Perfect love-29

464 36 8
                                    

Setelah memastikan Zira aman di UKS bersama Chika, Alix memutuskan untuk menemui Lia di taman belakang. Informasi dari Vina, Lia sedang menangis dan tidak ingin diganggu. Dengan hati yang berat, Alix berjalan menuju taman.

"Lia," panggil Alix dengan suara pelan, lalu mendekat kearah gadis itu dan duduk disebelahnya.

Lia jelas terkejut dengan keberadaan Alix disebelahnya, cepat-cepat dia menghampus air matanya yang sialnya lagi-lagi turun.

"Alix," lirih Lia.

"Aku menyakitimu?" Tanya Alix pelan, menatap Lia sedu.

"Enggak!" Bantah Lia. "Ini salah aku. "

"Aku nyesel Alix, aku nyesel ngungkapin perasaan aku ke kamu, ternyata setelah kamu tau, itu lebih menyakitkan," ucap Lia, yang masih enggan menatap Alix.

"Jangan nangis," ujar Alix.

Alix merasa seperti seorang laki-laki brengsek karena telah membuat tiga perempuan yang berharga baginya menangis karena dirinya. Rasa bersalah dan penyesalan mungkin melanda hatinya. Alix bingung harus melakukan apa, entah cobaan apalagi hingga Tuhan menetapkan Alix diposisi sulit dan harus memilih.

"Aku merasa laki-laki jahat," lanjut Alix.

"Mami, Zira bahkan kamu menangis karena aku," Alix meraih tangan Lia dan menggenggamnya erat. Membuat gadis sontak menatap Alix.

"Aku tidak menyalahkan perasaan kamu, Lia. Tapi aku pikir kamu hanya menganggap aku sahabat," ucapnya.

Lia membalas genggaman Alix. "Lupakan perasaan aku, Alix! Jangan memikirkannya, fokuskan saja hubungan kamu dan Zira," ujar Lia, berusaha untuk tersenyum meski air mata tetap berjatuhan.

Alix menggeleng pelan, hatinya ikut sedih melihat Lia. "Maafkan aku, Lia!"

"Beri aku pelukan, Alix!" Pinta Lia.

Alix mengangguk, kemdian membawa Lia kedalam pekukannya. Alix menganggap ini pelukan sahabat. "Ternyata mencintai kamu semenyakitkan ini," lirih Lia.

"Maafkan aku Lia," ucap Alix.

"Bukan salah kamu," balas Lia.
______

"Indah, lo apa-apaansi sampe nyiram Zira?" Tanya Lia tampak kesal dengan tindakan Indah.

"Dia emang perebut, Lia! Pliss deh lo jangan menye-menye," balas Indah tak kalah kesal dengan tingkah Lia yang terlihat biasa saja.

Lia menghela napasnya kasar. "Bukan menye-menye, tapi Zira emang gak salah!" Jika sudah begini Lia bingung sendiri.

"Tindakan lo bikin nama Lia hancur tau gak? Lo lupa dia siapa," sahut Vina yang sejak tadi hanya diam mendengarkan perdebatan Indah dan Lia.

"Gue cuma mau ngebela Lia! Tapi kalau tindakan gue salah, sorry," Indah akhirnya mengalah. Gadis itu duduk disebelah Lia, kemudian memeluk tubuh Lia dari samping.

Lia mengangguk, niat Indah memang hanya ingin membela dirinya, cuma tindakannya salah. Bukan hanya Indah yang terseret akan tetapi Lia pun akan terseret.

"Gue gedek lihat si Zira, demi apapun gue benci banget sama dia!" Ucap Indah, kemudian melepaskan pelukannya dari Lia.

"Gue juga benci Alix! Dia brengek, bisa-bisanya secepat itu move on dari lo!" Tambah Indah.

"Gue juga sama," sahut Vani, yang memang sama bencinya pada Zira.

Lia meremas rok sekolahnya, lagi-lagi nama Alix buruk karenanya. Ini salahnya karena mengklaim bahwa dia dan Alix pernah berpacaran.

"Jangan di bahas," ucap Lia.

"Suatu saat Alix bakal pulang juga, dia cuma masih labil," lanjut Lia, tersenyum manis kearah dua temannya.

Indah dan Vani saling pandang, kemudian menatap Lia. "Maksudnya?"
___________

Setelah pulang sekolah, Alix segera bergegas pergi ke rumah Asri. Wanita paruh baya itu jatuh sakit, dan Asri ingin bertemu Alix.

Alix jelas khawatir. Bagaimanapun, Asri adalah neneknya yang sangat menyayanginya. Bahkan ketika Arga menjauhkannya dari Adeeva dan Alexa, hanya Asri yang selalu ada di sisinya dan membelanya.

"Nenek!" Alix mendekat kearah Asri yang kini terbaring lemah diatas kasur.

"Alix," Asri tersenyum tipis melihat keberadaan Alix.

"Kita kerumah sakit ya," ucap Alix.

Asri menggeleng lemah. "Tidak perlu, nenek hanya ingin melihat kamu," balas Asri, tangan wanita tua itu terulur untuk menyentuh wajah sang cucu.

"Kamu tampan, sepeti Papi kamu, tolong jangan diikuti perilakunya," ucap Asri.

"Kamu sudah dewasa," Asri tersenyum.

"Alix, berhentilah bermain-main, temui Mami kamu dan meminta maaflah, akan ada masanya dimana Mami kamu akan seperti nenek. Tua dan akan cepat bertemu dengan kematian," Tangan Asri beralih menggenggam tanga Alix.

"Nenek jangan mengatakan itu," Lirih Alix, hatinya begitu cemas melihat keadaan sang nenek yang tampak menahan kesakitan.

"Nenek sudah tua, sudah waktunya menyusul Kakek," ujar Asri.

Alix menggeleng. "Apa yang nenek katakan!"

Asri tersenyum. "Malam nanti orang tua kamu akan tiba," ucap Asri.

Alix membiarkan Asri tidur setelah meminum obatnya, pemuda itu tidak kuat mendengar ucapan yang di keluarkan Asri, wanita tua itu selalu membahas kematian.

_____

Segini duluu bestiee🔥


Perfect love (SELESAI)Where stories live. Discover now