Perfect love-34

477 34 7
                                    

Duabulan kemudian.

Seorang pemuda duduk sendirian di dalam kamar dengan cahaya remang-remang yang masuk melalui sela-sela jendela. Dia menunduk, memeluk erat sebuah figur di pangkuannya, wajahnya terlihat penuh dengan kesedihan.

"Kamu ingkar janji," lirih Alix.

"Dilarang mendekat, nanti pacarmu marah," kata Zira dengan tegas sambil menghempaskan tangan Alix dengan kasar.

Sesaat, dahi Alix terkerut, namun tak lama kemudian ia menahan senyum saat menyadari alasan di balik kemarahan Zira.

"Cemburu?" Goda Alix.

"Idih, siapa yang cemburu?" Kesal Zira, tapi pipinya tampak memerah.
____

"Do you want to be my girlfriend?" Alix balik menatap Zira yang terlihat terkejut dengan ucapannya.

Jantung Zira berdegup kencang mendengar ucapan Alix yang begitu tiba-tiba.

"Aku mencintaimu, Zira, bahkan sejak kita masih kecil. Dulu, aku pikir mungkin aku hanya terpesona karena kecantikanmu, tapi semakin lama, perasaan ini tumbuh menjadi lebih besar," ungkapnya dengan tulus.

"Jika kamu memiliki perasaan yang sama, Starting now, we're dating! You're mine and I'm yours." Ucapnya dengan sungguh-sungguh.

"I love you too, Alix!" Ungkap Zira, dia bergerak maju lalu mengecup bibir Alix.  

Alix tersenyum lalu dengan lembut menarik tengkuk Zira untuk memperdalam ciuman mereka. 
____

"Alix, kita akan menikah kan?" Tanya Zira yang berada dipelukan Alix.

"Tentu, mau kapan? Sekarang?" Goda Alix.

"Ihhh apaansi!" Kesalnya, namun pipi gadis itu tampak memerah.

Alix tertawa kemudian mengecup dahi sang kekasih lembut.

Hati Alix terasa luar biasa sakit saat mengingat kenangan itu, terlebih lagi saat Zira mengungkapkan keinginan untuk menikah. Jika pada saat itu Alix memiliki banyak uang, mungkin dia tidak akan memperdulikan statusnya sebagai pelajar. Dia akan membawa Zira ke gereja dan melangsungkan pernikahan mereka, mengikat janji mereka secara sah di hadapan Tuhan.

"Maafin aku, Zira. Ternyata aku tidak sekuat itu, kepergianmu membuatku hancur," Alix merasa tidak memiliki semangat hidup dan merasa hidupnya telah hancur.

Di luar kamar Alix, Adeeva terlihat menangis di pelukan Arga. Wanita itu berulang kali mengetuk pintu kamar Alix, tetapi Alix tidak kunjung membukanya atau memberikan respon apa pun.

"Anakku," lirih Adeeva.

"Ini semua salah aku," Adeeva menangis.

"Hei, apa yang kamu katakan? Kamu gak salah," ucap Arga sembari mengelus punggung sang istri.

"Sebaiknya kita pergi dulu," Ajak Arga pada sang istri.

Adeeva melepaskan pelukannya kemudian mengangguk.

Setelag mengantar Adeeva ke kamar, Arga berjalan keruang kerjanya disana dia akan menghubungi seseorang.

"Bagaimana?" Tanya Arga, pada orang yang disebrang telpon.

"Dugaan anda benar, tuan!" Jawab Arjuna.

Arga tersenyum tipis kemudian mengangguk. "Tetap awasi!"

"Baik tuan."

Setelah itu Arga memutuskan panggilannya secara sepihak. 

"Maafin papi, Alix!" Lirih Arga.

______

Lia tampak termenung, wajahnya penuh dengan pikiran yang mengkhawatirkan kondisi Alix. Sudah duabulan ini, Alix pergi kesekolah semaunya saja, kadang seminggu full tidak masuk.

"Lia!" Panggil Indah yang langsung duduk disebelah Lia disusul Vina didepannya.

"Gue seneng banget akhirnya penghalang lo pergi," Indah kembali bersuara.

"Indah!" Tegur Vina, merasa tak percaya dengan apa yang Indah katakan.

"Indah, jaga bicara lo!" Ucap Lia.

Indah menghela napasnya kasar, padahal dia hanya senang karena setelah ini hubungan Lia dan Alix tidak akan penghalang. "Iyaa maaf," ucapnya.

"Lia, mending lo temui Alix," Ujar Vina memberi usul.

"Gue takut Alix marah," lirih Lia.

"Lo sahabatnya, lo harus support dia!" Vina menepuk pundak Lia pelan.

"Bahkan Fadil sama yang lainnya diusir, apalagi gue!" Ujar Lia. Disekolah pun Alix bersikap dingin padanya meski sikap dingin itu ditunjukan pada semua orang, tapi Lia bener-bener merasa sakit.

"Percaya sama gue, kalau gini terus lo akan makin jauh sama Alix. Biar gue sama Indah temenin," balas Vina.

"Gue setuju sama Vina," Indah angkat bicara.

"Nanti gue coba," ucap Lia.
_______

Dua bulan lalu.

"Aku akan kesana untuk menjemputnya, kamu urus semuanya!" Ucap seorang wanita disebrang telpon.

"Aku sudah membantumu sangat jauh bahka--" 

"Stop! Lakukan apa yang aku minta. Aku hanya ingin membawa pergi dia dari neraka!" 

"Baiklah."

_____________
Segini dulu yaa🤗

Terkadang cinta itu tidak harus memiliki teman-teman😥

Perfect love (SELESAI)Where stories live. Discover now