05"WILL YOU MARRY ME?"

47 11 0
                                    

----------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Happy Reading.....

Seperti biasa, dipagi yang secerah senyuman Haechan ensiti, Nana kembali melanjutkan rebahannya di Kantornya. Begini-begini Nana ini CEO cuman kalau urusan tinggal, Nana tetep milih tinggal bareng Mamah Iis dan Babeh Johsua, alasannya sih nggak mau tinggal sendirian, sepi, dan gak bisa ngejailin Bang Jerom, alasan masuk akal dan Mamah Iis terima-terima aja, toh kalau gak ada mereka rumah bakal sepi.

Nana tuh sekarang lagi bucin banget sama sketarisnya, tapi karena Nana Tsunderenya melebihi Sasuke di film Naruto, jadi wajar aja kalau Nana masih berstatus single. Begini-gini Nana gak pernah ngerasai date atau dinner gitu, wanita yang disukai Nana  tuh, menurut Nana unik, soalnya bisa bikin Nana segila ini dalam segi mencintai.

Namanya Jelita Sulung Abdi, menurut pandangan Nana, Jelita ini wanita yang sopan, percaya diri, gampang debat dan kalau urusan kantor yang turun tangan pasti Jelita.

"Jelita tolong buatkan saya kopi" Ucap Nana sembari mengecek dokumen-dokumen takutnya ada salah kata, apalagi salah nominal uang, Jelita langsung balik badan, cara jalannya yang tegak, wajah yang ramah pantas saja Nana jatuh cinta. Namun disisi lain, di pandangan Jelita adalah kebalikannya.

Jelita sangat takut sama Nana, Bosnya sendiri, alasannya simpel tatapan mata Nana yang sangat tajam, caranya berbicara yang dingin dan ketika berdebat Nana bisa saja menghancurkan barang barang di depannya bahkah dirinya tidak sadar kalau tangannya berdarah. Jelita selalu berdoa semoga jodohnya tidak seperti bosnya. Namun sepertinya Tuhan lebih memihak Nana untuk kali ini, permainan salah paham segera berakhir.

"Silahkan diminum kopinya pak." Jelita hendak pamit namun langkahnya terhenti karena Nana berbicara yang membuat bulu kuduknya merinding

"Malam kamu ada acara?"

Deg, "ada apa ini, aku gak buat masalahkan, padahal aku anak baik, tenang Jelita ayo tenang, ayo kamu bisa kok, bisa bohong kok" batin Jelita menggebu-gebu, ia menoleh ke Nana, bosnya sendiri, sambil tersenyum ramah dan

"Saya tidak ada acara malam hari ini pak" ucapnya bertolak belakang dengan isi hatinya dan batinnya.

"Temui saya di Restaurant 127, di meja no.10, saya tunggu, dan kamu harus datang." Ucapnya dan kembali memeriksa kembali dokumen dengan serius namun dalam hatinya berdebar kencang, tak karuan, rasa senang menggebu-gebu.

Sementara di sisi lain Jelita ingin sekali mengulang perkataannya, namun ia sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi malam itu.

Ketika kembali ke apartemen kecilnya, ia terlihat putus asa, namun ia siap-siap mandi dan memilih pakaian yang pantas dan menurutnya sopan, di satu sisi Nana sangat bersemangat memilih pakaian yang terbaik, ini adalah hari beruntung karena hari ini adalah hari dimana ketika orang menyatakan perasaan akan berhasil.

"Lu bisa Na gue yakin itu." Ucapnya memberi semangat ke dirinya sendiri.

Semesta sepertinya sangat ingin bercanda, satu manusia deg-degan tak karuan satunya lagi sangat pasrah apa yang akan terjadi.

*Restauran 127*

Nana terpaku diam membatu, Jelita memakai pakaian yang indah, gamis hitam dan rambutnya yang diuraikan begitu saja, begitupun Jelita, ikut terpesona ketika melihat Nana, bosnya yang sangat elegan memakai pakaian bersetelan dan terlihat sangat mahal.

Suasana sangat hening, tak ada yang memulai percakapan sama sekali, Nana hatinya sudah tak karuan karena daritadi Jelita hanya diam.

"J- Jelita" Ucap Nana gugup, Jelita menatap wajah Nana sambil tersenyum, Deg Jantung Nana sudah hampir copot saja, ia harus segera mengutarakan perasaannya.

"K-ka-ka-kamu, udah punya orang istimewa?" Tanyanya gelalapan

"Punya pak"

"Siapa?" Tanya Nana serius, sedikit sakit hati namun selagi belum menikah ditikung pun tak masalah.

"Ibu saya pak"

Nana tertawa terbahak-bahak, Jelita hanya terpaku, "ternyata Nana selucu ini kalau lagi ketawa" batin Jelita, tak sadar dirinya terbawa arus aneh ini.

"Kamu lucu banget sih Jelita, maksud saya itu seseorang, selain keluarga kamu"

"Oh, itu hahaha, mana ada orang yang mau sama saya pak."

"Kenapa?"

"Soalnya saya kikuk pak, terlalu serius dan tipe saya tuh kaya bapak hahaha"

Jelita langsung diam, Ia melirik Nana, Nana hanya terdiam dan tersenyum simpul, ia mendekati Jelita perlahan, ia duduk berlutut di hadapan Jelita sambil mengeluarkan kotak dari kantong sakunya.

"B-bos?"

"Jelita, aku emang gak pernah sekalipun romantis ke kamu sedikitpun namun ketahuilah, jika aku jatuh cinta maka aku akan membulatkan tekad untuk menikahinya, aku sangat takut nafsuku terlebih dahulu mengalahkan tekadku, so Jelita Will you marry me?"

Jelita terkejut, ia tak bisa berkata apa-apa, ia memang menyukai Nana, namun ia juga tak bisa mempungkiri kalau ada rasa takut terhadap Nana.

"Na- Na- Nana gak bakal ngerusak barang kalau marah?"

"Aku hanya seperti itu kepada orang Jahat, namun kepada wanita yang kucintai lebih baik aku yang membakar jari telunjukku, wanita itu sangat berharga, kalau aku menyakitimu artinya aku adalah lelaki pecundang"

"Aku mau Na"

Nana terkejut dan tersenyum ia langsung memeluk Jelita, akhirnya semesta menyatukan kisah mereka.

~Wanita bagaikan gelas kaca, sekalinya pecah tidak bisa diperbaiki~

~Semesta~


Hallo gais, maaf baru Updateeee, aku baru ajaaa selesai ulangan aku usahain aku bakal Updatee, terimakasih yang sudah membaca ceritaku dan terimakasih banyak kepada kalian

Untuk langit dari Ketujuh SamudraWhere stories live. Discover now