[3] Consolation

159 14 2
                                    

Bundang, September 2014

Hampir sebagian besar orang menyukai pantai sebagai tempat favorit mereka.

Tidak terkecuali Karina.

Tadinya ia berencana untuk langsung pulang begitu selesai membeli keperluannya di sebuah toko, tapi kemudian terpikirkan olehnya untuk mampir sebentar ke pantai yang kebetulan tidak berada jauh dari toko tempatnya berkunjung tadi.

Pantai menjadi pilihan utama Karina saat ingin bermain ataupun sekedar melepas penat, menikmati pemandangan laut, suara gelombang air serta semilir angin yang menerpa permukaan kulit terasa menenangkan baginya.

Namun karena Korea sedang memasuki musim gugur, udara mulai terasa dingin sehingga ia harus mengenakan pakaian panjang dan tebal agar tubuhnya tetap hangat.

Dengan paper bag di tangannya itu Karina menyusuri pantai. Bibirnya mengulas senyum saat dirasakannya angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya. Dingin memang, tapi menenangkan. Belum lagi suara ombak yang memenuhi indera pendengarannya.

"Bagus.." gumamnya pada diri sendiri. Ia kemudian hendak melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi. "Oh?" Baru beberapa langkah ke depan gadis itu malah berhenti. Matanya menangkap sosok familiar yang tengah duduk sendirian di atas pantai, membiarkan kakinya dibasahi air laut yang pasang surut itu.

Karina kemudian mempercepat langkahnya, mendekati sosok familiar itu. Begitu sampai, ia mendudukan diri di samping orang itu. "Wah, apa kamu tidak kedinginan?"

Suara itu membuat sosok itu terkejut dan refleks menoleh ke sampingnya. "Kau?!"

Karina tersenyum. "Annyeong, Oppa! Kita bertemu lagi."

Yeonjun, orang itu membelalak mendapati sosok Karina yang sudah berada tepat di sebelahnya. "Sejak kapan kau disini?"

"Hmm, sejak kau menatap laut dengan wajah muram itu," jawab Karina. "Yah, ada apa denganmu? Apa kau sedang ada masalah?"

Netra rubah itu melebar. Bagaimana ia tahu? Pikirnya. "Jangan sok tahu," alibinya kemudian. Meskipun yang dikatakan Karina benar adanya tapi gengsi baginya untuk mengatakan masalahnya pada orang lain.

Karina berdecih. "Baiklah jika tidak ingin mengatakannya," balasnya. Lagipula dia bukan tipe orang yang memaksa meski penasaran sekalipun. "Oppa, kau sering kesini?" tanyanya selang beberapa detik.

"Ya," balas Yeonjun singkat. Karina menyadari ada yang berbeda dari pemuda itu. Setelah tiga kali bertemu, baru kali ini gaya bicara Yeonjun terasa dingin, kemarin-kemarin pemuda itu tidak sedingin ini. Bahkan pemuda itu seperti menghindari untuk berkontak mata dengannya.

"Aku sangat suka pantai." Karina memilih membuka percakapan lebih dulu karena sang lawan tampaknya sibuk dengan pemikiran sendiri. "Saat kecil aku sering ke pantai bersama orang tua dan eonnie-ku. Terkadang halmonie juga ikut. Saat bermain di pantai rasanya sangat menyenangkan. Mendengar suara ombak dan kaki yang menyatu dengan pasir pantai membuat aku bisa lupa dengan hal lain. Saat di pantai aku hanya memikirkan bagaimana caranya bersenang-senang menikmati indahnya alam yang sudah Tuhan ciptakan ini."

Saat Karina bercerita, tanpa ia sadari Yeonjun diam-diam mendengarkannya. Dalam hati ia membenarkan ucapan Karina bahwa saat berada di pantai atau laut seperti saat ini sangat menyenangkan, namun kali ini ia tidak datang untuk bermain seperti Karina. Kali ini ia datang untuk melarikan diri sejenak dari kenyataan.

"Kau.."

Karina menoleh saat didengarnya Yeonjun mulai mengangkat suara.

"Apa kau pernah dihadapkan oleh dua pilihan yang berat?"

Secret Love | YeonrinaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant