Perfect Love-02

1K 59 13
                                    

"Mau mampir dulu?" Tanya Arga pada Adeeva saat wanita cantik itu terus memperhatikan tempat makan yang di kerumuni orang banyak.

"Enggak ah, pasti kamu cape," ucap Adeeva.

"Enggak sayang," Arga mengelus rambut Adeeva pelan.

Lalu Arga menatap kearah Arjuna yang tengah menyetir. "Arjuna, tolong mampir ke warung tadi!"

"Baik tuan," dengan sigap, Arjuna memutar arah mobil.

Arga dan Adeeva telah sampai di Jakarta. Meskipun Adeeva sebenarnya ingin cepat pulang kerumah dan bertemu anak-anaknya, kegodaan dari warung makan yang sedang viral di sosial media membuatnya menjadi salah fokus.

"Ay, ngantri banget! Aku udah kangen sama anak-anak, tapi pengen coba makanan ini," keluh Adeeva.

"Kita pulang saja jika kamu sudah rindu anak-anak, biar Arjuna nanti datang lagi kesini," ucap Arga.

Adeeva menghela napasnya pelan lalu mengangguk.

Arga dan Adeeva akhirnya memutuskan untuk pulang karena Adeeva sudah sangat merindukan anak-anaknya. Sejujurnya, dia juga merasa kelelahan.

--

"Apaansi Alix!" Kesal Zira saat Alix menariknya keluar rumah.

"Zira, lebih baik kamu pulang!" Alix menatap Zira khawatir.

Zira berdecak kesal. "Malam tadi kamu nyuruh aku nginep, sekarang pulang, maunya apasih?"

"It--"

"Ayah pulang kan? Aku sengaja karena mau nunggu Ayah!" Potong Zira.

Besok adalah ulang tahun Zira, dan dia tak sabar untuk memberitahu Ayahnya. Meskipun dia yakin bahwa Arga tidak akan peduli, Zira merasa excited karena siapa tahu tahun ini Arga ingin merayakan bersama. Bagi Zira, pesta besar bukanlah suatu keharusan, merayakan berdua dengan Arga sudah lebih dari cukup baginya.

"Zira," lirih Alix. Anak laki-laki itu tak ingin melihat kemarahan Adeeva pada Zira, entah kenapa rasanya sangat sakit melihat semua orang mengata-ngatai Zira terlebih jika sudah main fisik.

"Gak usah peduliin aku!"

"Kenapa kamu sangat keras kepala? Kamu tau sendiri mami seperti apa? Jangan memancingnya Zira!" Lama-lama Alix kesal juga, padahal ini demi kebaikan Zira juga.

Zira membuang muka. Tak bisakah semua orang mengerti dengan keinginanya yang ingin bertemu sang Ayah?

"Zira, kamu bisa datang lagi sore atau besok. Hari ini mami dan papi baru pulang, mereka pasti sangat kelelahan," Alix mencoba memberi pengertian pada Zira.

""Baiklah," pasrah Zira.

"Biar aku antarkan," ucap Alix.

Alix, yang baru berusia 14 tahun, telah memiliki keahlian mengendarai motor, mengingat bahwa ia akan segera melangkah ke tingkat sekolah menengah atas.

"Tidak!" penolakannya tegas, dan kemudian gadis cantik itu melangkah pasti keluar dari gerbang, memutuskan untuk menggunakan kendaraan umum.

"Alix!" Lia menepuk pundak Alix pelan.

Alix menoleh. "Hm?"

"Aku gak suka Zira!" Kesalnya sembari bersedekap dada. "Dia itu sombong dan jutek banget," lanjutnya.

"Enggak ada yang nyuruh kamu suka sama dia, Lia. Udahlah lebih baik kita masuk, mami dan papi bentar lagi sampe," ucap Alix lalu merangkul pundak Lia.

Lalu mereka kembali masuk kedalam rumah. Hingga tak berselang lama, Adeeva dan Arga tiba di kediaman.

_

Sejak kedatangan Adeeva dan Arga, Alexa tak pernah lepas dari pelukan Arga. Bahkan, anak perempuan itu seolah takut jika Mami dan Papinya pergi lagi.

"Sayang, biarkan papi pergi mandi ya, badan papi bau," ucap Arga mengelus rambut anaknya.

"Enggak! Nanti papi pergi lagi," balasnya.

"Enggak, sayang," ucap Arga.

