Perfect love-17

423 25 5
                                    

Sesuai dengan janjinya, Alix mengajak Zira ke pasar malam. Melihat kebahagiaan di wajah Zira membuat Alix juga merasa bahagia. Mereka menikmati momen tersebut dengan berjalan-jalan di antara deretan warung, tertawa, bercanda, mencoba permainan, dan menikmati setiap detiknya tanpa ada beban di pikiran.

"Alix, aku mau itu!" Zira menunjuk dengan penuh antusias pada warung seblak yang berjejer di pasar malam. "Tapi itu tidak sehat!" Keluhnya. "Kenapa makanan tidak sehat selalu menggiurkan?" Zira mendongak menatap Alix.

Alix terkekeh kecil, memperhatikan keinginan Zira. "Tidak apa sayang," ucapnya lembut sambil mengusap rambut Zira dengan penuh kelembutan. "Aku tahu mungkin itu tidak sehat, tapi kadang-kadang kita harus memberi sedikit ruang untuk keinginan kita. Malam ini, lakukan apa yang kamu mau dan nikmati makanan yang kamu inginkan."

Zira tersenyum bahagia mendengar kata-kata Alix. Rasanya seperti semua kekhawatirannya tentang kesehatan langsung sirna.

"Itu benar, ayo sayang kita beli itu!" Zira berteriak riang sambil langsung menarik tangan Alix menuju warung seblak.

Alix tersenyum melihat antusiasme Zira, dan dengan senang hati mengikuti langkahnya. Mereka berhenti di depan warung dan Zira mulai memilih seblak dan makanan lainnya dengan penuh semangat.

Sebenarnya, Zira bukanlah tidak menyukai makanan junk food, tapi dia selalu menjaga tubuhnya dari konsumsi makanan yang berpotensi merugikan kesehatannya di masa depan. Bagi Zira, menjaga pola makan sehat adalah prioritas utama, karena dia menyadari betapa pentingnya kesehatan dalam jangka panjang.

Tapi sepertinya malam ini Zira membebaskan dirinya.

"Enak banget," ucap Zira sambil memejamkan matanya dengan kenikmatan saat menyantap seblak di depannya.

"Kamu harus coba," kata Zira sambil menyuapkan makanan kepada Alix. Dengan senang hati, Alix menerima suapan itu, tersenyum melihat kebahagiaan di wajah Zira.
___

Alix duduk di samping Zira, menatap wajahnya yang tenang saat dia tertidur. Dengan lembut, dia mengusap rambut Zira yang tergerai di bantal, memperhatikan setiap helainya yang halus di ujung jari-jarinya. Senyum tipis terukir di bibir Alix, melihat kekasihnya yang begitu damai dalam tidurnya.

"Selamat tidur," ucap Alix.

Dengan langkah mantap, pemuda itu bergerak dari tempatnya menuju ke luar. Malam ini, dia akan keluar ikutan balapan liar. Meskipun hadiahnya tidak sebesar yang dia lewatkan kemarin, Alix yakin bahwa penghargaan malam ini juga cukup menggiurkan.

Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, akhirnya Alix tiba di tempat tujuan.

"Datang juga lo," ucap Fadil tiba-tiba sambil menepuk bahu Alix.

"Gue butuh," balas Alix.

"Niat banget lo nikahi Zira, gue kira lo cuma bercanda," Fadil memandang Alix dengan serius.

Alix menghela napas pelan. "Iya, itu rencana untuk nanti. Tapi sekarang, gue butuh modal lebih untuk usaha gue," jawab Alix.

"Nanti gue bantu," ujar Fadil.

"Thank. Gue daftar dulu," Alix berjalan mendahului Fadil.

_

Dengan perasaan lega, Alix membuka helmnya setelah berhasil menyelesaikan balapan dan menenangkannya. Senyum kepuasan melintas di wajahnya ketika menyadari bahwa dia berhasil meraih hadiah sebesar 15 juta.

"Menang lagi, lo!" Ujar Fadil.

"Setelah ini lo mau langsung pulang apa nongkrong dulu? Si Uben ngajak nongkrong di warung pak Kamil," Tanya Fadil.

"Nongkrong bentar lah," balas Alix.

"Cakep! Dah lama lo gak ikut nongkrong, anak-anak pada nanyain," ucap Fadil.

