bangun.

Tapi apa ini?

Perasaan gelisah apa yang sedang dia rasakan?

"Apa yang baru saja kau katakan bedebah!" Dominic bangkit dan mendekati sang istri. Dia menjauhkan Berlyn dari dokter. Istrinya ini mencekik orang berprofesi dokter tersebut.

"Kenapa?" Dominic juga memandang tajam dokter dan dua suster di belakang.

"Bedebah ini mengatakan omong kosong tentang jantung Nathan bocor. Padahal sebelum ini dia baik-baik saja. Terlebih sudah memasuki tahap kronis."

Alis Dominic menukik tajam. "Apa itu terdengar masuk akal!" Ujar rendah Dominic. "Kau ingin bermain-main dengan Barrack!" teriaknya murka.

Si dokter hanya bisa pasrah dan menjelaskan. "Saya sudah memastikan jika tak ada luka atau bahkan penyakit apapun di tubuh tuan muda, tuan. Namun saya juga tak mengerti mengapa ada kelainan di jantung tuan muda hingga beliau memuntahkan darah."

Dominic menarik kerah dokter. "Kau tak mengerti?! Jika seperti itu lebih baik berhenti jadi dokter. Kau sungguh tidak berguna, pergi dari hadapanku!!" dia menyentak si dokter. Kedua suster yang bergetar ketakutan segera membantu dokter itu lalu pergi keluar.

"Oh sebelum itu.. Cari jantung yang cocok untuk putraku! Kau butuh waktu sampai esok!"

*

Sementara dialam bawah sadar Nathan, pria itu kembali bertemu dengan  Natnaniel. Mengguncang tubuh yang lebih kecil dan mengatakan ketidakpuasannya.

"Niel, kenapa kau tidak bilang jika rasanya sesakit itu?!" serunya protes pada Niel. Nathan memegang dadanya, meski dia di raga berbeda, tetapi sakit pada jantungnya masih terasa.

Niel memutar bola mata malas. "Kakak lebay banget sih. Gitu aja sewot."

"Apa katamu!" Menarik kerah Niel karena terlampau emosi. Okay, sekarang dia seperti tempramental. Bagaimana bisa dia menahan sabar jika lawan bicaranya adalah Nathaniel. Dirinya juga merasa jika sifat dan sikapnya telah berubah.

Dengar kata pepatah.. Sikap seseorang tergantung lingkungannya. Nathan sepenuhnya melupakan kehidupan dirinya sebagai bagian dari Abimanyu.

Selama dia hidup sebagai Nathaniel. Hidupnya tak jauh-jauh dari kegilaan keluarga Barrack. Nathan juga sadar kalau hari-harinya di penuhi Barrack. Sekolah pun jarang, berinteraksi dengan manusia lain selain Barrack pun bisa di hitung jari. Sampai-sampai Nathan enek sendiri.

Niel mengangkat kedua tangan keatas. Memandang polos Nathan.

Huft!

Melepaskan Niel, Nathan memilih tiduran di batas rumput lembut. "Jadi mereka akan benar-benar kehilangan sosok kamu Niel."

Niel mengangkat bahu acuh. "Yah, sejujurnya.. Mereka hanya sedih untuk sementara waktu."

"Maksud kamu?"

"Kakak tau sendiri kalau keluarga ku gila. Nyatanya, tak sesimple itu. Mereka sangat pintar memainkan emosi dan menyembunyikan. Itu sebabnya Barrack terkenal abu-abu."

"Lalu hubungannya dengan topik kita apa? Semua tau jika Barrack gila, termasuk kau."

Niel terkekeh pelan. "Intinya, mereka akan merasa sedih selama satu atau dua hari. Setelahnya, kedua orang tua gila itu akan membuat yang baru."

Otak Nathan ngeblank.. "Hah? Buat yang baru?"

Niel mengangguk.. "Ya, keturunan baru."

"Lebih baik kakak kembali. Karena kali ini berbeda kak."

"Berbeda gimana?"

"Waktu disini jauh lebih lambat dari pada dunia nyata."

"Apa?!"

"Kita menghabiskan waktu selama 3 jam. Aku di beri peringkah untuk mengatakan itu padamu. Tapi aku lupa.. Jadi dunia nyata, kakak sudah melewati waktu selama satu tahun 6 bulan.. Otomatis, raga 'Nathaniel' sepenuhnya hilang."

"APAAA!! Lalu bagaimana dengan- Eh." Tubuhnya di dorong oleh Niel ke danau sebelum dia selesai berbicara.

"Semangat ya kak," ujar Niel menyemangati.

Hey hey hey!! Dia belum menanyakan banyak hal pada bocah itu. Sial, dia tak sempat. Lalu maksud dari semangat Niel yang tak bisa itu apa!

"Nathaniel tolol!"

.

Nathan cengo di tempat. Termangu dengan perasaan yang sangat kesal. Dirinya baru saja di kibuli oleh anak tengil. 1 tahun apanya! Dia hanya pingsan selama 5 jam! Untuk apa dia panik tadi!

"Ada yang sakit Niel?" celetuk seseorang melihat kernyitan di dahi Nathan.

"Tidak, tapi aku merasa aneh Harvin."

"Aneh bagaimana?"

"Jantungku rasanya sakit. Seperti ada yang meremasnya."

Harvin tak menjawab, dia membawa Nathan ke pelukannya. "Sabar ya, nanti sakitnya hilang. Om Dom pasti bisa menemukan cara agar jantung mu tidak sakit lagi."

"Bagaimana jika aku mati?"

Harvin melepaskan pelukan ketika mendengar ucapan Nathan. " Apa yang kau katakan Niel. Kau akan sembuh!" tekannya. Dia tak suka akan penuturan temannya.

Nathan hanya tertawa canggung, padahal dalam hati.. Dia suka wajah panik campur marah Harvin.

"Yah, semoga. "




Tbc.

Being the youngest - End - TERBITΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα