Perfect love-26

389 31 20
                                    

Hening sesaat, saat Lia mengungkapkan perasaanya. Alix jelas terkejut, tidak menyangka jika Lia memiliki rasa padanya, bingung harus merespon seperti apa. 

"Laki-laki yang aku maksud itu kamu, Alix," tambah Lia.

"Kamu pernah bilang, jika laki-laki tersebut belum menikah dengan pacarnya, aku masih ada kesempatan. Maaf, tolong jangan marah," Ujar Lia, mata gadis itu berkaca-kaca.

Alix menatap Lia yang sudah menangis, tubuh gadis itu tampak bergetar. "Aku cemburu lihat kamu sama Zira, maaf, itu bener-bener diluar kendali aku."

Alix menghela napasnya pelan. "Aku gak marah, Lia."

"Jangan menangis, aku antarkan kamu pulang, kamu tenangin diri kamu," Alix berucap sembari mengangkat wajah Lia yang menunduk.

"Maaf, buat kamu sedih."

Alix kecewa mendengar ungkapan Lia, tapi dirinya tidak bisa marah pada gadis itu. 

"Maaf, Alix. Aku tidak maksud merusak persahabatan kita," lirih Lia.

Sejujurnya Alix bingung harus merespon apa, dia terlalu terkejut dengan pernyataan Lia.

Alix mengangguk kemudian menjalankan mobilnya menuju kediaman Asri. Soal Gibran, pria paru baya itu sudah meninggal saat Alix baru menginjak kelas 10. 

__

Setelah sampai, keduanya di sambut oleh Asri. "Dimana Lexa?" Tanya wanita tua itu.

"Dia akan menginap di apartement," balas Alix.

Wanita itu tampak kesal mendengarnya. Entah kenapa rasa benci pada Zira semakin tubuh setiap harinya, terlebih Zira mendapat perhatian begitu dalam dari Alix.

"Lia habis menangis?" Asri berjalan kearah Lia.

"Kenapa?" Tanya Asri.

"Aku tidak apa, nek," balas Lia, berusaha untuk tersenyum.

Asri  langsung menatap Alix dengan tajam.

"Lia, kamu istirahat. Nek, aku pamit," ucap Alix, kemudian pemuda itu pergi meninggalkan perkarangan rumah Asri.

Asri mendengus kesal melihat Alix yang langsung pergi begitu saja.

"Ayo masuk, kamu cerita sama nenek didalam," Asri menuntun Lia masuk kedalam.

Didalam kamarnya, Lia menangis di pelukan Asri. Hatinya sakit, meski Alix tidak marah tetapi sorot mata pemuda itu tampak kecewa padanya.

"Jangan menangis. Tuhan maha membolak balikan hati, nenek yakin suatu saat Alix akan sadar, dia hanya belum dewasa dan masih labil," ucap Asri, sembari mengusap punggung Lia lembut.

"Mau denger suatu cerita?" Asri melepaskan pelukan Lia, kemudian mengusap air mata gadis itu.

"Dulu Alix sangat senang jika kamu bermain bersamanya. Bahkan dia tak henti-hentinya menceritakan kamu pada semua orang. Alix bilang, kamu manis dan baik," Asri menatap kearah dinding, dimana ada Figura Alix dan Lia waktu kecil.

"Nenek sangat yakin, Alix sempat menyukai kamu, Lia! Kamu tau? Alix pernah marah dan nangis saat kamu bermain dengan Fadil seharian tanpa mengajaknya, padahal saat itu Alix sakit," tambah Asri saat ingatannya berputar ke masa lalu.

"Aku pikir Alix menyukai Zira dari dulu," lirih Lia.

"Menurut nenek, tidak. Alix hanya kasihan pada gadis itu," balas Asri.

Asri menggenggam tangan Lia. "Jika kamu menyukainya kejar dia, tidak ada salahnya. Tapi jika Alix melukaimu, tolong berhenti, nenek tidak ingin ada Eva kedua," ucap Asri.

Lia menunduk, bingung kedepannya harus bagaimana.  Gadis itu hanya berharap Alix tidak menjauhinya.
_____

Alix masuk kedalam kamar dimana Alexa sudah tertidur, sedangkan Zira tengah skincarean.

"Sayang," Zira beranjak dari tempatnya saat melihat Alix dari pantulan kacanya.

Gadis itu berjalan cepat kearah Alix kemudian memeluk tubuh pemuda itu erat. Entah kenapa perasaanya selalu tidak enak jika Alix jauh darinya.

"Katakan padaku, kamu sakit apa, Zira?" Tanya Alix, terjelas jika wajahnya memancarkan kekhawatiran.

"Aku hanya kecapean, Alix. Tidak ada hal serius," balas Zira.  

Alix menghirup tubuh Zira yang begitu candu baginya, seketika ingatannya berputar pada ungkapan Lia tadi. Entah harus apa dia bersikap setelah ini, pasti semuanya akan terasa canggung. Jika itu gadis lain jelas saja Alix akan bodoamat dan tidak kepikiran, tapi Lia beda, dia sahabatnya.

"Sayang, sebaiknya kamu tidur hm," Alix melepaskan pelukannya dengan pelan.

"Alix, bentar!"

"Perlu sesuatu?" Tanya Alix, tangan pemuda itu mengelus rambut sang kekasih pelan.

"Aku ingin setelah lulus kita menikah," ucapnya terdengar serius.

Alix menatap Zira dengan raut wajah terkejut.

"Sayang, kamu serius? Aku masih belum punya apa-apa," balas Alix. Bukan Alix menolak, dia juga sama ingin segera menikahi Zira, hanya saja keadaanya tidak memungkinkan. Alix belum punya pekerjaan tetap, tabungannya benar-benar belum cukup.

"Aku seriuss! Kamu tau, aku memiliki banyak harta atas peninggalan Om Dian," ujar Zira.

"Itu milik kamu, sayang. Kamu yang sabar ya, setelah semuanya ber--"

"Sabar nunggu kamu nikah duluan sama Lia?" Potong Zira, mata gadis itu berkaca-kaca.

Alix menggeleng pelan, dia meraih wajah Zira. "Hei, apa yang kamu katakan? Aku mana mungkin menikah dengan Lia."

Zira melepaskan tangan Alix dari wajahnya. "Aku tau jika kamu dijodohkan Alix, tante Eva dan nenek Asri sudah  merencanakan pertunangan kalian!" Tangis Zira pecah, hatinya sungguh luar biasa sakit.

Alix membawa Zira kedalam pelukannya. Hatinya ikut sakit melihat tangisan pilu Zira.

"Alix, mami kamu sudah punya semuanya. Tolong kali ini aja, kamu ikut aku," ucap Zira.

Alix terdiam.

___________________________

___________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Aku aja bingung apalagi Alix hhe.
Tapi gakpapa, aku sambil baca2 komentar kalian yang cukup masuk akal untuk referensi alur kedepannya🙏🏻

Sabar yaa, semua tokoh bahagia😊

Perfect love (SELESAI)Where stories live. Discover now