Tak lama, Adeeva tiba dengan tubuh segarnya karena dia sudah mandi terlebih dahulu. "Sayang, sama mami dulu yuk. Biarkan papi mandi terlebih duhulu," ucap Adeeva.

"Enggak mami, Lexa pengen sama papi!" Alexa semakin mengeratkan pelukannya pada Arga.

"Kak Alix sama kak Lia sedang buka oleh-oleh dari bali, Lexa gak mau?" Bujuk Adeeva.

"Enggak ah!" Kekehnya.

Adeeva menghela napasnya pelan, keras kepala sekali anaknya ini.

"Bagaimana jika Lexa dan Mami buka oleh-olehnya dikamar mami dan papi? Nanti papi nyusul setelah mandi, gak lama sayang," bujuk Arga. Selain gerah, Arga tidak ingin kuman dari luar menempel pada anak perempuannya.

Setelah berbagai bujukan akhirnya Alexa mau melepaskan pelukan Arga.

Sedangkan dilain tempat. "Alix, kamu gak salah ngambil gelang itu? Itu cocoknya buat aku sama Lexa," celetuk Lia.

Alix menatap gelang di tangannya dengan lamat. "Yakali!" balas Alix.

"Terus?" tanya Lia.

"Ini buat Zira," jawab Alix.

"Dia gak dapat oleh-oleh dari mami dan papi. Karena Lexa punya banyak gelang, aku ambil satu secara diam-diam," kekeh Alix.

"Aku bawain heavenly chocolate juga, Zira suka banget soalnya," lanjut Alix.

"Segitunya banget sama si Zira," kesal Lia.

"Lagian nanti dia juga dapat dari kakek Gibran!" Lanjut Lia, dengan kasar membereskan oleh-olehnya lalu memasukannya kedalam paper bag.

Lia merasa kesal menyaksikan Alix yang begitu peduli pada Zira. Zira dikenal sebagai gadis sombong dan judes. Bahkan, terlebih lagi, Zira selalu menyampaikan kata-kata kasar pada Alix, tetapi Alix tetap menunjukkan sikap baik dan kepedulian.

"Lia!" Alix menahan tangan Lia yang akan pergi. "Kamu kenapa sih? Aku wajar peduli sama Zira, dia saudara aku!"

"Saudara apaan Alix? Kalian bukan saudara! Stop deh peduli sama anak itu, jaga perasaan mami kamu yang gak suka anak itu, dia anak tante Monic!" Dengan kesal Lia menyentak kasar tangan Alix, lalu pergi dari hadapannya.

Alix dan Lia memang mulai paham dengan konflik antara Zira dan keluarganya meski tanpa orang dewasa jelaskan.

Zira tidak tau apa-apa, ucapan itu yang sering Alix sampaikan pada keluarganya jika mereka sudah menghakimi Zira.

Namun, nyatanya Alix masih tidak dengan perasaan Adeeva. Wajah Zira sangat mirip dengan Monica, terutama Zira kini telah tumbuh menjadi gadis cantik yang menyerupai Monica. Bagaimana Adeeva tidak membenci anak gadis itu?
__

"Ziraa!!"

"Apa nek?" Tanya Zira ketika sudah sampai didepan Asri.

"Anak tidak tau diri! Kamu masih menerima pemberian suami saya! Cepat kembalikan, menantu saya akan sangat marah jika tau kamu mendapat oleh-oleh," marah Asri.

Zira menghela napasnya kasar lalu dirinya menuju kearah kamar untuk mengambil pemberian dari Gibran. Sejujurnya Zira tadi sudah menolak, akan tetapi Gibran memaksanya.

"Ini n--" belum sempat Zira menyelesaikan perkataannya, Asri sudah lebih dulu merebut paper bag ditangan Zira.

Wanita tua itu memang sangat membenci Zira hingga mendarah daging. "Anak plakor seperti kamu tidak pantas mendapatkan ini!'

"Harusnya kamu susul Ibu kamu itu ke neraka! Dasar anak sialan!" Setelah mengatakan perkataan jahat itu, Asri langsung pergi meninggalkan Zira.

Zira tak berekspresi apapun, hal ini sudah sangat wajar bagi Zira.

Gadis tersebut memilih untuk kembali ke dalam kamar. Meskipun sebenarnya dia merasa lapar, nafsu makannya seketika hilang begitu melihat wajah Asri.
_________

Oleh2 dari Alix untuk Zira aku up di Instagram yoo!

ranisit_0

Perfect love (SELESAI)Where stories live. Discover now