Alix dan Fadil menyusul anak-anak lain menuju warung Pak Kamil. Tempat itu, yang dekat dengan sekolah dan buka 24 jam, memang menjadi favorit Alix serta teman-temannya. Mereka sering berkumpul di sana setelah pulang sekolah atau saat butuh tempat ngobrol santai.

"Kemana aja lo?" Tanya Andre saat melihat kedatangan Alix dan Fadil.

"Biasa, bucinnn!" Celetuk Uben.

"Enak bener yang punya cewek," balas yang lainnya.

Alix duduk di bangku kosong yang bersebelahan dengan Uben. Sudah lama sekali dia tidak ikut nongkrong begini.

"Kata Fadil lo butuh uang?" Tanya Uben menepuk pudak Alix.

"Temen lo bukan Fadil doang, kita juga cuy, ayo cerita siapa tau kami bisa bantu," celetuk Andre.

Alix menghela napasnya pelan, bukan tidak ingin cerita tapi ini masalahnya, dia tidak ingin merepotkan orang lain.

"Sorry," hanya itu yang keluar dari mulut Alix.

"Udahlah, sekarang mending kasih gue saran, gue mau deketin Gina," ucap Hendra, mengalihkan pembicaraan sekaligus meminta saran pada teman-temannya.

"Anjirr, Gina mantan si Juki? Gilee lo, si Juki masih suka," balas Fadil.

Ketika waktu telah menunjukkan setengah tiga dini hari, Alix merasa seolah lupa bahwa ia meninggalkan Zira di apartemen. Sebab asik mengobrol dan bercanda bersama teman-temannya, terlebih dia sudah lama tidak berkumpul membuatnya lupa waktu.

"Gue pulang dulu," Alix beranjak berdiri.

"Yaelah, nanggung Lix, bolos aja," ucap Uben.

"Zira sendiri di apartement," balasnya.

"Gue duluan," pamit Alix, sebelum itu dia bertos ala cowok pada teman-temannya.
__________

Setelah sampai di apartement, Alix bergegas menuju kamar untuk melihat keadaan Zira.

Alix bernapas lega saat gadis cantik itu masih tertidur. Kemudia dia naik keatas ranjang dan tidur disebelah Zira, dan membawa Zira kedalam pelukannya.

"Dari mana?" Suara ketus terdengar ditelinga Alix, membuat Alix kembali membuka matanya saat tadi sudah memejamkannya.

"Sayang," Alix melonggarkan pelukannya.

"Kamu tega ninggalin aku," tangis Zira pecah.

"Maaf, tadi aku main sama Fadil," sesal Alix, kembali membawa Zira kedalam pelukannya.

"Jahat! Kamu selalu begini," kesal Zira.

Alix mengelus punggung gadis itu untuk menenangkannya. "Iya aku salah, maaf ya."

Zira tak membalas, gadis itu semakin mengeratkan pelukannya pada Alix. Rasa takut selalu menghantui jika Alix hilang dari pandangannya, Zira hanya takut Alix pergi dan tidak kembali lagi.

"Izin dulu bisa gak sih!" Marahnya.

"Maaf, tadi kamu tidur aku gak tega bangunin," Alix berucap kemudian mengecup dahi Zira.

"Udah ya, sekarang tidur lagi, masih malam," Alix tidak menyangka Zira akan semarah ini, sebab dulu dia sering meninggalkan gadis itu, tapi respon Zira biasa-biasa saja meski dirinya tdak izin pun.

Lain kali Alix akan berbicara pada gadis itu, terlebih Zira seperti orang yang ketakutan. Alix merasa tidak tega melihatnya.

"Sayang, jangan takut hm, aku tidak akan meninggalkanmu. Lain kali aku akan izin terlebih dahulu padamu, maafin aku," Alix berucap dengan lembutnya.

Cup, cup, cup.

Pemuda tampan itu mencium dahi Zira berulang kali.

"I love you."

Sedangkan Zira menggigit bibir bawahnya menahan tangis. Gadis itu memang merasa ketakutan, terlebih Adeeva selalu memintanya untuk menjauhi Alix, sebab Alix akan di jodohkan dengan Lia.

Belum lagi Asri dan Arga juga yang ikut serta, membuat Zira takut dan sesak secara bersamaan.

Rasanya Zira ingin kabur berdua bersama Alix, menjauhi orang-orang yang akan memisahkannya dengan Alix.
____________/

Perfect love (SELESAI)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz