Tangisan ke Enam

38 6 0
                                    

"Kalian siapa, kenapa seenaknya menyentuh saya dan memanggil saya Bang dan Anak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kalian siapa, kenapa seenaknya menyentuh saya dan memanggil saya Bang dan Anak."
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Happy Reading.....

Hujan masih belum reda. Suaranya terdengar sangat deras. Rintikan yang tidak bisa berhenti sebentar saja. Meskipun ia baru mengenal Mahen sekitar beberapa Minggu dan berapa kali Mahen selalu salah memanggilnya sayang. Mau tidak mau Astari terpaksa harus menjenguknya.

Taksi datang, Astari memberhentikannya. Ia masuk dan menyuruh bapak itu mengantarkan kerumah sakit. Mobil terus melaju dan hujanpun tidak berhenti. Astari melihat butiran-butiran hujan yang menurutnya cantik. Ia melihat dirinya sendiri di kaca mobil, ia melihatnya sangat lama. Dalam benaknya ia sedikit kepikiran ucapan Mahen bahwa dirinya benar-benar mirip seperti Aurel.

Astari cepat-cepat mengubris, mana mungkin ia mempunyai saudara kembar. Meskipun didunia ini ada 7 manusia kembar. Ia tetap tidak percaya. Di ambang kebingungan antara harus mencari tahu atau diabaikan. Namun semakin diabaikan semakin kepikiran.

Astari tiba dirumah sakit, mencari letak ruang ICU Mahen dimana, disaat mencari ruang Mahen, tiba-tiba saja terlintas banyak pikiran entah kenapa kilasan masalalu masuk begitu saja, membuat kepalanya sangat sakit. Ia melihat cermin, ia melihat dirinya berbeda. Waktu itu Astari ingat bahwa dirinya tidak pernah terluka dipipinya. Tapi siapa disana? Masa kecil itu, Aku yang kecil dan anak kecil itu sangat mirip.

BRUK!

Tiba-tiba Astari menangis, kepalanya benar-benar sakit. Untungnya ada suster yang menepuk pundaknya yang membuatnya tersadar dan kembali kedunianya sendiri. Astari bingung, tapi ia langsung bangkit melupakan apa yang terjadi. Ia langsung pergi mencari Ruang ICU.

Ketika membuka pintu ruangan ICU. Mahen sudah bangun dan langsung memeluk Astari. Astari kaget tidak karuan, ia melihat disekitarnya ada 2 lelaki yang menatap Tidak karuan dan sedikit terkejut. Dan ada Mamah Iis yang Astari sedikit kenal.

"Sayang, aku nungguin kamu lho." Ucap Mahen sambil terus memeluk erat Astari lagi. Astari benar-benar tidak tepat waktu datang kesini. Astari segera melepaskan pelukan Mahen dengan kasar.

"Aku bukan pacar Kakak." Jawabku tegas

"Kamu bilang apa sih sayang ak-"

"Aku bukan Aurel, aku punya nama, nama aku Astari." Jawabku memotong ucapannya terlebih dahulu.

"Kamu kan pacar aku, Pacar aku Astari, nama pacar aku Astari." Balasnya sambil memeluk kembali diriku.

Astari kembali melepas pelukannya, Mamah Iis langsung memegang tangan Mahen, dan Mahen marah besar akibat Perilaku Mamah Iis.

"Lepasin saya, jangan sentuh saya, Anda siapa? Mengapa kalian terus mengaku saya adalah anak kalian. Lepasin saya. Keluarga saya sudah meninggal." Rintih Mahen menjerit, Astari melihat secara langsung bagaimana Mamah Iis di dorong sangat kasar.

Mahen langsung memegang tangan Astari, memohon terus agar dibawa ketempat yang lain.

"Sayang bantu aku, mereka penipu, aku bukan anak mereka kan sayang?" Tangisnya pecah.

Astari benar-benar bingung, ia tidak tahu harus bagaimana. Ia terus menerus mendorong Mahen, ini benar-benar keterlaluan. Apalagi sekarang dirinya sudah dianggap pacar. Dua Anak lelaki itu, langsung memukul Mahen.

"Sadar Bang, lo itu keluarga Babeh Johsua sama Mamah Iis, kenapa lo anggap mereka udah gak ada."

Mahen hanya terdiam, kepalanya merasakan rasa sakit lagi, ia pingsan ditempat. Ketika kondisi sedikit tenang. Dua anak lelaki itu menyuruhku keluar, ada yang ingin dibicarakan.

"Nama lo Astari kan?" Tanya salah seorang dari mereka, Astari hanya mengangguk. Tidak berani membalas.

"Gue Haidar, adeknya Bang Mahen." Lanjut Haidar

"Dan gue Jerom, yang tadi mukul Abang gue sendiri." Balas Jerom

Astari bingung, apa yang akan mereka bicarakan. Helaan nafasnya sangat berat. Ia tahu bahwa sekarang kondisi Mahen tidak main-main.

"Kak Mahen, Amnesia?" Tanya Astari, Mereka berdua Mengangguk.

"Iya, jadi karena yang dia Inget cuman lo, Lo pura-pura ya jadi pacarnya Mahen."

Astari langsung menolak, ia tidak mau, masalah dengan seseorang dimasalalunya belum selesai, kenapa dirinya harus terbawa dengan masalah lain.

"Gak, Lagian Mahen kan itu apa namanya? Udah punya Aurel." Balasku asal.

"Lo kenal Aurel?" Tanya Jerom, memastikan bahwa apakah Ini Astari atau Aurel.

"Aku Astari, ya Mahen sering bilang wajah aku mirip Aurel, tapi gak kan?" Tanyaku jelas. Jerom hanya terdiam, Haidar terus mencari letak tidak miripnya.

"Intinya, gue gak akan mau jadi pacar pura-puranya kak Mahen, yang bener aja, gak banget, maaf Kak Jerom maaf Kak Haidar, gue pamit dah." Balas Astari singkat. Ia benar-benar udah tidak mau menghadapi masalah baru.

Mamah Iis datang, ia langsung memohon sambil bersujud, Astari langsung menyuruhnya berdiri, ini sangat berlebihan.

"Saya mohon nak Astari, mau ya jadi pacar Mahen, saya mohon, Bantu Mahen mengingat semuanya. Saya mohon nak, saya mohon." Rintih Mamah Iis dengan suaranya yang sudah serak sekali. Astari enggan sekali menerima penawaran ini.

Namun jika orangtua telah bersujud seperti ini, lebih tidak enak pada hati Astari. Ia memegang pundak Mamah Iis.

"Mah"

************

Mahen tersadar, ia bangun dari tidurnya. Ketika melihat disampingnya ada Astari yang sudah berdiri dengan senyuman khasnya.

"Sayang kemana aja? Orang aneh itu udah pada gak ada kan." Tanya Mahen, sambil mengelus pipi Astari

Astari hanya terdiam, ia membalas elusan Mahen.

"Mahen, Astari bakal nemenin Mahen, maafin kejadian tadi. Aku kaget."

"Iya gapapa, kamu kesayangan aku, dan akan tetap menjadi kesayangan Mahen."

Astari hanya membalas dengan senyuman. Rasanya sakit sekali. Mahen tetap memanggilnya Astari namun dirinya masih yakin, Dirinya masih dalam wujud Aurel.


Bersambung.....

Selamat membaca❤️😍 jangan lupa vote dan komen yaaaa

Untuk langit dari Ketujuh SamudraWhere stories live. Discover now